Sejak tahun 2018, Asih, seorang penyandang disabilitas yang tidak memiliki tangan, telah mencoba bertahan dengan membuat tas rajut menggunakan kedua kakinya. Dia tinggal sekitar 300 meter dari kantor Desa Grogol, yang terletak di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Wilayah tempat tinggalnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumahnya berada di dekat sebuah kali kecil yang mengalir tepat di belakang rumahnya, dengan latar perbukitan kering yang berbatu karang, menjadi batas alami antara Jawa Tengah dan Yogyakarta.
"Saya awalnya harus berlatih dulu supaya bisa merajut pakai kaki. Lama-kelamaan juga terbiasa," ujarnya.
Dalam lingkungan tempat tinggalnya yang tenang, seorang perempuan asli Weru yang lahir pada tanggal 5 September 1997 menemukan dukungan yang sangat mendukung untuk melibatkan diri dalam kegiatan merajut. Dia menghabiskan waktu merajut selama paling lama dua jam setiap harinya.
Hasil rajutannya bermacam-macam dan telah menarik minat pelanggan dari berbagai daerah seperti Sukoharjo, Solo, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Surabaya, Bandar Lampung, hingga Medan.
Asih telah mengerjakan berbagai pesanan kerajinan dari konsumennya, termasuk tas untuk laptop, pajangan kain rajut untuk dekorasi rumah, taplak meja, alas gelas, tas tangan, sandal rajut, dompet rajut untuk ponsel, dompet penyimpan uang, ikat pinggang, dan konektor penyangga masker.
Dengan jenama Amor Ethnic, produk tersebut ia promosikan melalui media sosial dengan akun @amor_ethnic, diambil dari nama produknya.
Produk-produk dengan berbagai warna tersebut dijual dengan harga mulai dari Rp15.000 untuk konektor masker hingga Rp400.000 untuk rajutan hiasan dinding dan tas laptop. Proses merajut secara manual seperti yang dilakukan Asih membutuhkan waktu yang lama, kadang-kadang berhari-hari.
Untuk menciptakan sebuah karya, dia memerlukan waktu rata-rata antara tiga minggu sampai dua bulan, tergantung pada tingkat kerumitan produk yang dipesan.
Asih telah menguasai cara membuat tas rajut dengan sangat baik, meskipun tiap model dan jenis tas memiliki pola simpul rajutnya sendiri. Setiap bagian dari tas harus dirajut terlebih dahulu sebelum disatukan.
Untuk menyelesaikan tahap ini, terkadang ia membutuhkan bantuan dari saudara-saudara perempuannya. Asih menyatakan bahwa ia sangat menikmati aktivitas ini, karena selain dapat mengekspresikan bakat seninya, ia juga berhasil mengumpulkan tabungan dari usaha rajutnya sendiri.
Dengan keahliannya, Asih sering diminta menjadi pembimbing rajut bagi orang-orang disabilitas di Sukoharjo dan kota-kota lainnya. Dia berharap agar produk-produknya bisa dikenal secara luas, tidak hanya di sekitar Jawa, melainkan juga di seluruh Indonesia.
Maya, yang merupakan kakak ipar Asih mengatakan meskipun dikerjakan dengan bantuan sepasang kaki, kerajinan yang dibuat oleh Asih tetap rapi dan teliti. Maya juga mengakui bahwa ia ikut membimbing Asih dalam hal sentuhan akhir, seperti kerapihan produk dan kepatuhan dalam memenuhi pesanan konsumen.
"Asih memang disabilitas. Namun, pihak keluarga juga ingin agar dia berdaya dan menjadikan kegiatan ini sebagai aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari tanpa bermaksud mengeksploitasi kekurangannya," ujar Maya, alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tersebut.
Dengan keahliannya, Asih sering diminta menjadi pembimbing rajut bagi orang-orang disabilitas di Sukoharjo dan kota-kota lainnya. Dia berharap agar produk-produknya bisa dikenal secara luas, tidak hanya di sekitar Jawa, melainkan juga di seluruh Indonesia.
Maya, yang merupakan kakak ipar Asih, mengatakan bahwa meskipun dikerjakan dengan bantuan sepasang kaki, kerajinan yang dibuat oleh Asih tetap rapi dan teliti. Maya juga mengakui bahwa ia ikut membimbing Asih dalam hal sentuhan akhir, seperti kerapihan produk dan kepatuhan dalam memenuhi pesanan konsumen.
Referensi:
Indonesia.go.id. Tas Rajut Spesial Kerajinan Kaki Asih Mulyani (2022). https://indonesia.go.id/kategori/budaya/5522/tas-rajut-spesial-kerajinan-kaki-asih-mulyani?lang=1
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News