Suku Osing adalah komunitas asli di Banyuwangi, Jawa Timur, yang memiliki sejarah panjang dan budaya yang kaya. Mereka mempunyai tradisi-tradisi khas, seperti Labuhan, yang dilakukan sebagai bentuk pemujaan terhadap roh leluhur dan dewa-dewa.
Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Osing, yang merupakan perkembangan dari Bahasa Jawa kuno pada masa Kerajaan Majapahit.
Nilai-nilai budaya dan filosofi hidup mereka terlihat dalam tradisi dan keseharian, seperti gotong royong dan solidaritas, menjaga keseimbangan dengan alam, rasa hormat dan kehormatan, serta keterbukaan, keramahan, dan ketahanan.
Suku Osing sendiri memiliki sejarah yang panjang dan budaya yang kaya. Mereka berasal dari wilayah Blambangan, yang dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit.
Setelah runtuhnya Majapahit, sebagian penduduk melarikan diri ke daerah lain, seperti lereng Gunung Bromo dan Bali, dan menjadi suku Tengger dan Osing. Wilayah Blambangan kemudian memerdekakan diri dan membentuk kerajaan tersendiri.
Kerajaan Blambangan memberikan pengaruh besar pada Suku Osing. Dulu, Blambangan merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit, namun setelah Majapahit runtuh, Blambangan merdeka dan membentuk kerajaannya sendiri. Suku Osing mulai berkembang setelah kekalahan Kerajaan Blambangan oleh VOC.
Penaklukan VOC diikuti dengan penyebaran Islam sebagai bentuk pengendalian wilayah. Masyarakat Blambangan menolak pengaruh budaya Mataram dan Islamisasi, sehingga mereka mengembangkan kebudayaan Osing sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya Mataram.
Perlawanan budaya ini dilakukan dengan cara membedakan diri, menolak adaptasi dengan suku Jawa, dan menolak pengaruh dari Jawa. Akhirnya, masyarakat Osing berhasil menciptakan pola kehidupan yang berbeda dari suku Jawa.
Perbedaan Bahasa Osing dengan Bahasa Jawa
Untuk mengenal Suku Osing, Kawan harus tahu terlebih dahulu perbedaan Bahasa Osing dengan bahasa Jawa. Bahasa Osing ini memiliki asal usul yang lebih tua daripada Kerajaan Majapahit, terpisah dari Bahasa Jawa Kuno sejak tahun 1114 M, sebelum berdirinya Kerajaan Blambangan. Nah, berikut perbedaannya:
- Penggunaan Imbuhan: bahasa Osing menggunakan imbuhan ⟨-y-⟩ yang tidak ada dalam bahasa Jawa biasa, misalnya "ngumbyah" dan "kidyang", yang pelafalannya berbeda dengan bahasa Jawa baku.
- Kosakata: bahasa Osing memiliki kosakata yang berbeda, seperti "sing" yang berarti "tidak" dan "bojog" yang berarti "monyet". Bahasa ini juga dipengaruhi oleh bahasa Bali, terlihat dari penggunaan kata "sing" dan "bojog".
- Tingkatan Pronomina: bahasa Osing menggunakan tingkatan pronomina yang berbeda, seperti "Hiro/Iro" untuk yang lebih muda, "Siro" untuk yang selevel, "Riko" untuk yang lebih tinggi, dan "Ndiko" untuk orang tua atau tokoh yang dihormati.
- Gaya Bahasa: Bahasa Osing memiliki dua gaya bahasa, yaitu "Cara Osing" yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan "Cara Besiki" yang digunakan untuk keperluan keagamaan dan ritual.
- Pnggunaan Kata: bahasa Osing menggunakan kata-kata yang berbeda seperti "osing" yang berarti "tidak" dan "paran" yang berarti "apa", serta memiliki ekspresi yang berbeda dalam berbagai situasi, seperti ketika heran atau marah.
Bahasa Osing memiliki karakteristik yang membedakannya dari bahasa Jawa biasa dalam hal penggunaan imbuhan, kosakata, tingkatan pronomina, gaya bahasa, asal usul, dan penggunaan kata.
Perbedaan Bahasa Osing dengan Bahasa Bali
Pengaruh budaya Bali terhadap bahasa Osing juga tidak terlepas karena Kabupaten Banyuwangi berbatasan langsung dengan Pulau Bali. Suku Osing sendiri merupakan akulturasi dari kebudayaan Jawa dan Bali.
Bahasa Osing yang digunakan di daerah timur kabupaten Banyuwangi tercipta dari percampuran kebudayaan Bali dan Jawa.
Berikut adalah beberapa contoh kata dalam bahasa Osing yang berasal dari bahasa Bali:
- "Sing" berarti "tidak" (dari kata Bali "sing" yang berarti "tidak")
- "Bojog" berarti "monyet" (dari kata Bali "bojog" yang berarti "monyet")
- "Riko" berarti "kamu" (dari kata Bali "riko" yang berarti "kamu")
- "Arep" berarti "mau" (dari kata Bali "arep" yang berarti "mau")
- "Iki" berarti "ini" (dari kata Bali "iki" yang berarti "ini")
Kata-kata Osing lain yang juga berasal dari bahasa Bali meliputi "ngumbyah", "kidyang", "ngembyah", dan "ngembyang".
Bagaimana? Kawan sudah tahu keunikan bahasa dari Suku Osing, bukan?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News