Masih segar seruan kemenangan para pemain catur di lantai dua Pasar Atom Surabaya. Ditemani kopi serta batu giok pembawa keberuntungan, maestro dengan inisial J menantang kerabat lamanya untuk kembali bertanding hari Minggu itu.
Mereka bersahabat sejak Turnamen Catur Xiang Qi Indonesia puluhan tahun lalu, dan kios dengan luas tidak lebih dari tujuh meter persegi tersebut menjadi markas kesayangannya.
Seperti suatu komunitas berasaskan kekeluargaan, para tetua biasa menyambut pengunjung dengan ramah. Ya, dengan keramahan dan pertanyaan seraya menunjuk ke arah papan kayu besar bertuliskan 象棋 (Xiang Qi); ‘tahu bacanya, engga?’
Cen Sui San namanya, lebih akrab dipanggil Koh San. Beliau sudah lebih dari tiga dekade mengabdi untuk menjaga perhimpunan Xiang Qi Surabaya. “Kamu itu diajarin sama maestro lho,” sahutnya saat penulis diajak untuk mengenali karakter mandarin dengan J. “Haruse yo bangga titik. (perhimpunan) Sini rata-rata juara nasional semua, internasional juga ada. Berasal dari Pasar Atom.”
Saat mendengar kata ‘catur’, lantas seseorang bisa membayangkan menara-menara hitam putih di atas papan berpetak. Permainan board game tersebut juga cukup digemari oleh anak muda. Sering ada ajang perlombaan catur antarkelas, kalau tidak, setidaknya ada aplikasi catur di perangkat masing-masing.
Secara harfiah, ‘Xiang Qi’ berarti ‘gajah’(di mana pion Gajah tidak boleh menyerang). Berbeda dengan catur biasa, Xiang Qi memiliki metodenya sendiri. Walau begitu, zaman sudah semakin modern dan jejak budaya Tionghoa di kota ini mengalami modernisasi. Sempat dilarang pada tahun 1998, catur asal Tiongkok ini biasa dimainkan guna berlomba dan berjudi.
Bidaknya bukan menara hitam-putih layaknya catur biasa; bisa dibilang, permainan ini berbentuk seperti kepingan koin atau pun bakpia. Perbedaan lainnya adalah di mana catur memiliki papan yang lebih kecil dengan 64 kotak. Dengan total 32 buah di kedua sisi, catur menjadi lebih dari permainan dengan penekanan pada pengendalian petak tertentu dan menggunakan taktik seperti pergerakan strategis.
Xiang Qi memiliki papan dengan 90 persimpangan, yang menekankan pada pengontrolan bidak. Terutama karena ada cara untuk memblokir bidak seperti menteri dan kuda. Penekanannya adalah pada kemampuan manuver bidak dan seberapa cepat seorang pemain dapat membawa bidak mereka untuk menyerang (atau bertahan). Tidak seperti catur internasional, kalau pion prajurit bisa diganti, Xiang Qi tidak dapat mengganti jenis pion.
Papan Xiang Qi diibaratkan sebagai lahan perang dan istana. Di mana ada sungai pembatas antar dua kerajaan; dan dua pasukan yang siap ‘tuk bertempur. Tujuannya adalah untuk menskakmat jenderal (raja) lawan. Ada pun bidak meriam yang dapat melompat beberapa petak untuk “menghancurkan” lawan. Jadi, secara imajinatif, permainan Xiang Qi seperti menonton film perang masa lampau sambil harus memerhatikan garis-garis papan.
Jadi, catur sendiri selalu memiliki kualitas naratif. Segala pergerakannya penuh perhitungan serta strategi. Susahnya lagi, ada beberapa bidak yang bersifat “menghalangi” serta “melindungi”, jadi tidak bisa dilompati. Sementara, ada pun daerah ‘benteng’ yang membatasi pergerakan bidak jenderal.
Aspek lain yang membuat Xiang Qi unik; kalau catur biasa, penonton bisa melihat jenis bidak dari bentuknya. Kalau Xiang Qi, satu-satunya pembeda antar bidaknya hanyalah warna serta karakter mandarin di atasnya.
