Regina Safri adalah fotografer alam liar yang mempunyai nama di dunia fotografi Indonesia. Selain sebagai fotografer, ia juga dikenal sebagai aktivis lingkungan hidup.
Sebelum aktif sebagai fotografer alam liar, Regina adalah jurnalis foto dari Kantor Berita ANTARA. Dari situlah pengalamannya meliput alam liar terbentuk dan membuatnya kini fokus di ranah tersebut.
Alam liar tentu jauh berbeda dengan hunian yang kita tinggal. Di sanalah flora dan fauna hidup tanpa terusik ulah tangan-tangan jahil manusia. Tak ayal berbagai tantangan pernah dirasakan Regina saat mengabadikan pemandangan alam liar lewat lensa kameranya. Apa saja kira-kira ya?
Transportasi yang Minim hingga Diserang Pacet
Kecintaan Regina terhadap objek foto alam liar ialah orangutan di hutan Kalimantan. Ia melihat nasib orangutan sedemikian mirisnya karena pembantaian yang dilakukan manusia.
Maka dimulailah gerakan kecintaan terhadap kehidupan di alam liar pada 2011. Tantangan yang dihadapinya pertama ialah modal dan transportasi yang minim untuk sampai ke rimba Kalimantan.
“Ketika cinta kan kita mau berbuat apapun, berkorban bahkan. Ya paling berat biasanya di duit karena kan enggak murah tuh terbang ke sana kemari. Terus juga ketika masuk ke dalam hutan kayak di Kalimantan dulu saya terpaksa harus sewa kendaraan lagi kan, enggak ada ojek online, terus juga harus bayar warlok (warga lokal) nemenin. Enggak mungkin aku keluar masuk hutan sendiri,” ucap Regina kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Medan di hutan berat, terutama bagi Regina yang merupakan anak kota. Warlok pun disewa agar menjadi guide saat masuk hutan,
Bermandikan lumpur dan dikerubungi nyamuk besar adalah tantangan yang dirasakan Regina. Tantangan lainnya ia juga ditempeli pacet (Haemadipsa), hewan sekerabat dengan lintah yang gemar mengisap darah.
“Pacet di mana-mana, kan aku pertama kali ngelihat. Apa nih? Kayak cacing banyak banget nempel di kaki. Terus nempel-nempel gitu, pas dicabut agak susah karena dia akan lepas sendiri ketika sudah menggelembung,” ucap Regina.
Sosok yang kerap disapa Rere itu pun merasa gegar budaya pada awal penjelajahannya di hutan. Medan yang berat dan perjalanan berkilo-kilometer mesti ditempuhnya. Namun, karena passion dan kecintaan yang tinggi terhadap fotografi dan objek alam liar membuatnya terus melangkah ke dalam hutan. Dari tantangan dan pengalaman yang sudah dirasakan, Regina pun mengasah mental dan fisik agar lebih kuat.
“Makanya kalau nge-gym aku biasanya main kaki,” katanya lagi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News