Pencatatan dan pendokumentasian sebagai modal memahami kepribadian diri, dan bangsa, dalam mewujudkan kebudayaan nasional.
Sepuluh unsur kebudayaan yang menjadi fokus dalam pemajuan kebudayaan terdiri dari Adat Istiadat, Manuskrip, Pengetahuan Tradisional, Ritus, Teknologi Tradisional, Bahasa, Olahraga Tradisional, Permainan Rakyat, Seni, hingga Tradisi Lisan. Sebagai langkah awal untuk melestarikan objek kebudayaan ini, dapat dilakukan melalui pendokumentasian. Hal sesuai dengan langkah strategis pemajuan kebudayaan yakni perlindungan.
Pendokumentasian tidak hanya menuntut instansi pemerintahan, tetapi inisiatif publik untuk melakukan pencatatan menjadi hal penting. Kenapa pelibatan masyarakat menjadi penting? Hal ini dikarenakan selama ini kegiatan kebudayaan selalu melibatkan, dan bersentuhan dengan masyarakat. Namun, bukan hanya masyarakat, generasi muda juga dapat turut serta dalam pelestarian kebudayaan.
Menurut Muhidin M. Dahlan dalam Politik Tanpa Dokumentasi menyampaikan pentingnya kegiatan pendokumentasian, misalnya jejak masa lalu, kegiatan mengkliping-klipingkan menjadi sangat penting. Dalam sastra patut dibanggakan sebab ada Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H. B. Jassin, begitu juga dengan perfilman, ada Pusat Dokumentasi dan Informasi Perfilman (Sinematek), pada bidang seni ada Indonesia Visual Art Archieve (IVAA). Yang menjadi soal dalam buku ini, lantaran tidak adanya kegiatan pendokumentasian dalam bidang politik, apalagi ingatan terhadap politik terbatas, menyebabkan adanya memori kolektif yang tidak utuh bahkan mendetail untuk memberikan referensi tentang perpolitikan di tanah air.
Pusat-pusat dokumentasi ini merupakan bagian dari perkembangan kebudayaan. Aktivitas politik, olahraga, seni yang dibahas dalam kumpulan tulisan Muhidin sesungguhnya menunjukkan pentingnya pendokumentasian dari berbagai bidang. Hal sejalan dengan kemajuan dari kebudayaan dan peradaban suatu bangsa.
Keterlibatan masyarakat dan generasi muda dapat terwujudkan dalam upaya berkomunitas yang menjadi elemen kuat dalam pelestarian kebudayaan tersebut. Berkomunitas menjadi ajang belajar, berjejaring, kepekaan terhadap lingkungan, sekaligus peran aktif terhadap aktivitas kebudayaan. Terbentuknya Imagined Historia sangat terkait dengan rasa ingin tahu mengenai cara berkomunitas, dan ada suatu proses membayangkan di luar Sulawesi Selatan, komunitas begitu kiatnya berkegiatan.
Terbitnya Majalah Imagined Historia dengan tagline Semangat Sejarah untuk Peradaban yang digerakkan oleh alumni dan mahasiswa ilmu sejarah. Menjadi langkah awal bahwa orang lain bisa, kenapa kita tidak bisa? Pemahaman di kelas-kelas, diskusi-diskusi mencoba kita untuk menerapkannya di lapangan.
Salah satu terbitan yakni Majalah Edisi Teater Tradisional Kondo Buleng : Antara Kearifan dan Kreatifitas Lokal yang terbit pada Juli 2018. Di perkampungan Paropo, Kota Makassar Teater Kondo Buleng dikembang dari generasi ke generasi, Muhammad Arsyad Kulle atau Daeng Aca menjadi generasi kelima dari leluhurnya yang mewariskan kesenian tradisional ini.

Sampul Majalah Imagined Historia/Dokumentasi Pribadi
Kemudian pada 2021 menerbitkan kembali Majalah dengan tema Jejak Kerajaan Lokal di Sulawesi Selatan. Edisi juga menampilkan cerita rakyat di Makassar, Peribahasa dan pantun Makassar, serta lagu yang digunakan dalam permainan rakyat seperti Cincing Banca dan dapat didengarkan melalui scan di barcode pada halaman majalah. Hal ini sebagai strategi agar peribahasa, pantun, lagu permainan rakyat dapat tersampaikan dalam bentuk audio.
Melalui pendokumentasian terbitan baik itu buku, atau majalah, bahkan melalui film dapat menyentuh pikiran-pikiran tokoh yang berpengaruh dalam kesenian, dan kebudayaan. Pendokumentasian maestro sebagai upaya menjaga dan merawat alam pikiran yang melintas zaman. Ke depan juga sebagai bahan kajian bagi generasi muda, atau siapa saja yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai kebudayaan.
Penyair Amir Hamzah, mengatakan “Kita telah kehilangan apa di dunia modern? Sudahkah dunia tradisional benar-benar terhapus dari Indonesia modern?”. Menunjukkan belum selesainya perdebatan kebudayaan hingga saat ini. Lantas pertanyaannya mengapa kebudayaan masa lalu atau ‘tradisional’ terus kita bangkitkan? Sebab dari situ, kita dapat mengenal jati diri, sebagai modal pembentukan identitas nasional.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News