Telesurgery, operasi bedah jarak jauh dengan teknologi robotik pertama di Indonesia berhasil dilakukan pada 30 agustus 2024. Dikutip dari Kemkes, Proyek robotik merupakan project multi years yang bertujuan untuk meningkatkan akses layanan dan mutu layanan kesehatan untuk daerah yang tidak terjangkau di Indonesia. Jadi, telesurgery merupakan bagian dari program Telemedisin.
Telemedisin
Telemedisin merupakan praktik penggunaan teknologi untuk memberikan pelayanan kesehatan jarak jauh. Jadi, jika ada warga Aceh yang sakit lalu memerlukan konsultasi atau penanganan dengan dokter dari jakarta misalnya, maka tanpa harus membawa pasien ke jakarta atau sebaliknya, proses konsultasi bisa dengan berbagai program telemedisin yang tersedia.
Ada banyak program telemedisin di Indonesia, di antaranya kerja sama antara Kemenkes dengan platform seperti Halodoc, YesDok, Alodokter, Klik Dokter, SehatQ, Good Doctor, Klinikgo, Link Sehat, Milvik, Prosehat, dan Getwell. Program kerja sama tersebut salah satunya dilakukan saat covid-19.
Telesurgery
Berbeda dengan bentuk layanan dengan platform kesehatan, telesurgery merupakan upaya Kemenkes dalam transformasi sistem kesehatan dengan menggabungkan lima pilar transformasi kesehatan, yaitu Layanan Rujukan, Pembiayaan Kesehatan, Ketahanan Industri Alkes, SDM Kesehatan untuk Layanan Spesiaslis Bedah Jarak Jauh, dan Teknologi Kesehatan.
Awalnya, proyek bedah robotik muncul dari ide business matching para industri alat kesehatan berteknologi canggih. Ini kemudian didesain sebagai proyek multi tahun dan multi stakeholder Robotik Telesurgery 2021—2024 yang memiliki nilai ekonomi dan nilai edukasi.
Dikutip dari Kumparan, untuk pertama kalinya telesurgery di Indonesia berhasil dilakukan oleh dokter di RS I.G.N.G. Ngoerah Bali kepada pasian di RSCM Jakarta. Operasi pengangkatan kista di area ginjal pasien tersebut dilakukan pada 30 Agustus 2024.
Kendali robot yang digunakan sebagai media bedah jarak jauh dipegang langsung oleh dokter bedah, sehingga yang menjalankan operasi tetaplah dokter bedah di bidang tersebut.
Faktor keberhasilan operasi berbasis teknologi tersebut selain karena SDM dan infrastruktur (telerobotik) tentu sangat dipengaruhi oleh kekuatan jaringan. Diketahui pada telesurgery tersebut menggunakan jaringan 5G telkomsel yang memiliki koneksi stabil dan latensi rendah.
Melihat rekam jejak proses pengembangan robotic telesurgery , RSUP Dr.Hasan Sadikin dan RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit yang ditunjuk sebagai pilot project oleh pemerintah telah mengadakan berbagai pelatihan untuk mendukung kompetensi para dokter bedah dalam mengendalikan robot yang merupakan media robotic surgery.
Kemenkes pada tahun 2022 menargetkan sebanyak 40 dokter untuk terlibat dalam pelatihan tersebut.
Kelebihan dan Tantangan Telesurgery
Dikutip dari National Library of Medicine, telesurgery berpotensi untuk mewujudkan kesetaraan pelayanan kesehatan. Teknologi ini menghilangkan hambatan geografis yang menghambat intervensi bedah yang tepat waktu dan professional, beban keuangan, komplikasi dan menurunkan resiko perjalan jauh pada pasien. Sistem ini juga memberikan peningkatan akurasi bedah dan menjamin keselamatan ahli bedah (misal dalam kondisi perang).
Selain pada peningkatan pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas, telesurgery juga bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan dan penelitian di bidang kesehatan.
Jenis operasi yang dapat dilakukan dengan telesurgery diantaranya, bedah thoraks (pembedahan jantung dan paru), bedah digestif (kolesistektomi, appendektomi, reseksi kolon, reseksi gaster, pembedahan bariatrik, reseksi pankreas, liver, limpa), bedah urologi (pembedahan pada ginjal, kandung kencing, prostat), gonekologi (myoma uteri, kista ovatium, dan endometriosis).
Fasilitas bandwidth telekomunikasi yang baik adalah syarat yang akan mempengaruhi luasnya cakupan telesurgery, oleh karenanya untuk menjalankan visi dan misi Kemenkes harus didukung dengan infrastruktur jaringan yang baik. Mengingat akses jaringan yang belum stabil di seluruh wilayah di Indonesia, menjadi pekerjaan rumah untuk pengembangan dan kolaborasi lintas bidang dalam hal ini.
Kemudian, literasi digital juga menjadi komponen penting yang harus dikuasi oleh tenaga kesehatan dalam menjelaskan konsep telesurgery kepada pasien agar pemahaman yang benar dan menyeluruh dapat diterima oleh pasien sehingga proses telesurgery dapat dijalankan dengan baik.
Referensi:
Kominfo. 2023. Literasi Digital Penting Bagi Nakes Guna Tingkatkan Pleayanan Kesehatan. https://aptika.kominfo.go.id/2023/09/literasi-digital-penting-bagi-nakes-guna-tingkatkan-pelayanan-kesehatan/
Paul J Choi, etc. 2018. Telesurgery: Past, Present, and Future. PubMed Central (PMC). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6067812/
Sehat Negeriku (Kemenkes). 2021. Penggunaan Telemedicine Diperluas ke Jabar, Jateng, Jatim, dan Bali. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20210722/2738165/penggunaan-telemedicine-diperluas-ke-jabar-jateng-jatim-bali/#:~:text=Ada%2011%20platform%20telemedicine%20di,Milvik%2C%20Prosehat%2C%20dan%20Getwell.
UPK Kemenkes, Telemedisin. https://upk.kemkes.go.id/new/layanan/telemedisin#:~:text=Layanan%20telemedisin%20merupakan%20sarana%20pelayanan,lokasinya%20jauh%20dari%20fasilitas%20kesehatan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News