salamander raksasa spesies amfibi purba yang bersuara seperti bayi - News | Good News From Indonesia 2024

Salamander Raksasa, Spesies Amfibi Purba yang Bersuara seperti Bayi

Salamander Raksasa, Spesies Amfibi Purba yang Bersuara seperti Bayi
images info

Salamander Raksasa, Spesies Amfibi Purba yang Bersuara seperti Bayi


Salamander raksasa adalah salah satu amfibi terbesar di dunia yang hidup di perairan tawar. Spesies ini terkenal karena ukurannya yang mengagumkan dan keberadaannya yang langka. 

Di antara salamander raksasa yang paling terkenal adalah Salamander Raksasa Cina (Andrias davidianus) dan Salamander Raksasa Jepang (Andrias japonicus). 

Tumbuh hingga 30 kg

Salamander raksasa dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1,8 meter, dengan berat lebih dari 30 kilogram. Tubuhnya berwarna coklat tua atau kehitaman dengan bintik-bintik yang memungkinkan mereka menyatu dengan lingkungan perairan berbatu dan berlumpur. 

Kulit mereka halus, berlendir, dan sangat sensitif, yang memungkinkannya untuk menyerap oksigen dari air langsung melalui kulit. Ini membantu salamander tetap bernafas ketika berada di air selama berjam-jam.

Kepala mereka besar dan pipih dengan mata kecil yang terletak di atas kepala. Salamander raksasa memiliki rahang kuat yang dilengkapi gigi kecil dan tajam, yang berguna untuk mencengkeram mangsa. 

Kaki-kaki mereka pendek, tetapi kuat, dengan cakar yang digunakan untuk menggali dan memanjat bebatuan di dasar sungai. Meski kelihatannya lambat di darat, salamander raksasa cukup lincah di air.

Menghuni pegunungan Asia Timur

Salamander raksasa umumnya menghuni aliran sungai yang dingin, cepat mengalir, dan berbatu, terutama di wilayah pegunungan di Asia Timur, seperti Cina dan Jepang. Mereka menyukai air yang jernih dengan banyak tempat persembunyian, seperti celah bebatuan atau lubang di dasar sungai. 

Suhu air yang sejuk sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka, karena salamander raksasa sensitif terhadap perubahan suhu dan kualitas air. Degradasi lingkungan, termasuk pencemaran air dan penebangan hutan, mengancam populasi salamander ini. 

Hal ini diperkuat dengan laporan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang menyebutkan bahwa hilangnya habitat alami adalah ancaman terbesar bagi kelangsungan spesies salamander raksasa.

Pada siang hari, salamander raksasa biasanya bersembunyi di bawah batu atau di lubang-lubang yang mereka gali sendiri. Mereka lebih aktif di malam hari, di mana mereka keluar untuk berburu mangsa.

baca juga

Hewan karnivora

Salamander raksasa adalah karnivora. Makanan utama mereka adalah ikan, katak, serangga air, dan terkadang bahkan hewan kecil lainnya seperti tikus yang kebetulan berada di dekat perairan. Meski mereka adalah predator, salamander raksasa bukanlah pemburu yang cepat. 

Sebaliknya, mereka mengandalkan kamuflase untuk menunggu mangsa mendekat sebelum menyerangnya dengan cepat. Bersumber dari penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Amphibia-Reptilia, salamander raksasa menggunakan teknik berburu dengan cara menyedot mangsa ke dalam mulutnya, dan menelannya secara utuh tanpa mengunyah.

Spesies amfibi tertua

Salamander raksasa adalah salah satu spesies amfibi tertua yang masih hidup hingga saat ini. Fosil menunjukkan bahwa nenek moyang mereka telah ada sejak 170 juta tahun yang lalu, membuat mereka sejajar dengan dinosaurus.

Dilansir dari National Geographic, Salamander raksasa Cina terkenal karena suaranya yang unik. Saat merasa terancam atau tertekan, mereka mengeluarkan suara yang mirip dengan tangisan bayi manusia. Suara inilah yang membuat mereka dijuluki "wa wa yu" dalam bahasa Cina, yang berarti "ikan tangisan bayi".

Seperti beberapa spesies salamander lainnya, salamander raksasa memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa. Mereka bisa menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang, seperti ekor atau anggota badan yang terluka. Namun, regenerasi ini memerlukan waktu yang lama.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.