“Mesti tahu karakternya dulu, ini opo bacae?” sahut Koh San, menengadahkan tangan di antara bulatan-bulatan catur. “Zaman sekarang anak-anak jarang yang mau bermain. Mana tau baca zhongwen (Bahasa Mandarin), apalagi ini karakter kuno. Ga ngerti bacae yo gaiso dolan. Mangkane (Xiang Qi) iki susah. Mikir dua kali.” Kata-katanya terpotong dengan gebrakan meja sekelompok peminum kopi yang baru saja memenangkan pertandingan lagi.
Permainan berakhir ketika satu pemain melakukan skakmat terhadap jenderal lainnya. "Skakmat" (將死) terjadi saat pemain sang jenderal tidak dapat bergerak untuk mencegah penangkapan sang jenderal, situasinya disebut.
Ketika sang jenderal dalam bahaya ditangkap oleh pemain musuh pada langkah berikutnya, pemain musuh telah "menyerahkan cek" (照將/將軍), dan sang jenderal "sedang diperiksa". Tidak seperti dalam catur di mana kebuntuan adalah seri atau stalemate. Kalau di Xiang Qi, itu adalah kerugian bagi pemain yang mengalami kebuntuan.
Kehadiran Pasar Atom di dekat daerah Kembang Jepun ini berhubungan dengan berbagai kebudayaan berbeda di Surabaya. Menelusuri sejarah Kota Pahlawan, sempat ada pemukiman khusus Tionghoa serta etnis Arab di Jembatan Merah dan kawasan Kalimas. P
emukiman tentu berbicara tentang jalur perdagangan, dan Pasar Atom hadir sebagai pusat dari seluruh pasar tersebut. Gedung yang ada sejak tahun 1950 tersebut menjadi ikon tersendiri bagi perhimpunan Tionghoa Surabaya. Apalagi bila ada kisah mengenai perhimpunan catur tradisional yang tetap bertahan.
Selain di Pasar Atom, Koh San juga membuka Yayasan Catur di beberapa titik Surabaya. Dulu digunakan untuk persiapan kompetisi, kini dikhususkan untuk kursus gratis bagi anak muda.
Banyak pihak yang telah memberikan sumbangan beserta sponsor. Itulah yang menjadi flow keuangan utama dari Xiang Qi.
Namun satu per satu, pengunjung setia Perhimpunan Xiang Qi Surabaya kembali ke alamnya. Wajah mulai berubah, dan generasi selalu berjalan. Semua orang bisa membeli kopi Kartiko langganan pendahulu, tapi tidak ada yang bisa membeli waktu.
“Ya mau gimana lagi, sudah zamannya yang hitam putih. Sedih? Engga,” Koh San duduk di atas kursi plastiknya, sebelum membuka laci kecil berisikan nama-nama pengunjung paling rajin. “Nilai sejarah ada di sebagaimana besar ia bakal dilupakan. Kalau diketahui banyak orang, ya engga spesial dong. Ini yang menjadikan kita unik, ini yang menjadikan kita kuat.”
Mengelola perhimpunan selama lebih dari 30 tahun bukanlah hal yang mudah. Walau begitu, Koh San tetap semangat menjalani kesehariannya. Walau harus tetap menerima fakta bahwa anak-anak muda zaman sekarang juga lebih terbiasa dengan catur internasional.
Untuk sementara ini, lokasi utama perhimpunan Xiang Qi tetap berada di Jl. Bunguran No.45, Bongkaran, Kec. Pabean Cantian, tepatnya lantai dua Pasar Atom. Mengaksesnya juga gratis tanpa biaya apapun. Jadi, siapa pun bebas untuk bermain hingga jam sepuluh malam.
“Memang ribet, tapi ini pesannya; hidup itu selalu tentang menang kalah. 棋逢对手,将遇良才 (qí féng duì shǒu jiàng yù liáng cái); kalau kita mau menang, lawannya kita harus sama-sama kuat. Kalau lemah, kapan bakal belajar jadi kuat, hayo?” Tawa penjaga setia perhimpunan itu.
Ketika malam itu akhirnya tiba, cerita mengenai perhimpunan catur itu berlanjut. Perlahan pintu harmonika menutup toko, selagi Koh San mencatat transaksi makan siang sebelum melanjutkan hari esok. Entah sampai kapan, tidak masalah. Setidaknya, Xiang Qi dan Pasar Atom telah tercatat di ingatan sejarah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News