wisata budaya museum pawukon sidorejo dan penanggalan jawa pawukon di dalamnya - News | Good News From Indonesia 2024

Wisata Budaya Museum Pawukon Sidorejo dan Penanggalan Jawa Pawukon

Wisata Budaya Museum Pawukon Sidorejo dan Penanggalan Jawa Pawukon
images info

Wisata Budaya Museum Pawukon Sidorejo dan Penanggalan Jawa Pawukon


Di kala memasuki Museum Pawukon, akan ada penjelasan mengenai pawukon yang tertera di dinding. Terdapat 2 penjelasan yang tertera mengenai penjelasan pawukon dan masa lalu pawukon. Para turis lokal dapat membawa teman mereka yang berasal dari luar negeri untuk datang ke museum ini karena terdapat terjemahan juga disampingnya. Namun, apakah itu pawukon?

Pawukon merupakan suatu penanggalan yang kerap dipakai oleh masyarakat Jawa untuk menentukan musim panen. Pawukon sendiri terdiri dari tiga wewaran (Pancawara sadwara, dan Saptawara) dan juga memiliki 30 wuku.

Secara penggunaan, pawukon sendiri dipakai tidak hanya pada kebudayaan jawa. Bali adalah budaya lain yang menggunakan kalender pawukon. Kalender tradisional ini memiliki banyak manfaat, seperti menentukan hari suci umat Hindu, hari pasar, hari perayaan pribadi, menentukan hari baik dan buruk, menentukan karakter seseorang berdasarkan hari lahirnya, dan sebagainya (Mutaqin, 2019).

baca juga

Inilah yang menyebabkan ada perkembangan sistem pawukon Jawa dan Bali.

Kalamudheng

Kalamudheng
info gambar

Kalamudheng Kiai Sangsang | Foto:Dokumentasi Pribadi


Apabila melihat di meja etalase kaca, kalian akan melihat semacam kayu. Kayu inilah yang disebut dengan Kalamudheng Kiai Sangsang. Kalamudheng merupakan peninggalan sejarah yang ada di museum Pawukon.Kalamudheng terdiri dari dua kata: "kala" yang memiliki arti waktu dan "mudheng yang memiliki arti "paham." Kalamudheng terbuat dari kayu yang memiliki fungsi untuk menentukan musim dan nasib.

Wuku dalam Pawukon

Wuku-wuku yang ada pada Pawukon | Foto:Dokumentasi Pribadi
info gambar

Wuku-wuku yang ada pada Pawukon | Foto:Dokumentasi Pribadi


Apabila kalian bergeser ke arah kanan, Kawan GNFI dapat melihat berbagai jenis wuku yang diberi nama “Pawukon Kiai Jotirto.” Wuku merupakan bagian dari perhitungan Jawa pawukon yang memiliki siklus 7 hari yang di mana setiap wuku memiliki nama tersendiri yang dimulai dari Wuku Sinta hingga Wuku Watugunung.

Setiap ilustrasi pawukon terdapat berbagai tokoh dan elemen yang menaungi wuku tersebut. Contohnya, pada Wuku Sinta, terdapat Dewa Yamapadi dan Pohon Gendayakan, burung gagak, bangunan rumah, dan bendera (Umbul-umbul).

baca juga

Pranata Mangsa

Gambar Simbol Mangsa “Kaso” dan “Karo | Foto:Dokumentasi Pribadi
info gambar

Gambar Simbol Mangsa “Kaso” dan “Karo | Foto:Dokumentasi Pribadi


Selain wuku-wuku, memiliki 12 bulan yang disebut dengan Pranata Mangsa. Setiap Mangsa (bulan) merupakan penggambaran kejadian alam yang terjadi pada setiap bulan yang ada. Inilah yang menjadi patokan petani dalam menanam dan memanen tanaman mereka. Pranata mangsa yang resmi pertama kali dibuat oleh Sunan Pakubuwana VII (raja Surakarta) pada tahun 1856 untuk menjadi pedoman bagi para petani saat itu (Tanjojo,1962).

Meskipun diresmikan pada tahun 1856, Pranata Mangsa telah lama digunakan oleh masyarakat jawa jauh sebelum kedatangan pengaruh dari India, terutama pada masyarakat Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Lawu (Hien, 1922).

Meskipun penanggalan-penanggalan ditas dikaitkan dengan nilai-nilai yang dibilang mistis, masih ada suatu ilmu yang mendasari pemikiran pemikiran tersebut. Kita perlu menyadari bahwa penanggalan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Kerajinan Daun Lontar

Kerajinan Daun Lontar Wuku Wugu dan Warigalit | Foto: Dokumentasi Pribadi
info gambar

Kerajinan Daun Lontar Wuku Wugu dan Warigalit | Foto: Dokumentasi Pribadi


Apabila Kawan GNFI sudah selesai membaca berbagai tulisan, kamu mungkin tertarik dengan karya seni yang terbuat dari daun lontar. Di antara penjelasan pawukon dan wuku, terdapat kerajinan-kerajinan yang terbuat dari daun Lontar. Pada setiap kerajinan, terdapat gambar berbagai wuku. Berbagai kerajinan di sini masih dilukis dengan tangan dengan peralatan-peralatan yang masih tradisional.

Di tengah perkembangan teknologi media seni yang begitu cepat, Mempertahankan nilai budaya daun lontar merupakan hal yang sangat penting. kebudayaan ukiran ini merupakan warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sebagai masyarakat yang mencintai warisan budaya, sudah semestinya kita berusaha untuk mempertahankan budaya tersebut.

Museum Pawukon menyajikan nilai sejarah dan budaya terkait dengan penanggalan Jawa, di mana pembuatan secara tradisional masih dipertahankan. Ini merupakan kewajiban kita sebagai penerus bangsa, baik dari kalangan tua maupun muda.

Apabila para turis yang tertarik menuju tempat ini, diperluhkan sekitar 10 menit dari Jembatan Srandakan. Kedatangan turis ke tempat ini akan sangat berarti untuk mempertahankan nilai budaya dan sejarah di Museum Pawukon.

baca juga

Daftar Pustaka

Hien, HA van. 1922. De Javaansche Geestenwereld. Kolff. Batavia. pp. 310–355.

Mutaqin, H. (2019, Januari 10). Pawukon» Budaya Indonesia. Budaya-Indonesia.org. https://budaya-indonesia.org/Pawukon/

Tanojo, R. 1962. Primbon Djawa (Sabda Pandita Ratu). TB Pelajar. Surakarta. pp 36–45.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.