pesona budaya bantengan di lereng gunung bromo menjaga tradisi di dusun kedampul - News | Good News From Indonesia 2024

Pesona Budaya Bantengan di Lereng Gunung Bromo, Menjaga Tradisi di Dusun Kedampul

Pesona Budaya Bantengan di Lereng Gunung Bromo, Menjaga Tradisi di Dusun Kedampul
images info

Pesona Budaya Bantengan di Lereng Gunung Bromo, Menjaga Tradisi di Dusun Kedampul


Jika membicarakan budaya Indonesia, maka tidak pernah ada habisnya. Tiap sudut negeri ini, pasti memiliki budayanya sendiri. Bahkan sudah banyak budaya yang diakui UNESCO dari mulai budaya yang fisik sampai yang tak benda sekalipun.

Identitas budaya ini menjadikan Indonesia dikenal luas di belahan dunia. Bangga menjadi bangsa Indonesia, artinya harus bertanggung jawab juga untuk menjaga budaya Indonesia agar tetap lestari. Pasalnya, tak sedikit juga budaya Indonesia yang semakin lama hilang tergerus arus modernisasi, terutama budaya-budaya daerah.

Maka dari itu, tulisan ini akan mencoba mengenalkan budaya daerah dari sudut lereng gunung Bromo, tepatnya Dusun Kedampul, Desa Duwet, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Pemandangan Gunung Bromo
info gambar

Gunung Bromo foto diambil oleh Wardah Nafisah anggota Kelompok 280 KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Keindahan Dusun Kedampul dan Kehangatan Warganya

Keindahan Dusun Kedampul di ketinggian 1000 Mdpl (Meter di atas permukaan laut) yang diapit oleh lereng-lereng gunung Bromo dan dipadukan dengan puncak “mahameru” yang mengintip dari sela-sela perbukitan sangat memanjakan mata. Apalagi dengan kehangatan warganya yang selalu tegur sapa menambah keindahan dari sisi lain Dusun Kedampul.

baca juga

Begitu melekatnya budaya dan kesenian di sini, menjadikan daya tarik sendiri bagi masyarakat setempat. Setiap diadakan pertunjukan yang masyhur di sini seperti bantengan dan kuda lumping, masyarakat berbondong-bondong menonton pertunjukkan tersebut sampai larut malam.

Pertunjukan Bantengan Pertunjukan Bantengan foto diambil oleh Iksan Maulani anggota Kelompok 280 KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
info gambar

Pertunjukan Bantengan Pertunjukan Bantengan foto diambil oleh Iksan Maulani anggota Kelompok 280 KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Kesenian Bantengan, Warisan Budaya dari Zaman Kerajaan Singasari

Semua kalangan menikmati pertunjukkan bantengan dengan penuh daya tariknya tersendiri. Dalam beberapa literatur menyebutkan bahwa kesenian bantengan sudah ada sejak zaman kerajaan Singasari yang didukung dengan relief-relief di beberapa candi yang pernah menjadi pusat Kerajaan Singasari.

Lebih lanjut, di zaman Singasari, bantengan diyakini memiliki fungsi religius dan digunakan dalam upacara-upacara tentu serta ritual adat. Meskipun dalam praktek pertunjukannya berbeda pada zaman Kerajaan Singasari belum seperti sekarang yang menari dengan topeng kepala bantengan, mereka melakukan gerakkan tari yang diambil dari gerakan pencak silat.

Perkembangan Bantengan di Masa Kolonial dan Penyebarannya di Jawa Timur

Adapun perkembangan bantengan memasuki awal baru pada masa kolonialisme Belanda. Dimulai dari seorang tokoh bernama Mbah Siran yang dikenal karena menciptakan topeng bantengan menggunakan tanduk bantengan di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Kemudian pada masa Orde Lama, kesenian Bantengan mulai menyebar ke berbagai pegunungan di Jawa Timur. Hingga saat ini, kesenian bantengan telah berkembang di beberapa daerah di Jawa Timur, termasuk di Dusun Kedampul, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

baca juga

Bantengan di Dusun Kedampul, Tradisi yang Hidup di Tengah Modernisasi

Bantengan di Dusun Kedampul sendiri meskipun belum terlalu lama, namun telah melekat di masyarakat. Menurut Rilah Amsah salah satu ketua penggiat bantengan dari komunitas Anom Jaya Sejati menyampaikan awal mula membuat Bantengan di Dusun Kedampul.

