Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dari ujung Pulau Sumatra hingga Papua. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia membuat banyaknya cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat.
Salah satu cerita rakyat yang bisa Kawan jumpai adalah mitos batu teteruga. Mitos ini merupakan cerita rakyat yang berasal dari kepercayaan masyarakat Suku Sobey di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Bagaimana kisah yang terdapat dalam mitos batu teteruga tersebut?
Sekilas tentang Batu Teteruga
Kabupaten Sarmi merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah administratif Provinsi Papua. Penamaan Sarmi ini sendiri berasal dari singkatan suku-suku besar yang ada di wilayah tersebut, yakni Sobey, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa.
Meskipun demikian, kelima suku ini belum menggambarkan seluruh kebudayaan yang ada di Kabupaten Sarmi. Sebab terdapat puluhan bahasa daerah lain yang digunakan oleh masyarakat yang mendiami wilayah tersebut dan berasal dari suku-suku berbeda lainnya.
Dikutip dari laman Papua.go.id, keberagaman suku yang ada di Kabupaten Sarmi menjadi salah satu perhatian dalam bidang keilmuan antropologi sejak lama. Bahkan singkatan sama Sarmi yang menjadi penamaan wilayah tersebut juga dicetuskan oleh salah seorang antropolog Belanda yang meneliti daerah ini, yaitu Van Kouhen Houven.
Selain dikenal dengan keberagaman suku dan budayanya, wilayah Papua juga menjadi rumah bagi banyak situs megalitikum yang ada di sana. Situs megalitikum ini merupakan peninggalan buatan manusia di masa lampau yang berasal dari megalit atau batu besar.
Keberadaan situs megalitikum ini biasanya berkaitan dengan kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat tersebut di masa lalu. Di Papua, situs megalitikum ini biasanya menggunakan medium batu-batu alam, seperti stalagmit, stalagtit, dolmen, batu pahatan, dan lainnya.
Batu teteruga merupakan salah satu situs megalitikum yang ada di pulau besar paling timur Indonesia ini. Situs yang memiliki nama lain batu penyu atau lensau fatiatu ini berada di Kampung Bagaiserwar, Distrik Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi.
Situs batu teteruga ini merupakan batu hitam yang memiliki warna hitam keabu-abuan. Batu teteruga ini memiliki ukuran panjang 160 cm, lebar 140 cm, dan tebal 70 cm.
Permukaan batu teteruga ini memiliki lubang-lubang di atasnya. Bentuk batu teteruga yang seperti inilah yang memunculkan kepercayaan bagi masyarakat, khususnya yang berasal dari Suku Sobey yang meyakini situs tersebut merupakan perwujudan dari teteruga atau penyu.
Mitos Batu Teteruga dalam Kepercayaan Masyarakat Suku Sobey
Rini Maryone dalam artikel "Batu Teteruga Dan Cerita Rakyat Suku Sobey" menjelaskan bahwa mitos terkait batu teteruga ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang meyakini bahwa situs tersebut merupakan perwujudan dari penyu di masa lalu. Hal ini berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di pesisir pantai tempat lokasi dari batu teteruga tersebut di masa lampau.
Menurut riwayatnya, pada zaman dahulu hiduplah sekelompok binatang yang mendiami wilayah tersebut. Terdapat beberapa binatang yang berkumpul dan bersenang-senang bersama, seperti anjing, penyi, kasuari, dan hewan-hewan lainnya.
Sekelompok binatang ini saling bersuka ria dengan menyanyikan lagu secara bersama-sama. Anjing yang juga ada dalam kelompok tersebut juga mulai ikut bernyanyi karena terbawa suasana yang ada.
Namun suara yang dikeluarkan oleh anjing justru tidak sesuai dengan lagu yang dinyanyikan. Bahkan suara anjing ini justru membuat suasana menjadi riuh karena hewan-hewan lain menjadi tertawa ketika mendengar suaranya.
Anjing pun menjadi tersinggung melihat perlakuan binatang lain terhadap dirinya. Anjing tersebut tidak terima atas tertawaan binatang lain ketika dirinya sedang ikut bernyanyi.
Alhasil anjing pun mengamuk dan mulai menggigit binatang lainnya. Melihat kondisi tersebut, binatang lain mulai berhamburan untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Hal yang sama juga dilakukan oleh penyu yang berada di kelompok tersebut. Dirinya juga mulai berlari untuk menyelamatkan diri dari gigitan anjing.
Namun nahas, sang penyu justru terinjak oleh kasuari yang juga berlari untuk menyelamatkan diri. Kasuari ternyata menginjak kepala penyu dalam proses pelarian tersebut.
Tidak hanya itu, mata dari penyu juga tersebut juga tertusuk oleh jari kasuari dan terbawa ketika dia melarikan diri. Mata yang terbawa oleh kasuari inilah yang nantinya dipercaya sebagai asal muasal dari batu teteruga yang bisa Kawan jumpai pada saat ini.
Sumber:
- https://papua.go.id/view-detail-kabupaten-268/profil-kabupaten-sarmi.html
- Maryone, Rini. "Batu Teteruga Dan Cerita Rakyat Suku Sobey: Batu Teteruga and The Sobey Tribe Folktale." Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat 13.1 (2021): 95-114.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News