#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung
Gelaran Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) merupakan realisasi aksi pemajuan kebudayaan hasil Kongres Kebudayaan Indonesia tahun 2018. Pada 2023, PKN mengangkat tema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan” menjadi wadah kreasi ekspresi budaya. Sedikit mengingat ke belakang, PKN tahun 2019 menyorot Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) ditempatkan pada perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. Beranjak ke tahun 2020, PKN dihelat sebagai wujud ketahanan budaya, bertahan pada beragam kondisi dalam medium penyebaran pengetahuan. Menjadi penegasan bahwa kebudayaan elastis, tetap mendorong penguatan dan pencepatan strategi kebudayaan di masa pandemi. Meskipun pertunjukan kebudayaan dominan dilaksanakan secara daring, tetapi tetap membuka pameran secara luring dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Setelahnya, tahun 2021 PKN diselenggarakan untuk mendorong peran kebudayaan sebagai panduan visi pembangunan Indonesia berkelanjutan. Di sini, kedudukan kebudayaan mulai ditempatkan secara utuh sebagai pijakan dalam pembangunan nasional. Tahun 2022 PKN difokuskan pada kebudayaan daerah yang berjenjang, dimulai dari tingkat desa sampai nasional. Hal itu dilakukan atas kebutuhan ruang interaksi budaya yang inklusif untuk menghidupkan kreativitas dan keanekaragaman ekspresi budaya, membuka ruang untuk mewadahi inovasi ekspresi budaya.
Membuka Lumbung: Membagi dan Mereaktualisasi Budaya
PKN tahun 2023 mengusung aksi lumbung untuk melihat, memetakan, menelaah, dan mempresentasikan kerja kolektif dalam ekosistem budaya. Melalui rangkaian yang berjangka, melewati fase rawat, panen, dan bagi, dapat merepresentasikan kompleksitas pelestarian budaya. Kabar baiknya, ketiga fase terealisasi secara langsung, dilakukan dalam rangkaian yang serempak dan terbagi rata.
Fase “bagi” sebagai puncak perayaan terselenggara di beberapa ruang publik, kolaborasi kolektif untuk mempertunjukan hasil fase “rawat” yang panjang. Pertunjukan kebudayaan merupakan implementasi dari strategi untuk membangun kebudayaan, mewujudkan dan menyediakan ruang apresiasi, ekspresi, kreasi budaya, serta mendukung terciptanya interaksi budaya yang inklusif. Filosofi lumbung budaya secara strategis menempatkan kedudukan kebudayaan yang bernilai luhur sebagai semangat kolektif.
Secara tegas, rangkaian PKN 2023 menempati gelaran yang ideal untuk melestarikan budaya, menciptakan ekosistem budaya secara masif, dan memicu keberlanjutan budaya. Sepenuhnya, fase bagi menjadi “cara” membagi pengetahuan kebudayaan di ruang publik. Aksi nyata dalam wacana kebudayaan yang terus digaungkan, fase bagi menjadi ruang untuk “mengeluarkan” keragaman budaya dari lumbung budaya untuk dibagi merata kepada individu dan kolektif. Sekaligus menjadi legitimasi budaya, keberlanjutan budaya, dan ketersediaan ruang menjaga ekosistem budaya di Indonesia.
Mempertunjukan budaya secara terbuka kepada publik menjadi cara membuka lumbung budaya di Indonesia. Setiap menu budaya disajikan secara tertata, teratur, dan merata pada setiap ruang publik. Konsep membagi budaya dengan rata benar-benar terealisasi, tidak terjadi sentralisasi, tetapi menyebar – dalam ketersediaan ruang dan kolaboratif. Pemanfaatan ruang publik sebagai tempat yang tepat untuk membagi budaya lewat pertunjukan dan membuka secara utuh interaksi budaya antarindividu atau antarkelompok. Upaya reaktualisasi budaya yang dipertunjukan menjadi “baru” menawarkan model peranan menjaga keberlangsungan budaya.
Menurut hemat pandangan saya, PKN menjadi realisasi mandat atas keberlangsungan budaya, berangsur mapan dan menjadi model peranan untuk diaplikasikan secara masif. Melalui sajian “cara” merawat kebudayaan dengan rangkaian yang tertata – terlaksana secara komprehensif – dapat menyuguhkan aktualisasi terhadap budaya di ruang publik. Penyelenggaraan PKN tahun 2023 d merupakan refleksi ideal merawat, memanfaatkan, dan menampilkan budaya Indonesia secara terbuka. Filosofi lumbung sebagai pijakan, menempatkan legitimasi kebudayaan kekayaan dan keberagaman budaya di Indonesia. Legitimasi budaya secara serempak dapat membuka mata dunia bahwa Indonesia menjadi lumbung budaya. Setidaknya, aktivitas di budaya di ruang publik dapat menguatkan budaya, menjaga ekosistem budaya, dan mendorong aktivitas kreatif dalam mereaktualisasi nilai-nilai budaya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News