KKN mengajarkan cara hidup prihatin, segala cara dilakukan agar bekal dan uang saku tersedia hingga detik terakhir waktu penarikan tiba. Nikmatnya KKN yang bertepatan dengan event besar seperti Hari Raya Idul Adha adalah bisa melakukan perbaikan gizi. Untuk kami-kami yang setiap hari hanya makan tahu dan tempe demi alasan berhemat, tiba-tiba mendapatkan daging gratis adalah sebuah rahmat. Rezeki tidak boleh ditolak!
Hari Raya Idul Adha di Desa Bulus, Kecamatan Gebang dirayakan pada Kamis, 29 Juni 2023. Pagi-pagi, peserta KKN sudah bersiap. Bagi yang muslim, mereka bangun jauh lebih pagi lagi karena tidak ingin ketinggalan mengikuti sholat Idul Adha di mushola atau masjid terdekat.
Masyarakat dan peserta KKN bekerja sama mengolah hasil kurban hingga tengah hari. Hewan yang disembelih terdiri dari tujuh kambing. Sementara bapak-bapak mengolah karkas daging, ibu-ibu sibuk mempersiapkan masakan. Ternyata, momen itu dimanfaatkan oleh salah satu warga untuk melakukan akekah sehingga salah satu kambing harus dimasak hari itu juga untuk dimakan bersama-sama sebagai makan siang setelah semua warga bekerja sama mengolah daging.
Membantu warga dalam mengolah daging kurban menjadi pengalaman tersendiri bagi peserta KKN. “Ini pertama kalinya aku motong cabe banyak banget, satu baskom! Habis itu tanganku kepanasan, tapi ga papa karena masakan kambingnya enak!” ujar Fio, salah satu peserta KKN, yang kedapatan membantu ibu-ibu memasak. Menu hari itu adalah gulai kambing dan kambing kecap pedas manis.
Ada juga yang membantu bapak-bapak memotong daging. “Cepet banget, presisi tinggi!” Keahlian bapak-bapak dalam memotong daging kurban berhasil menyita perhatian Okta karena ketika dilihat dari dekat ternyata kecepatan dan presisi ukuran potongannya patut diacungi jempol. Tujuh kambing bukanlah jumlah sedikit dan setiap potongan harus adil untuk dibagikan pada warga sekitar.
Idul Adha merupakan momen besar bagi umat muslim, yang ikut berkumpul di mushola atau masjid tidak hanya dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu, terlihat juga anak-anak kecil yang berlarian ikut meramaikan suasana hari raya. Beberapa ada yang akrab bermain bersama dengan peserta KKN sementara sang ibu sibuk menyiapkan masakan. “Tanganku dipakai ayunan dua belas kali. Hadeuh, pegel.”
Meski begitu, tawa bahagia anak-anak menjadi obat bagi Uzi sehingga suasana perayaan Idul Adha terasa begitu hidup. Dari kalangan lansia sendiri, peserta KKN mendapatkan banyak informasi dan nasihat yang berguna untuk referensi keberlangsungan program kerja yang akan dilaksanakan mulai hari Senin.
Euforia Idul Adha di Desa Bulus belum selesai. Malamnya, daging yang didapatkan dari pembagian masjid atau mushola dibakar. Rasanya seperti sedang mengadakan BBQ party karena daging yang dibakar cukup banyak, serta bakar-bakar ini dilakukan di halaman salah satu rumah warga. Masyarakat sekitar ikut berkumpul untuk makan bersama, pemuda-pemudanya datang memainkan gitar dan bernyanyi sebagai hiburan.
Salah satu peserta KKN sempat menolak ikut makan karena seumur hidup hingga detik itu sate kambing sudah tersaji, dia belum pernah makan daging kambing. Teman-temannya meyakinkan untuk memakan satu gigit saja dulu. Satu potongan daging ditaruh dipiring, diiris kecil untuk kemudian digigit. Di luar ekspektasi, yang awalnya bilang tidak suka daging kambing, dia menghabiskan enam tusuk sendiri.
Idul Adha menjadi momen perbaikan gizi bagi kami. Hingga detik ini saya menulis, terhitung masih ada satu kantong kresek daging tersisa yang bingung kami olah jadi masakan apalagi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News