Proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC), yang baru saja diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada 9 Agustus 2024, menjadi sorotan sebagai salah satu inisiatif strategis dalam menjaga ketahanan energi nasional.
Proyek ini bertujuan untuk menambah cadangan minyak nasional dengan produksi yang diproyeksikan mencapai 42,92 juta barel minyak atau millions barrel oil (MMBO).
Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, memberi kontribusi sebesar 25 persen dari total produksi migas nasional, lapangan ini telah menunjukkan peran kunci dalam menjaga pasokan energi bagi Indonesia.
Pada peresmian produksi minyak perdana dari sumur B13, Arifin Tasrif menyampaikan bahwa sumur ini mampu memproduksi sekitar 13.300 barel minyak. Sumur ini adalah yang pertama dari rangkaian sumur dalam proyek BUIC, yang diproyeksikan dapat menahan laju penurunan produksi minyak (decline rate) yang kerap menjadi tantangan dalam industri migas.
Dalam jangka panjang, sumur-sumur ini diharapkan mampu menghasilkan tambahan minyak antara 40 hingga 60 juta barel dengan produksi harian mencapai 20.000 hingga 30.000 barel.
“Minyak perdana yang peresmiannya kita saksikan hari ini merupakan minyak yang diproduksikan dari sumur B13 sebesar 13.300 barel, yang merupakan sumur pertama dari proyek ini,” ujar Arifin.
Dengan angka produksi ini, proyek BUIC tidak hanya berfungsi sebagai penambah cadangan minyak, tetapi juga sebagai upaya penting dalam menahan penurunan produksi migas nasional.
Mendukung ketahanan energi dan ekonomi nasional
Ketahanan energi adalah kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan nasional. Dengan tambahan produksi sebesar 42 juta barel, Indonesia tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada impor minyak, tetapi juga memastikan pasokan energi yang stabil untuk mendukung berbagai sektor industri.
Dalam konteks global, di mana ketidakpastian harga minyak dunia seringkali berdampak pada ekonomi negara, kemampuan Indonesia untuk memproduksi minyak sendiri dalam jumlah yang signifikan menjadi nilai tambah yang sangat penting.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menambahkan bahwa setelah sumur B13, sumur B12 diharapkan mulai berproduksi pada kuartal keempat 2024.
Kedua sumur ini diproyeksikan akan memberikan kontribusi produksi rata-rata tahunan sebesar 9.285 barel per hari (BOPD) di tahun 2024. Meskipun ada sedikit pergeseran dalam jadwal produksi sumur pertama, SKK Migas optimis bahwa target produksi yang sudah ditetapkan dalam Work Program & Budget (WP&B) 2024 tetap dapat tercapai.
Tidak hanya berkontribusi pada ketahanan energi nasional, proyek BUIC juga diharapkan membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar, khususnya di Bojonegoro dan sekitarnya.
Seiring dengan berjalannya proyek ini, akan ada banyak kesempatan kerja yang tercipta, serta peningkatan kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Selain itu, peningkatan pendapatan daerah dari bagi hasil migas juga dapat mendukung pembangunan infrastruktur dan layanan publik yang lebih baik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News