menjaga yang terlupakan pendampingan dan pemberian edukasi bagi caregiver odgj di desa tambak kota boyolali - News | Good News From Indonesia 2024

Menjaga yang Terlupakan, Pendampingan dan Pemberian Edukasi bagi Caregiver ODGJ di Desa Tambak, Boyolali

Menjaga yang Terlupakan, Pendampingan dan Pemberian Edukasi bagi Caregiver ODGJ di Desa Tambak, Boyolali
images info

Menjaga yang Terlupakan, Pendampingan dan Pemberian Edukasi bagi Caregiver ODGJ di Desa Tambak, Boyolali


Maraknya isu kesehatan mental akhir-akhir ini membuat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental semakin meningkat. Pembahasan soal berbagai jenis gangguan mental dan upaya-upaya untuk mencegahnya sudah tidak lagi menjadi bahasan yang tabu di masyarakat.

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak muda saat ini sudah memiliki pengetahuan yang lebih komprehensif terkait apa itu sehat dan gangguan jiwa, menandakan adanya progresivitas dari masyarakat.

Lantas, apakah kondisi yang cukup ideal ini sudah terjadi di seluruh kota di Indonesia? Hal ini menarik perhatian kami untuk menelusuri kondisi ini di Kota Boyolali, tepatnya di Desa Tambak. 

Desa Tambak adalah satu desa di Boyolali yang terkenal akan potensi pertanian dan peternakannya, menjadikan banyak warganya berprofesi sebagai petani dan peternak. Dari berbagai dukuh yang ada di desa ini, kami memfokuskan pengamatan kami terhadap salah satu dusun yang ada di sana, yaitu dusun 2.

Berdasarkan penuturan Tri, seorang kader kesehatan jiwa yang juga merupakan seorang Kadus di Desa Tambak, terdapat 3 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di dusun tersebut.

Ketiganya tergolong berusia paruh baya dan dikatakan telah mengalami gangguan jiwa sejak kecil. Tri menambahkan ketiganya sudah pernah dirawat di rumah sakit jiwa, tetapi pihak keluarga meminta untuk dirawat secara mandiri saja di rumah.

Sayangnya, perawatan yang dilakukan oleh keluarga tidak dilakukan secara rutin sehingga banyak dari mereka sudah tidak mengonsumsi obat-obatan lagi. Melihat kondisi ini, kami merasa bahwa diperlukan pendampingan dan pemberian edukasi bagi caregiver ODGJ di desa ini.

Pendampingan dan pemberian edukasi ini ditujukan supaya keluarga sebagai caregiver atau individu yang melakukan perawatan dan memberikan dukungan baik secara material dan emosional memiliki kepedulian yang lebih kepada anggota keluarganya yang mengidap gangguan jiwa dan mampu memberikan perawatan sehari-hari yang lebih baik. 

Kegiatan pendampingan dan pemberian edukasi ini dilakukan selama 2 kali terhadap dua pasien yang berbeda. Saat kunjungan pertama, kegiatan lebih difokuskan untuk melakukan pendekatan dan membentuk hubungan baik dengan anggota keluarga ODGJ.

Kegiatan pendampingan dan pemberian edukasi baru dimulai pada pertemuan kedua. Pemberian edukasi berfokus pada usaha untuk memberikan pengetahuan dasar kepada caregiver terkait apa itu ODGJ, kebutuhan, hak, serta perawatan yang dianjurkan untuk ODGJ. Interaksi antara caregiver dan ODGJ tidak dapat dipungkiri juga dapat menimbulkan tekanan tersendiri baik, secara fisik atau mental bagi caregiver.

Oleh karena itu, caregiver juga dibekali pengetahuan terkait pengelolaan stres dan signifikansi peran caregiver dalam proses penyembuhan ODGJ. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian bantuan kebutuhan dasar berupa alat mandi, biskuit, vitamin B, C, dan Zinc. Setelah pendampingan dan pemberian edukasi selesai, kunjungan diadakan kembali sebagai bentuk monitoring implementasi kegiatan para caregiver.

Berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan sebenarnya adalah bentuk upaya nyata kami membantu permasalahan kesehatan jiwa pada fase preventif yang sayangnya belum banyak dilakukan di tingkat desa.

Menurut Tri selaku kader kesehatan jiwa, kebanyakan program yang berada di fasilitas kesehatan cenderung lebih terfokus pada permasalahan kesehatan fisik pada kelompok, seperti ibu hamil dan lansia. Sedangkan, untuk masalah kesehatan mental, belum terdapat program pelayanan khusus ODGJ.

Pendelegasian resmi untuk kader jiwa pun belum ada. Padahal, kasus gangguan jiwa seperti 2 pasien yang dilakukan pendampingan sudah seharusnya mendapat upaya kuratif supaya kondisi gangguan tidak berkembang menjadi lebih parah.

Kesehatan seharusnya tidak dipandang dari aspek fisik saja, tetapi juga mental, sosial dan spiritual sebagai satu kesatuan.

Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih komprehensif yang melibatkan peran berbagai macam stakeholder, termasuk pemerintah desa, tenaga kesehatan, masyarakat dan keluarga untuk mencapai kondisi sejahtera tersebut. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.