Semut peluru (Paraponera clavata) terkenal dengan sengatannya yang sangat menyakitkan. Sengatan semut predator ini dikatakan terasa seperti sengatan lebah.
Bersumber dari Britannica, orang-orang Venezuela menyebut semut peluru sebagai “semut 24 jam”, mengacu pada lamanya sakit yang ditimbulkan dari sengatan serangga ini.
Semut peluru merupakan satu-satunya spesies Paraponera yang masih hidup hingga saat ini. Kerabat dekatnya, Paraponera dieteri telah punah sekitar 15 juta tahun lalu.
Semut peluru adalah adalah satu spesies semut terbesar di dunia. Panjang tubuhnya berkisar 18–25 mm, kekar, dan berwarna hitam kemerahan menyerupai bentuk tawon tanpa sayap.
Semut peluru, serangga sosial
Sama seperti semut pada umumnya, semut peluru merupakan serangga sosial. Koloni semut peluru terdiri dari ratusan ekor dan biasanya membangun ‘pemukiman’ di dasar pohon.
Semut peluru berburu secara individu di atas pohon dan di sekitar sarangnya. Ada pula semut yang bertugas menjaga semut kecil dan mengambil nektar yang berada di ujung pohon.
Nektar hasil buruan itu dibawa ke sarang sebagai makanan para bayi semut. Semut peluru bekerja mencari makan terutama saat senja dan malam hari.
Rahasia sengatan semut peluru
Semut peluru memiliki racun yang sangat kuat, yang dapat melumpuhkan mangsa sekaligus sebagai bentuk perlindungan diri.
Rasa sakit yang ditimbulkan dari sengatan semut peluru konon lebih besar dari kelompok serangga Hymenoptera (tawon-tawonan).
Tingkat keparahan dari rasa sakit akibat gigitan semut peluru berada pada skala 1,0–4,0 menurut Schmidt Sting Pain Index—skala yang mengukur rasa nyeri dari gigitan serangga.
Rasa sakit ini digambarkan seperti dibakar hidup-hidup, kemudian kulit terasa berdenyut selama 24 jam. Kompres air es dingin dapat digunakan sebagai pertolongan pertama.
Hidup di hutan hujan tropis
Semut peluru hidup di hutan hujan tropis dataran rendah yang lembab seperti di Amerika Tengah dan Selatan, mulai dari El Savador dan Honduras hingga Peru, Bolivia, dan Brasil.
Untungnya di Indonesia tidak ditemukan semut peluru. Namun, terdapat spesies semut api juga dikenal dengan sengatannya yang berbahaya. Sengatannya terasa menyakitkan dan akan menyebabkan bentol pada kulit.
Di pedalaman hutan Amazon, orang-orang suku Satere-Mawe menggunakan semut peluru sebagai ritual dengan memasukkan tangan ke dalam sarung yang berisi sekelompok semut peluru selama 10–20 menit.
Anak-anak yang mengikuti ritual itu harus mengalami sengatan tanpa diperbolehkan berteriak. Usai melewati rasa sakit yang luar biasa, baru lah mereka bisa dikatakan dewasa melalui ritual tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News