Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengadakan pagelaran wayang kulit untuk memeringati Dies Natalis ke-57 Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Uniknya, pertunjukan wayang kulit yang digelar Senin (19/8) malam itu melibatkan para mahasiswa untuk menjadi pelaku pertunjukan.
Dalang, sinden, dan penabuh gamelan dalam pertunjukan wayang kulit di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada itu berasal dari mahasiswa UGM.
Dalang yang dipilih untuk mementaskan wayang dari kalangan mahasiswa ialah Ki M. Rafì Nur Fauzy, mahasiswa Sastra Jawa. Sementara itu, sinden dan penabuh gamelan merupakan mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) UGM.
Mereka menampilkan Wayang Gajah Mada dengan lakon “Gajah Mada Suci”.
Wayang Gajah Mada ini merupakan wayang asli buatan Universitas Gadjah Mada. Wayang Gajah Mada mulai dibuat sejak 2017 lalu. UGM menggaet para sivitas akademika hingga alumni UGM untuk terlibat dalam pembuatan wayang ini mulai dari mendesain, membuat pola, mengeksekusi di kulit kerbau (menatah), mewarnai (menyungging), dan memasang pegangan (gapit dan tuding).
Setidaknya, UGM telah memiliki peraga wayang sebanyak 70 peraga, terdiri dari tokoh-tokoh penting sejak masa Singasari akhir hingga masa akhir Mahapatih Gajah Mada.
Fakultas Filsafat Dukung Kebudayaan Nusantara
Dekan Fakultas Filsafat, Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum., mengungkapkan, pelibatan mahasiswa Sastra Jawa dalam pertunjukan kesenian tradisional ini merupakan bentuk komitmen Fakultas Filsafat untuk memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi para mahasiswa menunjukkan bakatnya.
Apalagi, menurutnya, Fakultas Filsafat merupakan salah satu institusi yang selalu meninggikan nilai-nilai kebudayaan. Oleh karena itu, pihaknya merasa selalu memiliki tanggung jawab untuk terus mendukung dan menghidupkan tradisi-tradisi luhur yang menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.
Ditambah, Universitas Gadjah Mada tengah mempersiapkan jati diri dirinya sebagai Universitas Pusat Kebudayaan 2050.
“Ini adalah bukti bahwa generasi muda kita masih memiliki kecintaan yang besar terhadap budaya tradisional. Betapa bangganya kita semua bisa menyaksikan antusiasme kita semua dalam melestarikan dan merayakan kekayaan budaya nusantara,” jelas Murti.
Diharapkan, melalui pentas kesenian tradisional ini, seluruh pihak dapat kembali merenungkan dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang telah diajarkan oleh para leluhur
“Mari kita jadikan tradisi sebagai pilar yang kokoh untuk membangun masa depan yang lebih baik bukan hanya bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi generasi yang akan datang,” tandas Murti.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News