mengenal lebih dekat benteng fort rotterdam makassar - News | Good News From Indonesia 2024

Mengagumi Fort Rotterdam, Benteng Berarsitektur Eropa di Garis Pantai Barat Kota Makassar

Mengagumi Fort Rotterdam, Benteng Berarsitektur Eropa di Garis Pantai Barat Kota Makassar
images info

Mengagumi Fort Rotterdam, Benteng Berarsitektur Eropa di Garis Pantai Barat Kota Makassar


Mendengar nama benteng yang dinamai Fort Rotterdam, mungkin kita bisa langsung mengasosiasikannya dengan negeri barat. Ya, salah satu negeri barat berjuluk negeri Kincir Angin. Tidak heran karena nama Rotterdam dikenal sebagai kota terbesar kedua yang cukup maju dan ramai di negeri Belanda, setelah Amsterdam.

Apalagi bagi kita yang kebetulan menggemari olahraga sepakbola kancah dunia. Tentu bagi penikmat sepakbola internasional, khususnya kompetisi liga eropa, tidak asing dengan salah satu klub elit Liga Utama Belanda bertajuk Eredivisie, yaitu Feyenoord Rotterdam. Sering kali, kita lihat juga penulisannya dilafalkan menjadi Feijenoord Rotterdam, jika mengacu kepada digraf teks dan aksara historis Belanda.

Namun, kali ini kita tak akan membahas secara detail mengenai klub sepakbola yang membesarkan nama pesepakbola internasional Belanda Johan Cruyff dan Robin Van Persie tersebut.

Justru kita ingin mengenal lebih dekat lagi tentang sosok benteng Fort Rotterdam Makassar. Bicara Fort Rotterdam pada sejarah peperangan nusantara melawan negeri kompeni, tentu alangkah baiknya jika Kawan GNFI napak tilas kembali ke era abad ke-17 hingga abad ke-19.

Nah, siapa tidak kenal Pangeran Diponegoro? Salah satu tokoh pejuang bangsa sekaligus pahlawan sebelum era Indonesia merdeka. Tentu, nama Diponegoro sudah familiar di telinga dan berulang kali kita dengar sebelumnya. Setidaknya penulis sudah sering mendengarnya dari buku pada mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), semasa sekolah dasar sejak 30 tahun silam.

baca juga

Pahlawan asal Yogyakarta ini sempat ditahan di Fort Rotterdam, Ujungpandang pada tahun 1834. Penawanan Diponegoro terjadi pada zaman kepemimpinan Hindia Belanda masa Gubernur Jenderal De Kock. Dengan strategi perbentengan Benteng Stelsel, pejuang yang juga memiliki nama Kraton Raden Mas Ontowiryo itupun bisa diredam penjajah.

Konon, Diponegoro dipindahkan ke Makassar hingga wafat di Benteng Fort Rotterdam pada 8 Januari 1855.

Sekarang benteng Fort Rotterdam sudah menjadi salah satu pusat budaya abad ke -21 di ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Statusnya adalah cagar budaya yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Di mana instansi lokal terkait seperti Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan bersama Dinas Kebudayaan Kota Makassar juga ikut menggawangi cagar yang juga berpredikat spot wisata ini.

Dahulu, benteng ini bernama Benteng Ujung Pandang sebelum berubah menjadi Benteng Rotterdam. Benteng ini memiliki 5 buah Bastion. Lantas, apa itu Bastion? Bastion adalah area penjuru pertahanan pada benteng yang biasanya diperlengkapi senjata artileri. Bangunan ini adalah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo dan berletak di pinggir garis Pantai Losari, sebelah barat Kota Makassar.

