Kalimantan selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kayu terbesar di Indonesia. Bukan tanpa alasan, hal tersebut lantaran pulau yang juga dikenal dengan nama Borneo itu menjadi rumah dari beragam jenis spesies pohon kayu berkualitas, baik jika dibandingkan dengan jenis kayu lain yang ada di Indonesia atau dunia.
Walau pemanfaatan kayu masih banyak dilakukan, namun di masa lampau, ada beberapa peralatan tradisional berbahan dasar kayu yang lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan tak dimungkiri, kalau keberadaan sekaligus pemakaiannya kini semakin jarang bahkan nyaris sulit ditemui.
Untungnya, ada satu tempat di Kalimantan, yang masih menyimpan berbagai peralatan tradisional yang dimaksud. Tempat tersebut kini menjadi destinasi wisata berbasis edukasi, yang dapat memberi gambaran seperti apa wujud perkakas atau peralatan berbahan kayu yang digunakan masyarakat di masa lampau, yakni Museum Kayu Sampit.
Seperti apa wujudnya?
Tentang Museum Kayu Sampit
Museum Kayu Sampit berlokasi di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Museum ini baru dibangun pada tahun 2003 di atas lahan seluas 1.500 meter persegi, dan diresmikan setahun setelahnya, yakni di bulan Oktober 2004.
Menilik bangunannya, museum kayu satu ini terbuat dari beton yang dipadukan dengan arsitektur tradisional serta modern, dan terdiri dari dua lantai. Museum Kayu Sampit terdiri dari ruang pamer tetap serta ruang penyimpanan koleksi dan ruang administrasi.
Bagi pengunjung yang pertama kali menginjakkan kaki di halaman museum, akan disuguhkan tampilan sebuah kapal besi tua di sebelah kiri bangunan. Lain itu, di bagian sebelah kanan dan kiri halaman juga tedapat Sandung.
Sansung sendiri adalah rumah tradisional berukuran kecil, yang oleh suku Dayak Kaharingan digunakan untuk menyimpan tulang kerangka nenek moyang yang sudah meninggal.
Saksi kejayaan Sampit di bidang perkayuan
Tujuan pendirian museum kayu sampit sendiri dilakukan untuk menjadi saksi berjayanya kota Sampit akan hasil perkayuan. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya ragam koleksi peralatan atau alat perkakas berbahan dasar kayu, yang disimpan untuk sarana edukasi bagi para pengunjung.
Pengunjung yang datang ke tempat ini bisa mengeksplor berbagai barang bersejarah berupa berbagai macam kayu, mulai dari alat pengolahan kayu gelondongan, alat komunikasi, alat dapur, alat penangkap ikan, hingga alat transportasi.
Selain itu, koleksi yang dimiliki juga dilengkapi dengan berbagai jenis kayu berkualitas yang sudah ada sejak lama, mulai dari kayu ramin, dowel, meranti kuning, kayu alau, kemfa, ulin, benuas, samping, lanan, bangas, sungkui, pantung, hingga kayu pilam.
Kayu-kayu tersebut sebagian ditampilkan dalam bentuk furnitur, sedangkan sebagiannya lagi dipamerkan dalam bentuk sampel berupa potongan.
Di lain sisi meski bernama museum kayu, namun di lokasi ini ada beberapa koleksi unik yang juga tak kalah menarik untuk dilihat. Salah satunya adalah keberadaan kerangka tulang ikan paus dengan panjang mencapai 20 meter. Kerangka tulang itu sendiri berasal dari ikan paus yang terdampar di Pantai Ujung Pandaran.
Jadi salah satu museum yang tadinya memiliki wujud bangunan kuno, hal tersebut ternyata sempat mendapat perhatian khusus dari Pemerintah setempat. Berangkat dari suara beberapa pengunjung berusia muda yang menilai jika bangunan museum perlu dilakukan pembenahan agar lebih menarik minat wisatawan, upaya revitalisasi terakhir kali diketahui sedang dalam tahap studi kelayakan.
Sementara itu bagi pengunjung yang ingin datang dan mengetahui seperti apa jejak perkayuan di Kalimantan khususnya Sampit bisa datang ke museum ini setiap hari Selasa-Minggu. Soal tiket masuk, tidak ada harga yang dipatok untuk wisatawan, namun pengelola menerima pembayaran secara sukarela.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News