Beberapa tahun terakhir, fesyen muslim tumbuh sangat pesat dan berkembang di seluruh dunia sebagai modest fashion atau busana yang tidak memperlihatkan aurat.
Perkembangan busana muslim yang sangat pesat ini mendorong berbagai desainer kenamaan Indonesia semakin optimis untuk melebarkan sayapnya di kancah global.
Tokyo Muslim Fashion Festival (TMFF), menjadi ajang untuk memamerkan karya enam desainer lokal nan terkemuka Indonesia di Jepang.
TMFF diselenggarakan oleh Kolam Ikan Creative Communication dan e-Agency. Agenda ini akan dilaksanakan pada Sabtu, 7 September 2024 pukul 18.00 JST, di Scramble Hall QWS Shibuya Scramble Square, Tokyo.
Modest fashion yang semakin mendunia
Press Conference Tokyo Muslim Fashion Festival 2024
Tokyo menjadi salah satu pusat mode terbesar di dunia dan Asia. Acara fashion ini digelar untuk menjawab semakin berkembangnya busana muslim di kalangan pecinta mode di Jepang.
Tokyo Muslim Fashion Festival 2024 ditargetkan untuk menarik perhatian para pelaku industri mode dalam negeri dan perempuan Jepang.
Populasi muslim digadang-gadang mencapai 1,9 miliar di seluruh dunia. Hal ini membuat modest fashion sudah menjadi hal yang lumrah. Bahkan, pengeluaran umat Islam untuk fesyen meningkat signifikan. Pada tahun 2021 saja, pengeluaran di bidang fesyen mencapai ¥44 triliun.
Project Director TMFF, Iwan Kurniawan menjelaskan, agenda ini diselenggarakan karena Islam dan muslim sudah mulai diterima baik di Jepang.
“TMFF diselenggarakan karena keberadaan muslim dan Islam sudah sangat diterima oleh masyarakat Jepang. Hal ini menandakan bahwa diversity di Jepang sudah sangat meningkat, dan mereka bisa menerima dengan tangan terbuka. Itulah mengapa kami melihat hal ini adalah salah satu potensi untuk memperkenalkan karya desainer modest fashion Indonesia,” jelasnya.
Ajang untuk 6 desainer Indonesia pamerkan karyanya
Press Conference Tokyo Muslim Fashion Festival 2024
Tokyo Muslim Fashion Festival 2024 menawarkan lebih dari sekadar peragaan busana. TMFF mewakili standar unik dari modest fashion. Ditambah lagi, saat ini fashion muslim sudah menjadi ‘menu utama’ di panggung mode tingkat dunia.
Indonesia akan mengirimkan enam desainer yang akan memamerkan karyanya dalam helatan festival mode tersebut, di antaranya:
1. Sasika by Irna Mutiara
Sasika akan menampilkan desain cantik yang memperlihatkan kain Sasirangan dari Kalimantan Selatan. Kain ini dibuat dengan teknik jelujur tangan dan termasuk dalam kategori slow fashion dan sustainable fashion.
Irna Mutiara selaku desainer, menggandeng Bank Indonesia Kpw Kalimantan Selatan untuk mengembangkan desainnya di kancah dunia.
Hasil kolaborasi apik keduanya memberikan karya yang dinamis, urban, minimalis, dan mudah dipadupadankan. Menariknya, nama Sasika merupakan singkatan dari Busana Sasirangan Kalimantan Selatan.
2. Pelangi Asmara
Origami Series terinspirasi dari seni melipat kertas di Jepang. Koleksi ini menggabungkan gaya kontemporer dengan modest wear tradisional.
Koleksi ini semakin menonjol dengan desain minimalis yang menampilkan garis bersih, tekstur halus, dan perpaduan inovatif antara warisan Jepang dan Indonesia.
3. Territory of Jibaru by Terry Putri
Jibaru merupakan akronim dari “Jiwa Baru”. Penamaan tersebut bermaksud seperti terlahir kembali dengan semangat yang lembut, keindahan, kebaikan, dan kesucian.
Jibaru menggunakan paduan warna earth tone dengan dominasi cokelat yang alami dan hijau yang identik dengan keislaman.
Pada koleksinya, terdapat brokat pola bunga dan desain alam yang cantik. Ada juga mutiara yang melambangkan warna putih suci yang lembut, dan diharapkan bahwa jiwa baru itu akan kembali ke keindahan alam.
4. Noar by Anggraeny Septia
Noar memiliki arti cahaya atau kebangkitan. Koleksi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan dan harapan akan bangkitnya peradaban baru yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Uniknya, koleksi Noar memadukan antara dua kebudayaan berbeda, yaitu Batik Karawang dan Kafiyyeh Palestina.
Koleksi ini memakai siluet A, H, dan I. Permainan warna gelap yang dipadukan dengan cutting semi tailoring menambah kesan kuat pada desain ini.
5. Romantic Garden by Kheva Mauza, designed by Raisa Azmi
Romantic Garden adalah kiasan yang menggambarkan keindahan musim gugur di Jepang. Inspirasinya berasal dari daun-daun yang gugur dan udara sejuk yang berhembus.
Kheva Mauza mengadaptasi keindahan tersebut ke dalam sketsa motif dan desain, menggabungkannya dengan DNA brand yang ia bangun sejak 2014.
Guratan sketsa, bahan yang flowy, serta ornamen bunga dalam motif desain ini merepresentasikan dedaunan yang gugur dan berubah warna. Ornamen indah tersebut mampu menciptakan rasa kagum dan kerinduan.
6. Coalescence by Arga Motif, designed by Amanda Muftie
Desain ini memadukan budaya Jawa yang kaya dengan pengaruh Tionghoa dan Belanda. Coalescence menafsirkan ulang motif tradisionalnya dengan sentuhan kontemporer yang minimalis.
Dengan padanan warisan budaya dan desain modern, Arga Motif mengubah batik menjadi pilihan gaya untuk pakaian sehari-hari, dan menentang anggapan bahwa batik hanya untuk acara-acara formal.
Perpaduan tersebut memberikan penghargaan sejarah Batik Lasem, sekaligus menjadikannya relevan bagi audiens global saat ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News