Dok. Pribadi Danny Richard P Tampubolon
info gambar

Pintu Masuk Benteng Fort Rotterdam | Sumber: Dok. Pribadi Danny Richard P Tampubolon


Bicara peperangan pejuang bangsa Indonesia melawan Belanda, tentu kita ingat terkait Perjanjian Bongaya. Perjanjian yang diteken "Sang Ayam Jantan Dari Timur" Sultan Hasanuddin, setelah kalah dalam peperangan di Makassar. Benteng Fort Rotterdam yang kala itu masih bernama Benteng Ujung Pandang, sebagian konstruksinya hancur lebur akibat peperangan.

baca juga

Lalu, Benteng Ujung Pandang diganti namanya menjadi Fort Rotterdam. Ya, menyinggung nama Rotterdam, karena cocok dengan kota asal kelahiran Cornelis J.Speelman. Dialah sang pimpinan kompeni antara tahun 1655—1669. Pada benteng ini, terdapat beberapa bangunan bersejarah yang memiliki nilai historis tersendiri. Seperti ada tempat menawan pejuang nusantara, salah satunya Pangeran Diponegoro.

Terdapat pula bangunan kamp tawanan Perang Jepang selama Perang Dunia II. Desain bangunannya mengadopsi gaya arsitektural bangunan khas Belanda, menampilkan beraneka artefak, manuskrip, patung, keramik dan kostum tradisional. Ada pula bangunan di sisi lain yang memiliki nilai budaya, musik, tari dan wisata bersejarah.

Tak heran, beberapa tahun silam, cukup sering konser musik, festival seni budaya dan tari dihelat di Fort Rotterdam yang cukup digemari wisatawan.

Mantap! terdapat bangunan di salah satu sisi lain yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata. Kemudian terdapat beberapa ruangan di salah satu gedung bangunan yang menjadi tempat peristirahatan para komandan kompeni di kala itu. Selain itu ada ruang gedung yang difungsikan sebagai museum.

Dibangun pada Tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 bernama Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna. Dahulu benteng ini digunakan sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Namun, sekaligus juga menjadi markas militer dan pemerintahan daerah Belanda hingga tahun 1930-an. Dipugar secara ekstensif pada tahun 1970-an dan menjadi pusat budaya dan pendidikan serta menjadi tempat wisata.

Serba-Serbi Fort Rotterdam Makassar

Secara administrasi geografis, Benteng Fort Rotterdam terletak di Jalan Ujung Pandang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Persisnya berada di Kelurahan Bulogading yang masuk dalam wilayah Kecamatan Ujung Pandang. Cukup mudah diakses dari pinggir jalan raya. Dengan fasilitas parkir kendaraan roda dua dan roda empat yang cukup memadai.

Terletak pula beraneka taman di arena pintu depan Fort Rotterdam dan dilengkapi ragam tempat duduk yang nyaman bagi para penikmat budaya yang datang. Namun, bagi pengunjung, alangkah baiknya supaya tetap beretika dan menjauhi praktek vandalisme yang dapat menganggu estetika lingkungan. Semua demi kenyamanan kita semua.

baca juga

Di samping itu, jika kita naik ke lantai dua Benteng Fort Rotterdam, kita dapat menikmati bentang alam dan panorama Pantai Losari yang indah. Dengan menaiki tangga beraksen batu alam besar yang klasik dan orisinal di Fort Rotterdam, kita bisa menikmati panorama dan artefak budaya yang bermakna historis ini.

Konstruksi dan arsitektural batu alamnya didominasi batu padas yang sumbernya berada di pegunungan karst di Kabupaten Maros.

Kehadiran Fort Rotterdam didukung pula oleh sektor kuliner berupa aneka warung makan berbentuk tenda berkonsep streetfood di sekitarnya. Tentu kita bisa menikmati berbagai sajian makanan minuman disini. Sebut saja es kelapa muda, es kacang merah maupun es pisang ijo. Aneka makanan seperti nasi goreng dan bakso serta kudapan pisang goreng juga dapat dengan mudah kita cari di sini.

Kawan GNFI mau menginap atau bermalam di sekitar Fort Rotterdam maupun di wilayah garis Pantai Losari? Sambil menikmati bentang alam dan wisata kuliner?

Jangan khawatir kawan, cukup banyak penginapan di sekitar Fort Rotterdam. Cukup berjalan kaki antara 50 hingga 300 meter anda bisa menghampiri hotel dengan berbagai kelas. Mulai dari hotel melati hingga bintang empat. Jadi, jika Kawan mau berwisata menikmati libur hari raya, cukup di Indonesia saja. Tidak perlu jauh jauh ke mancanegara. Mari, kita dukung dan bangga akan potensi dan kekayaan budaya nusantara!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.