prasasti lucem saksi kepedulian sang apanji pada rakyatnya - News | Good News From Indonesia 2024

Prasasti Lucem Desa Puhsarang, Saksi Sejarah Sosial Budaya dan Agama

Prasasti Lucem Desa Puhsarang, Saksi Sejarah Sosial Budaya dan Agama
images info

Prasasti Lucem Desa Puhsarang, Saksi Sejarah Sosial Budaya dan Agama


Sejarah menjadi suatu bahasan yang luas dan sangat mendalam. Sejarah ini terkumpul dari berbagai sumber, mulai dari tulisan, parasasti, hingga cerita dan kebudayaan masyarakat, sehingga membentuk suatu informasi dan cerita masa lalu yang padu.

Dari sekian banyak sumber sejarah, prasasti menjadi salah satu sumber sejarah yang paling unik dan menyimpan berbagai daya tarik sejarah di dalamnya.

Di Indonesia, banyak sekali prasasti dari kerajaan-kerajaan terdahulu, baik prasasti yang sudah ditemukan, belum ditemukan, atau bahkan sudah ditemukan, tetapi ditinggalkan dan terbengkalai.

Banyak dari prasasti ini yang dijadikan objek wisata atau sebagai objek kebudayaan. Prasasti Lucem di Desa Puhsarang menjadi salah satu prasasti yang menjadi objek wisata dan objek kebudayaan.

Prasasti Lucem (Dokumentasi Kala Semen)
info gambar

Prasasti Lucem (Dokumentasi Kala Semen)


Prasasti Lucem atau Watu Tulis Pohsarang terletak di sisi Sungai Kedak, Desa Puhsarang, Semen, Kediri. Prasasti Lucem sendiri dijaga oleh juru kunci, Nur Ali, dan dijaga serta dirawat oleh dinas kebudayaan dan pariwisata setempat.

Prasasti ini menjadi satu dari beberapa prasasti yang ditemukan di Desa Puhsarang dan kondisinya masih terjaga dengan baik. Lucem kini dibatasi oleh pagar besi dan diletakkan dibawah atap untuk melindungi dari panas dan hujan. 'Bangunan' ini dikelilingi perkebunan dan persawahan milik warga sehingga hanya memiliki ruang yang cukup kecil untuk pengunjung.

Tim KKN-PPM UGM Kala Semen berkesempatan untuk meliput langsung terkait prasasti ini dan mewawancarai Nur Ali selaku juru kunci prasasti Lucem pada 3 Juli 2024. Berdasarkan penuturan beliau, prasasti Lucem bertuliskan dalam huruf Kadiri Kwadrat “934 tewek ning hnu bineheraken da Mel samgat Lucem mpu Ghek sang apanji tepet i pananem boddhi waringin.”

Artinya “Tahun 934 Saka (bertepatan 1012 M) batas patok jalan diluruskan oleh Samgat Lucem pu Ghek Sang Apanji Tepet dengan penanaman pohon beringin.” Isi prasasti ini dituliskan dalam 4 baris yang masing-masingnya berukuran sekitar 17 x 50 cm dalam bongkahan batu berbentuk oval.

Prasasti tersebut memiliki makna yang mendalam sebagai bentuk kepedulian penguasa terhadap rakyatnya dalam bentuk perbaikan jalan dan penanaman pohon beringin sebagai peneduh jalan.

Jalan yang dimaksud adalah jalan di lereng Timur Wilis. Jalan ini menuju tempat pemujaan dan pertapaan dengan prasasti Lucem menjadi salah satu titik pemberhentiannya. 

Selain itu, prasasti Lucem juga berkaitan dengan penanaman beringin atau ficus yang dimaknai sebagi bentuk penerapan prinsip Tri Hita Karana. Dalam prinsip ini, manusia harus memerhatikan tiga unsur utama untuk mencapai kebahagiaan, yaitu Tuhan, sesama, dan alam.

Penanaman ficus menjadi perwujudan kepedulian terhadap alam dan sesama serta menjadi salah satu bentuk penerapan prinsip Tri Hita Karana dalam agama Hindu. Pohon beringin juga menjadi hal yang sakral dalam agama Buddha karena berkaitan dengan penerimaan pencerahan sang Buddha di bawah pohon beringin atau Boddhi.

Dalam agama Hindu dan Buddha, pohon beringin melambangkan kekuatan spiritual dan keabadian.

Prasasti Lucem memang memiliki makna yang mendalam, baik dari segi sosial, budaya, hingga religi. Prasasti ini menjadi harta sejarah yang berharga di Desa Puhsarang yang menyajikan kompleksitas dan gambaran sejarah yang ada di Desa Puhsarang dan sekitarnya.

Tim KKN-PPM UGM Kala Semen melakukan penanaman berbagai jenis beringin atau ficus di sekitar area Lucem sebagai bentuk pelestarian budaya dan pengembangan wisata di Desa Puhsarang.

Penanaman ficus ini juga menjadi perwujudan dari isi Lucem yang menyiratkan pohon beringin sebagai peneduh dan bentuk kepedulian untuk rakyat. Harapannya, kegiatan ini bisa menjadi dorongan untuk masyarakat dan generasi muda dalam melestarikan budaya daerah.

Sayangnya, akses menuju Lucem cukup sulit, bahkan untuk sepeda motor sekalipun. Hal ini juga diperburuk dengan tidak adanya fasilitas parkir bagi pengunjung yang cukup dekat dengan letak prasasti ini.

Satu-satunya akses hanyalah melalui jalan tanah dan jembatan kecil yang terhubung dengan kawasan Lucem.

Selain itu, pengembangan kawasan wisata Lucem juga terkendala karena keterbatasan lahan. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Prasasti Lucem dikelilingi perkebunan dan persawahan milik warga.

Hal itu menyulitkan dalam usaha pengembangan dan pembangunan fasilitas di kawasan prasasti Lucem karena cukup banyak warga yang perlu terlibat dan pembebasan lahan yang memakan biaya yang cukup tinggi. 

Untuk itu, dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan dalam pengembangan wisata dan pelestarian budaya Lucem, sehingga bisa terus dikenang oleh generasi selanjutnya sebagai objek sejarah dan kebudayaan dengan makna yang dalam.

Bukan hanya penggiat sejarah dan budaya, generasi muda dan seluruh masyarakat sangat diharapkan bantuannya dalam membantu pelestarian dan mengenalkan prasasti Lucem sebagai bentuk kebudayaan Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.