Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke-4 di dunia, Indonesia tergolong sebagai bangsa dengan multietnis, multiras, dan multikultural.
Karena keberagaman ini pula menciptakan Indonesia sebagai negara dengan kebhinekaan terbesar kedua di dunia dengan 718 bahasa, setelah Papua Nugini dengan 839 bahasa. Indonesia pun menyumbang sekitar sepuluh persen dari total bahasa di dunia.
Tetapi kebanggaan ini nyatanya dirundung awan gelap. Karena adanya tren kepunahan bahasa daerah. Sejumlah faktor diidentifikasi mengancam keberadaan bahasa daerah di Indonesia pada masa depan.
Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek E Aminudin Aziz menyebutkan pada 2018 banyak bahasa daerah yang telah menghilang. berkurangnya penutur asli, meningkatnya perkawinan silang, dan urbanisasi disebut sebagai faktor.
“Pada 2021, kami melakukan kajian daya hidup bahasa daerah, ternyata memprihatinkan,” ujar Aminuddin yang dimuat Indonesia.go.id.
Satu bahasa mati setiap dua pekan
Aminuddin mengatakan tidak ada satu pun bahasa daerah yang daya hidupnya naik. Bahkan setiap dua pekan, satu bahasa daerah hilang dan dalam 30 tahun ada bahasa ibu yang mati.
Karena itulah, Kemendikbudristek berkomitmen melindungi bahasa daerah dari kepunahan melalui serangkaian upaya revitalisasi. Dijelaskannya revitalisasi ini membutuhkan pendekatan multilevel yang melibatkan berbagai kalangan.
“Kebijakan ini mencakup pengakuan atas pentingnya bahasa daerah dalam bidang pendidikan, pemanfaatan teknologi, dan digitalisasi,” ucapnya.
Selain itu, lanjutnya diperlukan pula peningkatan penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan keluarga. Sebab itu akan menjadi pendukung utama kelestarian bahasa daerah.
Gelar festival
Kemendikburistek juga melakukan berbagai kegiatan demi menekan laju kepunahan bahasa daerah di Indonesia. Badan Bahasa Kemendikbudrisetk misalnya mengadakan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) pada Mei lalu.
“Penyelenggaraan kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta pada generasi muda terhadap bahasa daerahnya serta meningkatkan kepedulian dan sikap positif masyarakat dalam berbahasa daerah,” kata Aminuddin.
Sebagai tahapan dari program RBD, katanya FTBIN merupakan sebuah upaya mempromosikan keragaman bahasa daerah serta sebagai bentuk apresiasi kepada pelaku bahasa di daerah.
FTBIN juga menjadi kegiatan memperingati hari bahasa ibu internasional yakni memperkuat promosi keragaman bahasa daerah yang perlu secara eksplisit dituangkan pemerintah pusat dan daerah dalam satu forum koordinasi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News