guyonan gus dur kepada suharto mau tarawih ikut nu yang lama atau baru - News | Good News From Indonesia 2024

Guyonan Gus Dur kepada Suharto: Mau Tarawih Ikut NU yang Lama atau Baru?

Guyonan Gus Dur kepada Suharto: Mau Tarawih Ikut NU yang Lama atau Baru?
images info

Guyonan Gus Dur kepada Suharto: Mau Tarawih Ikut NU yang Lama atau Baru?


Pada suatu hari, KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah bertemu dengan Presiden Suharto. Saat itu sedang Bulan Ramadan, dan Gus Dur menghadiri undangan acara buka puasa bersama di rumah Suharto.

Setelah bersantap, Gus Dur diminta Suharto untuk memimpin salat tarawih berjamaah. Namun, Gus Dur justru izin pamit karena harus menghadiri acara lain. Kemudian, ia pun mengajukan Kiai Asrori yang juga hadir di rumah Suharto untuk menggantikannya.

Suharto Setuju. Namun, Gus Dur meminta Suharto untuk menjelaskan kepada Kiai Asrori apakah salat tarawihnya ingin mengikuti acara Nahdlatul Ulama yang lama atau yang baru.

Perkataan Gus Dur menbuat Suharto bingung. Presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu pun penasaran dan menanyakan bedanya cara salat tarawih antara NU yang lama dan baru.

"Memang kalau NU yang lama tarawihnya bagaimana Gus?" tanya Suharto.

"Kalau NU yang lama, tarawih dan witirnya itu 23 rakaat," kata Gus Dur menjawab.

"Kalau NU yang baru, Gus?" tanya Suharto lagi.

"Kalau NU yang baru diskon 60 persen. Tarawih sama witirnya jadi 11 rakaat," ujar Gus Dur sembari tertawa.

baca juga

Guyonan Penuh Makna

Kisah di atas dicatat oleh Miarwini dalam Gus Dur: Kisah Jenaka dan Pesan-pesan Keberagaman. Kelakar tentang diskon rakaat salat tarawih hanyalah salah satu dari sekian banyak guyon yang pernah dilontarkan Gus Dur.

Gus Dur memang dikenal sebagai sosok yang hunoris. Di balik sisi intelektualnya yang terasah di pesantren hingga universitas luar negeri, pria yang juga pernah menjabat Presiden Republik Indonesia dan Ketua NU itu kerap membuat orang tertawa terbahak-bahak lewat aneka guyonnya.

Guyon yang disampaikan Gus Dur pun tidak asal lucu. Jika ditelaah, ada makna mendalam di baliknya. Pun demikian dengan guyonan Gus Dur kepada Suharto. Ternyata, itu menggembarkan kebijaksanaan dalam menyikapi perbedaan pendapat di tengah masyarakat, termasuk soal berapa rakaat salat tarawih harus dilaksanakan.

Untuk diketahui, NU melakukan salat tarawih sebanyak 23 rakaat. Sementara itu, ada pula kelompok Islam lain yang salatnya 11 rakaat, misalnya Muhammadiyah. Keduanya sama-sama punya dasar dan dalil yang kuat.

Bagi Gus Dur, perbedaan semacam itu bukanlah persoalan besar. Maka dari itu, ia pun santai saja dalam menyikapi hal tersebut. Ketimbang ngotot-ngototan, Gus Dur memilih mengekspresikan sikap moderatnya dengan cara jenaka.

"Sebagai tokoh yang pernah menjadi orang nomor satu di NU, Gus Dur justru memperlihatkan cara-cara yang santai dalam menyikapi perbedaan seperti itu," tulis Miarwini.

baca juga

Referensi:

  • Miarwini. (2019). Gus Dur: Kisah Jenaka dan Pesan-pesan Keberagaman. Araska.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aulli Atmam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aulli Atmam.

AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.