gol a gong pernah ingin jadi pelatih usai bawa bulu tangkis indonesia berprestasi - News | Good News From Indonesia 2024

Gol A Gong Pernah Ingin Jadi Pelatih usai Bawa Bulu Tangkis Indonesia Berprestasi

Gol A Gong Pernah Ingin Jadi Pelatih usai Bawa Bulu Tangkis Indonesia Berprestasi
images info

Gol A Gong Pernah Ingin Jadi Pelatih usai Bawa Bulu Tangkis Indonesia Berprestasi


Gol A Gong adalah sastrawan Indonesia yang terkenal lewat sejumlah karyanya salah satunya Balada Si Roy. Keterlibatan sosok bernama asli Heri Hendrayana Harris di dunia literasi Indonesia sangatlah besar. Buktinya, Gol A Gong mendirikan Rumah Dunia, sebuah sanggar yang menyediakan rumah baca dan tempat berkesenian di Kota Serang, Banten.

Sejak 2021, Gol A Gong semakin dikenal karena mendapat predikat Duta Baca Indonesia yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dengan predikat itu ia rajin berkeliling daerah-daerah pelosok untuk mengkampanyekan budaya baca ke masyarakat.

Gol A Gong sendiri sebenarnya tidak mengira dunia literasi akan lekat pada dirinya. Karena pada awalnya, ia tidak ada impian seperti itu. Jauh sebelum terjun sebagai penulis profesional, sebenarnya ia adalah atlet para bulu tangkis dan berkeinginan menjadi pelatih setelah mengharumkan nama Indonesia di kompetisi internasional.

Kehilangan Tangan Kiri dan Mimpi Jadi Pelatih

Tangan kiri Gol A Gong harus diamputasi pada usia 11 tahun. Ceritanya, ia berusaha menirukan penerjun payung dari kesatuan tentara yang sedang beraksi di alun-alun Kota Serang. Sayangnya yang terjadi adalah kecelakaan. Tangan kiri Gol A Gong kecil harus diamputasi karena menurut dokter kondisinya sudah buruk.

Gol A Gong beruntung memiliki orang tua yang penuh perhatian. Ayahnya yang guru pun membekalinya dengan wejangan agar tetap tabah menerima realita caranya dengan fokus berolahraga dan membaca.

“Masyarakat menganggap saya akan jadi beban negara. Katanya di undang-undang akan diurus negara. Pokoknya stigmanya rendah aja. Tapi karena orang tua saya guru melawan tesa (tesis) itu. Jadi antitesanya kamu terima itu, tapi supaya kamu lupa bahwa kamu itu cacat maka kamu harus berolahraga supaya tubuhmu tidak kaku, bapak beli raket supaya luwes bisa nari-nari kayak Rudy Hartono. Yang kedua harus baca buku, yang ketiga harus mendengarkan cerita emak sebelum tidur,” ucap Gol A Gong kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Singkat cerita, Gol A Gong kian tekun dengan olahraga bulu tangkis. Ia menggapai prestasi di tingkat sekolah, kampus, hingga nasional. Bakatnya pun menarik hati legenda bulu tangkis nasional, Iie Sumirat.

Gol A Gong kemudian disarankan masuk tim para bulu tangkis untuk bisa beraksi di Para Pekan Olahraga Nasional (PON) Surabaya pada 1985. Ia juara, namanya kian melesat dan bisa mewakili Indonesia di kompetisi tingkat Asia Pasifik.

Prestasi internasional diraih Gol A Gong lewat bulu tangkis. Saat berkompetisi di Jepang 1989 ia merenggut tiga medali yang dua di antaranya medali emas. Ketika dipanggil untuk berdiri ke podium, perasaan haru pun dirasakannya. Ia merasa sudah seperti para legenda bulu tangkis walaupun setelahnya merasakan pula minimnya perhatian pemerintah terhadap atlet difabel.

“Saya naik di podium, Indonesia Raya berkumandang. Terus bendera di situ. Saya nangis. Baru saya mengalami bahwa Rudy Hartono, Liem Swi King, Iie Sumirat, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, enggak main-main memberikan kebahagiaan. Saya hanya sedih memang saat itu pemerintah belum perhatian,” katanya.

Dengan modal prestasi, Gol A Gong lalu memberanikan diri menawarkan diri menjadi pelatih. Sayangnya, pemerintah belum bisa mengabulkan permintaannya.

Namun, rezeki tetap hadir juga yang bermula dari kebiasaan. Karena sudah dibekali keinginan membaca yang kuat sedari kecil, Gol A Gong lalu mengambil jalan menjadi penulis.

“Saya ke Kompas Gramedia. Akhirnya kebiasaan membaca saya yang menolong, akhirnya saya jadi penulis. Penginnya sih saya jadi pelatih badminton,” ucapnya lagi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.