“Dalam pribadi saya, awal mulanya ada peristiwa kesurupan yang dialami oleh anak-anak komunitas saya. Di situ saya ditanya, untuk apa membuat bantengan. Saya menjawab untuk mainan, dan menghibur masyarakat, tidak lebih dari itu,” tutur Amsah.

Lebih lanjut Amsah menyampaikan bahwa pendirian seni bantengan ini sebagai langkah untuk melanjutkan tradisi yang sudah lama ada, dan perlu untuk dilestarikan. Apalagi dalam bantengan sendiri harus didasari dengan niat lurus agar dalam pertunjukan dapat dikendalikan.

Pasalnya bantengan sendiri, roh yang merasuki raga manusia yang memerankan banteng memiliki wajah-wajah yang beragam. Jika wajah yang merasukinya bersifat keras, maka akan sulit dikendalikan dan akibatnya akan berbahaya. 

Magis dan Keseruan dalam Pertunjukan Bantengan

Salah satu keunikan yang menjadi ciri khas seni pertunjukan bantengan adalah gabungan antara gerakan tari, olah kanuragan, musik, serta mantra yang mampu menciptakan suasana magis yang masih kental.

Lebih jauh, pertunjukan juga melibatkan atraksi dengan hewan banteng yang diperankan oleh dua orang sebagai kepala ekor. Adapun dalam setiap pertunjukannya, menampilkan sepasang banteng jantan dan betina serta tokoh binatang lain seperti harimau dan kera.

baca juga

Disisi lain, penonton bakal dibuat tegang tatkala menyaksikan para pemain Bantengan mengalami peristiwa kalapan atau kesurupan. Biasanya bantengan yang mengalami kesurupan akan sulit dikendalikan pawangnya. Bahkan beberapa Bantengan berusaha untuk keluar dari arena bantengan tersebut, dan mengejar penonton.

Ditambah dengan atraksi dari para pemain yang memperlihatkan kekuatan tubuh mereka dengan dipecut. Barangkali di sinilah ketegangan penonton dirasakan dan menjadi keseruan tersendiri. 

Selain itu, dalam rangkaian pertunjukan terdapat bagian tari-tarian. Di mana nantinya lagu-lagu bantengan diputar, dan seluruh banteng akan berjajar untuk menari. Disini penonton pun diperbolehkan untuk menari bersama bantengan sambil nyawer.

Bantengan sebagai Hiburan dan Peluang UMKM

Bantengan di Dusun Kedampul sama seperti bantengan di tempat lainnya ditampilkan dalam berbagai acara hiburan, bersih desa, acara khitanan, dan pernikahan hingga festival kesenian yang menarik perhatian masyarakat.

Menurut warga setempat kesenian bantengan menjadi hiburan yang murah dan pelepas lelah sehabis meladang. Selain menjadi pelepas lelah masyarakat setempat, bantengan memiliki makna dan filosofi mendalam.

Selain itu, bantengan juga menjadi hal yang menambah perekonomian warga setempat. Dengan banyaknya warga yang menonton bantengan, warga setempat bisa menjual jajanan kepada para penonton.

Pemeran Bantengan Pertunjukan Bantengan foto diambil oleh Hanafi Ahmad anggota Kelompok 280 KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
info gambar

Pemeran Bantengan Pertunjukan Bantengan foto diambil oleh Hanafi Ahmad anggota Kelompok 280 KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Bangga menjadi Bagian dari Indonesia

KKN (Kuliah Kerja Nyata) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kelompok 280 yang berlokasi di Dusun Kedampul, Desa Duwet, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, berkesempatan melihat sisi lain dari Indonesia yang perlu dilestarikan.

Salah satunya adalah kesenian bantengan yang merupakan kesenian lokal khas pegunungan Malang. Bantengan dengan latar belakang yang penuh historis akan menambah daya tarik tersendiri. Lebih lanjut, dengan magisnya bantengan membuat keseruan tercipta saat menonton pertunjukkan ini. 

Kelompok KKN 280 berkomitmen untuk melestarikan budaya Nusantara melalui promosi lewat berbagai platfrom media. Untuk mengenalkan bantengan ke penjuru negeri hingga ke manca negara.

Bangga menjadi bagian dari Indonesia, mari kita jaga dan lestarika budaya kita bersama.

Sumber: https://radarmalang.jawapos.com/malang-raya/814653858/mengupas-sejarah-kesenian-bantengan-ternyata-sudah-eksis-sejak-zaman-kerajaan-singhasari 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.