Mendengar kata ”pesantren”, yang pertama kali terpikirkan pastilah sebuah lembaga pendidikan yang mempelajari ajaran-ajaran Islam secara mendalam. Namun, di zaman modern ini, sudah banyak pesantren yang mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di era modern ini.
Salah satunya adalah keterampilan menulis. Keahlian ini sudah menjadi tradisi ulama-ulama terdahulu dalam ekosistem keilmuan Islam. Untuk sekarang, menulis sudah didukung oleh aturan pesantren yang pada umumnya melarang penggunaan gawai bagi seorang santri. Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk mengekspresikan gagasan adalah lewat tulisan.
Salah satu pesantren yang memiliki budaya menulis yang sangat kental adalah Pesantren Kutub Hasyim Asy’ari Yogyakarta. Pesantren mahasiswa ini dikenal lewat komunitas sastra yang dimilikinya, yakni Komunitas Kutub. Bahkan, bisa dibilang lebih dikenal dibandingkan dengan pesantrennya.
Komunitas tersebut wajib diikuti oleh seluruh santri. Apabila berbicara tentang pesantren ini, maka sama halnya dengan berbicara mengenai Komunitas Kutub. Dengan demikian, seluruh santri di sini memang dipersiapkan untuk terjun di dunia kepenulisan, khususnya dunia sastra.
Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari merupakan sebuah pesantren yang berlokasi di Yogyakarta bagian, tepatnya di Jalan Parangtritis No.138, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pesantren tersebut berorientasi pada bidang literasi, khususnya tulis-menulis. Hasyim Asy'ari didirikan oleh Alm. K.H. Zainal Arifin Thoha sekitar akhir tahun 1990-an.
Kegiatan Rutin Diskusi Sastra
Terdapat kegiatan diskusi yang rutin ada di pesantren Kutub. Setiap Senin malam, akan dilaksanakan kajian sastra, Selasa malam kajian tokoh atau kajian pemikiran, Rabu malam kajian kitab kuning, dan Kamis malam membaca tahlil dan selawat nabi setelah Maghrib.
Adapun pada hari yang sama setelah Isya, dibuatlah kegiatan kultur literatif. Aktivitas itu berupa diskusi dan evaluasi karya yang telah ditulis. Terdapat empat lembaga otonom yang dimiliki, yakni Taman Baca Masyarakat. Lembaga itu merupakan perpustakaan yang terbuka untuk umum.
Masih adal lagi Lesehan Sastra Kutub, Lembaga Kajian Kutub, dan yang terakhir ada lembaga percetakan dan penerbitan.
Komunitas Kutub memiliki penerbitan dan toko buku yang menjadi badan usaha milik pesantren. Toko buku tersebut dipasarkan melalui marketplace dan media sosial Instagram.
Akun Instagram @katalogkutubstore menjadi media sosial yang berisi informasi penerbitan dan katalog buku yang dijual. Dalam akun tersebut, lebih banyak unggahan yang berisi kata-kata bijak dari buku yang dijual.
Tulisan-tulisan santri Kutub banyak dimuat di berbagai media nasional maupun lokal. Selain itu, mereka juga sering memenangkan kompetisi di tingkat daerah maupun nasional. Para santri juga banyak menghadiri acara sastra yang ada di Yogyakarta.
Hidup Mandiri lewat Tulisan
Sebuah keunikan yang terdapat dalam pesantren ini adalah adanya aturan yang tidak memperbolehkan para santri menerima kiriman dari orang tua. Hal ini tentu mendorong mereka untuk terus memperbaiki kualitas tulisan agar bisa dimuat di media-media.
Ekosistem di pesantren mereka juga mendukung berkembangnya kemampuan menulis mereka. Setiap malam Jumat sehabis Isya, tulisan mereka akan dievaluasi oleh pengasuhnya. Kemudian, santri saling berdiskusi untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam tulisan masing-masing.
Di desa tempat asrama Kutub berdiri, para santri pun memiliki kedudukan yang diluhurkan dalam bidang keagamaan setelah posisi “modin” atau kiai di desa tersebut. Mereka sering diminta untuk mengajar anak-anak mengaji dan menjadi imam untuk musala yang ada di depan asrama mereka.
Meskipun demikian, gaya tulisan mereka tidak hanya bertemakan keagamaan, bahkan sangat beragam. Hal ini sesuai dengan nasihat pengasuhnya bahwa santri Kutub harus memiliki ciri khas tulisan masing-masing.
Eksistensi sebagai Komunitas Sastra
Eksistensi Komunitas Kutub dalam dunia sastra di Yogyakarta terlihat lewat banyaknya komunitas sastra di Yogyakarta yang mengajak bekerja sama. Selain itu, alumni-alumni Kutub juga banyak yang sudah berkarier sebagai penulis buku dan kolom di berbagai media.
Banyak peneliti sastra yang menjadikan Kutub sebagai objek penelitiannya. Tidak jarang, mereka didatangi oleh para peneliti tersebut untuk diwawancarai. Nama Kutub pun tidak hanya eksis di media sastra, tetapi juga di jurnal-jurnal ilmiah. Di ruang utama asrama Kutub, banyak terjejer rapi plakat dan piala-piala kejuaraan.
Prestasi yang telah dicapai oleh para santri Kutub membuktikan bahwa santri tidak hanya ahli dalam ilmu agama saja. Eksistensi Kutub semakin dikenal luar baik di dunia sastra maupun di dunia akademis.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News