“Raja Ampat pasirnya putih, burung berkicau menambah indah. Keelokan alam sungguh memikat, mententramkan jiwa yang penuh gelisah. Sepenggal kalimat yang dapat mendeskripsikan surga dunia di ujung timur Indonesia. Tersembunyi antara gugusan pulau-pulau dan karang yang menakjubkan mata di tanah Papua.”
Potensi keindahan alam yang memukau mata telah menginspirasi Tim KKN PPM Universitas Gadjah Mada yang terdiri dari 29 mahasiswa dari 13 fakultas untuk melaksanakan Program KKN-PPM UGM pada 1 Juli—19 Agustus 2024, selama 50 hari pengabdian.
Lokasi pengabdian berada di Distrik Kota Waisai yang meliputi empat kelurahan, Sapordanco, Waisai, Warmansen, dan Bonkawir. Fokus utama program ini adalah mengembangkan sumber daya alam Raja Ampat sebagai aset bangsa yang dapat memberikan kontribusi bagi warga lokal dan meningkatkan pariwisata Indonesia di mata dunia.
Berbagai flora dan fauna khas Raja Ampat memiliki keunikan dan keindahan yang luar biasa, yang mampu menonjolkan Indonesia sebagai tanah yang indah.
Ini bukan kali pertama UGM mengirim tim KKN ke Raja Ampat. Namun, periode kedua tahun 2024 ini membawa tema baru yang sangat potensial dalam sektor pemanfaatan pariwisata lokal. Sebelumnya, KKN UGM di Raja Ampat berfokus pada peningkatan sumber daya manusia.
Tahun ini, fokus tersebut dilengkapi dengan optimalisasi dan strategi promosi endemik lokal Pulau Waigeo di Kota Waisai, terutama burung cendrawasih sebagai burung eksotis dunia.
Tema besar yang diusung oleh tim KKN UGM kali ini memiliki program kerja yang bertujuan untuk menambah daya saing sektor pariwisata burung eksotis.
Menurut Dhea Cornelia, ketua tim KKN Sorai Waisai, program kerja mereka akan fokus pada revitalisasi objek pariwisata, penyusunan materi informasi tentang jenis burung eksotis, peningkatan kualitas pengetahuan sumber daya manusia terkait burung eksotis, serta konservasi dan digitalisasi sistem informasi, dan branding pariwisata burung eksotis di Warkesi, Kota Waisai.
Program ini tentunya memberikan lanskap baru pada jenis pariwisata di Raja Ampat yang sebelumnya terkenal dengan pariwisata bawah lautnya, dan kini menambahkan opsi baru terkait pemanfaatan sumber daya alam Raja Ampat. Optimalisasi potensi pariwisata endemik ini tentu harus melibatkan semua unsur, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Mahasiswa akan berkoordinasi dengan berbagai OPD terkait untuk menyelaraskan program kerja guna bersinergi dalam optimalisasi eco-eduwisata endemik lokal sebagai burung eksotis dunia.
Salah satu anggota tim KKN PPM UGM Sorai Waisai, Yuda Pramudia (Filsafat 2021), memaparkan bahwa saat ini lokasi KKN PPM UGM Sorai Waisai masih belum memiliki spot wisata permanen yang mendatangkan turis secara massal. Spot pariwisata masih berpusat pada wisata bahari seperti Piaynemo, Kalibiru, Wayag, dan Misool.
Daratan Kota Waisai hanya menjadi pusat transit ke titik pariwisata yang sudah disebutkan tadi. Padahal, potensi pariwisata khususnya di konservasi burung endemik sangat memiliki nilai jual yang mahal dan dapat menambah nilai perekonomian warga, terutama bagi penduduk lokal di Waisai Kota.
Meskipun fokus utama KKN Sorai Waisai adalah optimalisasi pariwisata burung endemik lokal Pulau Waigeo, tim juga akan mengidentifikasi permasalahan sosial dan kultural yang ada di masyarakat, terutama terkait kesenjangan sosial, penataan kota, serta menyusun strategi pembangunan desa dan kota berbasis pariwisata berkelanjutan.
Harapannya, kegiatan KKN ini dapat terus berjalan dan bersinergi bersama membangun negri, mahasiswa turut menjadi pionir perubahan bangsa ke arah yang lebih baik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News