Desa Fajar Baru, Kawasan Transmigrasi Lagita, Bengkulu Utara, dikenal dengan populasi anak usia dini dan remaja yang cukup tinggi. Kondisi ini menuntut para orang tua untuk memiliki pemahaman yang baik tentang gaya pengasuhan yang tepat agar anak-anak dapat berkembang secara optimal, baik dari segi fisik, kognitif, maupun psikologis.
Seperti yang dipaparkan dalam Smetana (2017) gaya pengasuhan menciptakan konteks yang berbeda untuk perkembangan anak, serta mempengaruhi kompetensi dan penyesuaian psikososial mereka. Untuk mendukung hal ini, sosialisasi parenting menjadi sangat penting dan relevan.
Sosialisasi ini diselenggarakan dalam bentuk diskusi atau forum terbuka yang melibatkan interaksi antara audiens dan fasilitator sosialisasi. Dengan metode ini, diharapkan para orang tua dapat lebih mudah menyerap dan menerapkan pengetahuan yang diberikan.
Materi yang dibahas mencakup berbagai aspek penting dalam pengasuhan anak, seperti cara mengasuh anak dengan baik, pentingnya meluangkan waktu untuk anak, menghindari kekerasan fisik dan verbal terhadap anak, menjaga tutur kata dan emosi di depan anak, serta strategi mengatasi perilaku buruk anak.
Anak-anak yang menerima perhatian dan dukungan yang konsisten dari orang tuanya lebih mungkin mengembangkan keterampilan pengaturan emosi yang efektif dan merasa diakui dalam pengalaman mereka (Morris dkk, 2007).
Sosialisasi ini ditujukan khususnya kepada ibu-ibu di Desa Fajar Baru yang tergabung dalam Kelompok PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga). Sebagai garda terdepan dalam pengasuhan anak, para ibu memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak-anak mereka.
Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan para ibu dapat lebih memahami dan menerapkan metode pengasuhan yang efektif dan penuh kasih sayang.
Dalam sesi diskusi, beberapa ibu mengajukan pertanyaan yang sangat relevan dengan tantangan pengasuhan saat ini. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana cara mengatasi anak yang sulit mengatur emosinya atau yang biasa dikenal dengan "tantrum".
Fasilitator menjelaskan bahwa tantrum pada anak dapat ditangani dengan memberikan perhatian lebih kepada anak, mengendalikan emosi di hadapan anak, menenangkan anak dengan menepuk dada atau punggung, serta mendengarkan apa yang anak ingin katakan. Dengan cara ini, anak merasa dihargai dan didengar, sehingga emosinya dapat lebih terkendali.
Pertanyaan lain yang juga sering muncul adalah bagaimana mengatasi anak-anak yang kecanduan handphone. Fasilitator memberikan beberapa tips praktis, seperti membuat kesepakatan antara anak dan orang tua dalam penggunaan handphone, membatasi waktu penggunaan handphone, serta memberikan pemahaman mengenai buruknya penggunaan handphone yang berlebihan.
Dengan membuat kesepakatan, anak-anak belajar untuk bertanggung jawab dan mengelola waktu mereka dengan lebih baik. Selain itu, orang tua juga dianjurkan untuk menyediakan alternatif aktivitas yang menarik dan mendidik agar anak-anak tidak terlalu bergantung pada handphone.
Dalam sesi sosialisasi tersebut, para ibu di Desa Fajar Baru mendapatkan banyak pengetahuan dan wawasan baru tentang cara mengasuh anak dengan lebih baik. Mereka belajar tentang pentingnya kesabaran, kasih sayang, dan komunikasi yang efektif dalam pengasuhan anak.
Dengan pengetahuan ini, para ibu diharapkan dapat menjadi orang tua hebat yang mampu membimbing anak-anak mereka menuju masa depan yang cerah.
.jpg)
Penyerahan Brosur MOMEN INDAH: Menyediakan Waktu Optimal untuk Nurturing dan Interaksi dengan Anak | Sumber:Dokumentasi Pribadition
Sosialisasi parenting di Desa Fajar Baru sangat penting untuk membantu para orang tua dalam mengasuh anak usia dini dan remaja. Dengan pengetahuan yang tepat, para orang tua dapat mengasuh anak-anak mereka dengan lebih baik, sehingga anak-anak dapat berkembang secara optimal.
Forum terbuka yang melibatkan interaksi antara audiens dan fasilitator sangat efektif dalam menyampaikan materi pengasuhan. Dengan bekal pengetahuan ini, diharapkan para orang tua di Desa Fajar Baru dapat menjadi contoh yang baik dan membimbing anak-anak mereka menuju masa depan yang lebih baik.
Referensi
- Morris, A. S., Silk, J. S., Steinberg, L., Myers, S. S., & Robinson, L. R. (2007). The role of the family context in the development of emotion regulation. Social Development, 16(2), 361-388. https://doi.org/10.1111/j.1467-9507.2007.00389.x
- Smetana, J. G. (2017). Current research on parenting styles, dimensions, and beliefs. Current Opinion in Psychology, 15, 19-25. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2017.02.012
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
