mengembalikan warisan tenun yang luntur upaya dan tantangan pelestarian kain tenun di sembalun - News | Good News From Indonesia 2024

Upaya dan Tantangan Pelestarian Warisan Kain Tenun di Sembalun

Upaya dan Tantangan Pelestarian Warisan Kain Tenun di Sembalun
images info

Upaya dan Tantangan Pelestarian Warisan Kain Tenun di Sembalun


Melalui keindahan panorama alam dan gunung yang menjulang, Desa Sembalun yang terletak di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, berhasil memikat hati para wisatawan nasional maupun internasional. Berbagai atraksi wisata seperti Bukit Pergasingan, Taman Nasional Gunung Rinjani, Arum Rinjani, Bukit Telu, Savana Laratu, dan Bukit Penyesalan kerap dikunjungi, terkhusus bagi wisatawan yang gemar mendaki.

Banyak kegiatan interaktif yang ditawarkan di Desa Sembalun, mulai dari kegiatan pendakian gunung atau bukit, paralayang, hingga kegiatan petik buah apel dan jeruk telah meningkatkan perekonomian warga lokal.

Meningkatnya sektor pariwisata di Desa Sembalun memunculkan berbagai lapangan pekerjaan baru, seperti terbentuknya tempat penginapan, tracking organizer (TO), restoran, serta agen travel.

Sumber foto: Alipia Putri Riyanti | Potret atraksi wisata di Sembalun
info gambar

Sumber foto: Alipia Putri Riyanti | Potret atraksi wisata di Sembalun


Keberhasilan Desa Sembalun dalam mengembangkan sektor pariwisata lantas tidak secara penuh memberi dampak yang positif bagi dinamika kehidupan masyarakat lokal. Hal ini tampak pada lunturnya budaya lokal yang semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.

Budaya lokal seperti pembuatan kain tenun Sembalun yang pada mulanya menjadi kewajiban bagi perempuan muda saat ini perlahan-lahan ditinggalkan. 

“Dulu, seluruh perempuan yang ada di Sembalun diwajibkan untuk bisa menenun, kalau belum bisa menenun mereka tidak boleh menikah,” tutur Nak Lus (Ibu Lus), pengrajin tenun yang sudah menenun sejak kelas 2 SD.

Kewajiban bagi perempuan di masa lalu untuk bisa menenun nyatanya perlahan lahan mulai menghilang akibat rendahnya minat perempuan Sembalun untuk belajar menenun.

Bahkan, perajin tenun Sembalun saat ini didominasi oleh para perempuan berkisar 50—70 tahun. Nak Lus dalam wawancara di rumahnya (11/07/2024) mengatakan, “Banyak perajin tenun saat ini yang sudah meninggal dan tidak ada yang meneruskan, jadinya hanya tinggal sedikit saja”.

Adapun Tari, Ketua Koperasi Tenun Sangkabira, menyatakan “Banyak anak-anak yang berfokus pada sekolah sehingga tidak memiliki waktu untuk belajar menenun.”

Berkurangnya jumlah perajin tenun Sembalun lantas memunculkan persoalan baru, yaitu berkurangnya pemahaman warga lokal akan makna dari motif tenun Sembalun. Guna meningkatkan jumlah pembelian, banyak perajin yang membentuk motif baru dengan menyesuaikan zaman. Akibatnya, beberapa motif tenun terdahulu mulai dilupakan.

Padahal, motif tenun Sembalun di masa lampau merupakan manifestasi dari dinamika kehidupan masyarakat lokal yang tergambar dalam berbagai motif yang berbeda-beda. Ragi (motif) celulut, sebagai contoh, merupakan salah satu motif kain tenun yang digunakan oleh perempuan yang belum menikah dan masih dalam fase untuk mencari pasangan.

Dengan menggunakan kain tenun motif celulut, perempuan muda akan menunjukan rasa cintanya kepada laki-laki yang mereka sukai. Kain ini lantas akan saling ditukar oleh pihak perempuan dengan pihak laki-laki.

Setelah melewati fase saling menyukai, warga Sembalun lantas menggunakan kain tenun ragi nunggal yang memiliki makna bahwa pihak perempuan dan laki-laki sudah bertunangan. Setelah bertunangan, pasangan perempuan dan laki-laki selanjutnya menikah menggunakan kain bermotif rangkap.

Sumber foto: Nindya Salsabilla | Kegiatan observasi perajin tenun Sangkabira
info gambar

Sumber foto: Nindya Salsabilla | Kegiatan observasi perajin tenun Sangkabira


Sejarah motif tenun Sembalun saat ini hanya diketahui oleh para perajin tenun senior dengan ingatan yang samar-samar. Untuk itu, KKN-PPM Sembalun Beralun UGM berupaya untuk membuat katalog sejarah motif tenun Sembalun sebagai upaya revitalisasi budaya.

Berbagai informasi terkait tenun Sembalun mulai dari cara pembuatan tenun secara tradisional, alat dan bahan yang dibutuhkan, serta profil dari para perajin tenun dikaji secara mendalam dengan teknik observasi partisipatoris.

Dengan adanya katalog produk tenun yang disertai dengan sejarah motif tenun, baik perajin, warga lokal, maupun wisatawan diharapkan dapat memahami dan turut memaknai peninggalan sejarah tenun yang sudah dibentuk oleh nenek moyang terdahulu. Hal ini sebagai warisan budaya yang patut untuk terus dilestarikan.

 

 

Penulis: Irene Saphira Putri Yudyastawa 

Fotografer: Alipia Putri Riyanti, Irene Saphira Putri Yudyastawa, dan Nindya Salsabilla

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.