Berbagai komunitas dan seniman telah memperlihatkan bakat dan kreativitasnya melalui seni rupa, tari, musik dan teater. Tidak ada batasan untuk seseorang mengekspresikan diri dan bakatnya, termasuk dalam seni rupa. Seni disablitas adalah karya seni yang dibuat oleh seniman dengan disabilitas atau karya seni yang mengeksplorasi pengalaman hidup dengan disabilitas.
Oleh karena itu, pada 15 Agustus hingga 13 Oktober 2024, Yayasan Dialogue Seni Budaya dengan Yayasan Andien Aisyah berkolaborasi dengan Beberapa yayasan dari 3 kota besar di Indonesia yang diantaranya Yogya Disability Arts (Yogyakarta); Open Arms – Yayasan Selasar Sunaryo; Tab Space (Bandung), British Council: Yayasan Filoksenia dan Dwi Tunggal (Jakarta) mengadakan sebuah pameran yang berjudul Warna-Warna Vol. II. Ini adalah perayaan keberagaman, inklusivitas, dan kreativitas.
Meneruskan volume pertama yang dihelat pada 2018, pameran kali ini kembali mengetengahkan kaya-karya rupa yang mewakili perspektif unik dan kerja arstistik para seniman difabel dari berbagai kota di Indonesia.
Dalam pameran tersebut, ekspresi seni disabilitas mencangkup berbagai medium dan gaya, dari lukisan dan patung, hingga instalasi dan seni media baru. Selain menantang stereotipe dan stigma kaum difabel, ciri khas seni ini ada pada perjuangannya untuk mewujudkan inklusi serta aksesibilitas dalam dunia seni.
Digarap dengan metode kolaborasi, dari pertukaran ide, pengetahuan dan penggabungan pengalaman pribadi ini tidak hanya menghasilkan karya seni yang menggugah. Namun, juga mendukung kepahaman dan mengatasi stigma serta stereotipe yang ada tentang disabilitas.
Menurut kata pengantar pameran, berbeda dari sebelumnya, volume kali ini berfokus pada penguatan jejaring kerja sama antar nisiatif dan kolektif maupun individu. Di mana selama beberapa tahun terakhir terus mendorong keberlangsungan suatu jenis kesenian yang definitif: seni disabilitas.
Terbagi menjadi 6 panel yang berbeda, pada panel pertama pengunjung disajikan dengan lukisan-lukisan karya kolektif dari komunitas difabel. Dengan gaya yang berbeda di setiap lukisannya, pengunjung juga bisa membaca cerita singkat proses berkarya dan berkolaborasi di beberapa lukisan termasuk profil singkat senimannya.
Panel Pertama Pameran Warna-Warna Vol. II | Dokumentasi Pribadi
Pada panel yang sama juga pengunjung dapat membaca kata pengantar pameran Warna-Warna Vol. II yang dikuratori oleh Agung Hujatnika dan Nano Warsono yang inti pesannya kurang lebih sudah disampaikan pada paragraf ketiga di atas.
Di sini juga pengunjung diajak berkenalan dengan PRISM: Mengurai Spektrum Makna Dalam Kolaborasi Seni Disabilitas. Dikutip dari deskripsi yang ada di pameran, PRISM adalah proyek riset yang diinisiasi oleh Jogja Disability Arts dan Dada Fest (UK) yang mempunyai tujuan menghasilkan pengetahuan agar kolaborasi seni disabilitas punya arti dan memberdayakan dalam seni disabilitas.
Selanjutnya pada panel kedua, pengunjung akan melihat karya kolektif seniman Neuodivergen pada media kertas dalam ukuran kecil yang dipajang di satu dinding, karya ini diberi judul ‘Open in a New Tab’ yang merupakan karya 15 seniman disabilitas. Ada juga seni rupa tanah liat karya kolaborasi Achmad Ilham Sadikin dan Tisa Grancia yang berupa patung kecil dan guci besar.
Lukisan Figur Aal di Pameran Warna-Warna Vol. II | Dokumentasi Pribadi
Selain itu, sorotan utama pada panel ini ada pada 2 lukisan potret figur Aal, pemuda asal Bandung. Dikutip dari deskripsi lukisan tersebut, sebenarnya karya ini belum selesai proses pengerjaannya.
Rencananya, setelah priode pameran Warna-Warna Vol. II selesai, Faisal Rusdi dan RE Hartanto masih akan melanjutkan kolaborasi untuk melukis bagian belakang yang rencananya akan dibuat langit, lanskap ayat dan beberapa ekor binatang. Menggambarkan ilustrasi Faisal Rusdi dalam kondisi natural dan dengan riasan Joker, keduanya diremehkan, mendapat diskriminasi dan dianggap tidak ada.
Karya Exposed di Pameran Warna-Warna Vol. II | Dokumentasi Pribadi
Selanjutnya pada panel ketiga, pengunjung disajikan dengan serangkaian karya dengan mixed media dan dengan bantuan kecerdasan atau lebih dikenal AI. Karya-karya pada panel ini merupakan hasil kolaborasi dari Lala Nurmala dan Erika Ernawan yang bejudul ‘Eksposed’.
Tidak hanya cerita di balik karyanya, tapi Lala Nurmala menyusun beberapa cerita dari deskripsi tentang AI serta keresahan dirinya. Lalu, juga dia bercerita tentang pengalamannya saat berkenalan dengan Erika Ernawan pada rangkaian acara Warna-Warna Vol. I pada 2018 silam. Semua ceritanya itu dirangkai menjadi sebuah buku mini.
Selanjutnya, terdapat sebuah rak kecil berisi souvenir, yang di mana produknya masih merupakan karya seniman disabilitas yang berpartisipasi pada pameran Warna-Warna Vol. II. Di sebelahnya, ada buku yang ditujukan untuk pengunjung agar bisa menuliskan kesan-kesannya pada pameran ini.
Pada panel ujung pameran, pengunjung dapat menyaksikan sebuah karya video tari yang diproduksi pada 2021 yang di sutradarai oleh Mariska Febriyani dan Marc Brew dari British Council yang berjudul “Logue & Renewable”.
Namun di lorong menuju panel tersebut, terdapat sebuah dinding yang menyuguhkan banyak data yang dikemas menjadi sebuah infografis yang berisi tentang deskripsi beberapa instansi dan kelompok seni disabilitas yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Pengunjung juga dapat membaca informasi tentang beberapa cara untuk berinteraksi seperti contohnya bahasa isyarat dan Braile.
Tertarik untuk menikmati karya-karya seni disabilitas? Pameran ini berada di Dia.Lo.Gue Gallery yang bertempat di Kemang, Jakarta Selatan hingga 15 Oktober 2024 mendatang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News