Stasiun Tuntang, Semarang, Jawa Tengah menjadi populer setelah menjadi lokasi syuting film Gadis Kretek. Stasiun Tuntang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1871 dan dioperasikan pada 21 Mei 1873.
Dimuat dari laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, meski Stasiun Tuntang tergolong kecil, stasiun ini menjadi jalur penting bagi pengangkutan produk perkebunan seperti karet, gula, dan coklat yang dibawa menuju Ambarawa.
Selain itu, stasiun ini juga pernah dijadikan tempat transit bus milik Nederlandsch-Indische Spoorweg (NIS) Maatschappij. Pada 1921, layanan bus tersebut kemudian diakuisisi oleh perusahaan otobus swasta, Eerste Salatigasche Transport Onderneming (ESTO).
Selain sebagai jalur perkebunan, Stasiun Tuntang juga menjadi tujuan akhir bagi warga yang menuju ke Kota Salatiga. Pada 1 Juni 1970, Stasiun Tuntang sempat dinonaktifkan dan hanya difungsikan sebagai museum.
Jadi kereta wisata
Setelah dinonaktifkan, Stasiun Tuntang sempat melayani kereta wisata Ambarawa-Tuntang. Namun hal ini tak berlangsung lama karena faktor rel yang rusak. Layanan kereta wisata ke Tuntang pun dihentikan dan jalur tersebut sempat mangkrak.
Tetapi, setelah 32 tahun tak digunakan, Stasiun Tuntang akhirnya kembali dibuka untuk jalur wisata. Setelah dilakukan renovasi, jalur Ambarawa-Tuntang kembali dibuka untuk tujuan wisata pada 2002.
Mulanya, stasiun ini hanya dapat melayani lori Ambarawa-Tuntang. Namun setelah tahun 2009 mulai direnovasi lagi, stasiun ini juga melayani kereta uap wisata lagi. Kini para pengunjung bisa menikmati keotentikan Stasiun Tuntang dengan kereta uap wisata.
Harga tiket kereta wisata Ambarawa adalah Rp100.000 per orang. Pembelian tiket kereta wisata Ambarawa hanya dapat dilakukan secara offline pada hari H keberangkatan. Wisatawan bisa melihat jadwal melalui akun Instagram @kawasiata
Akan jadi museum
Rencananya, Stasiun Tuntang juga akan difungsikan sebagai museum lokomotif diesel, berdasarkan informasi dari akun Instagram @_kai121_. Hal ini untuk melihat berbagai lokomotif diesel zaman Belanda.
Sebab, sebagian lokomotif diesel elektrik yang diproduksi sebelum 1970-an dan seluruh lokomotif diesel hidraulik di Jawa, sudah hampir pensiun semuanya. Lokomotif tersebut juga sudah mendapatkan perawatan agar mempertahankan kondisinya dari kerusakan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News