Krapyak merupakan salah satu kampung yang berada di Yogyakarta. Secara administratif, Kampung Krapyak ini berada di bawah wilayah Kelurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tahukah Kawan bahwa dulunya wilayah Krapyak ini digunakan sebagai tempat perburuan hewan? Dulunya daerah ini digunakan oleh para Raja-Raja Mataram untuk berburu hewan, seperti rusa dan lainnya.
Salah satu bukti sejarah dari adanya aktivitas ini adalah Panggung Krapyak yang ada di daerah tersebut. Panggung Krapyak yang dibangun pada 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I ini digunakan sebagai pos berburu dan tempat pengintaian oleh para raja.
Bagaimana cerita lengkap terkait perburuan hewan yang dulunya dilakukan Raja-Raja Mataram di Krapyak pada abad ke-17 dan 18?
Kegiatan Berburu di Mataram
Sebelum mengetahui keberadaan Krapyak yang menjadi arena perburuan para raja, Kawan mesti memahami terlebih dahulu bagaimana kegiatan berburu di tengah masyarakat pada periode tersebut. Dikutip dari artikel Rifki Afwakhoir yang berjudul "Munculnya Krapyak dan Perubahan Lingkungan di Mataram pada Abad ke-17", keberadaan hewan sudah menjadi sarana hiburan di Jawa setidaknya mulai abad ke-17.
Pada periode tersebut, para raja sudah mulai berburu untuk tujuan kesenangan. Tidak hanya para raja, masyarakat Jawa juga turut melakukan perburuan hewan pada periode waktu tersebut.
Setidaknya terdapat beberapa alasan mengapa kegiatan berburu ini sering dilakukan pada masa-masa ini. Alasan pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Kondisi alam yang masih dipenuhi hutan pada periode tersebut membuat masyarakat berburu hewan-hewan liar yang ada di alam. Nantinya hewan-hewan ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masing-masing.
Alasan kedua mengapa perburuan hewan dilakukan pada periode tersebut adalah untuk menjaga lahan dari serangan predator maupun hama. Perkembangan agrikultur yang sudah pesat pada abad ke-18 ini membuat masyarakat lahan-lahan mereka dari adanya serbuan hewan predator dan hama.
Oleh sebab itu, perburuan dilakukan untuk menjaga lahan yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan hasil panen sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
Terakhir, perburuan hewan pada abad ke-18 ini berfungsi untuk menunjukkan status sosial di tengah masyarakat. Tujuan ini biasanya dilakukan oleh kalangan elite.
Hasil buruan yang mereka dapatkan akan menunjang status para elite ini di hadapan yang lainnya. Selain itu, perburuan hewan ini juga dilakukan untuk menunjang kepentingan politik dari para kalangan elite tersebut.
Tradisi Berburu di Krapyak
Pada dasarnya, krapyak merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk berburu rusa oleh para raja pada zaman dahulu. Meskipun pada saat ini keberadaan wilayah ini identik dengan Panggung Krapyak yang ada di Panggungharjo, Bantul, sebenarnya penyebutan krapyak ini secara umum ditujukan kepada tempat berburu hewan para raja di beberapa daerah.
Misalnya bisa Kawan lihat dalam laporan Rijcklof van Goens yang berkunjung ke wilayah Mataram pada abad ke-17. Pada waktu itu, van Goens melihat para elite lokal tengah melakukan perburuan hewan di krapyak yang berlokasi di dekat Pantai Selatan Jawa.
Selain itu ada juga Krapyak Pring Amba yang ada di dekat Sungai Opak di tenggara Kota Yogyakarta. Krapyak Pring Amba ini menjadi salah satu krapyak yang terkenal pada era Mataram dulunya.
Keberadaan Krapyak Pring Amba di dekat Sungai Opak ini berkaitan dengan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram. Dulunya ibu kota pemerintahan Mataram masih berada di daerah Pleret.
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa krapyak merupakan lokasi yang memang disediakan khusus sebagai tempat berburu hewan para raja. Jika diibaratkan, krapyak ini seperti halnya tempat penakaran hewan yang bisa dijumpai pada saat ini.
Pada umumnya, sebagian hewan yang dilepas di krapyak ini adalah rusa. Diketahui ratusan rusa biasanya berhasil didapatkan dalam satu kali perburuan yang dilakukan oleh para raja pada periode tersebut.
Sumber:
- Afwakhoir, Rifki. "Munculnya Krapyak dan Perubahan Lingkungan di Mataram pada Abad ke-17." Lembaran Sejarah 20.1: 24-38.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News