Enam delegasi muda Indonesia berpartisipasi dalam Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity (COP CBD 16) pada 21 Oktober 2024 di Cali, Kolombia.
Co-leader COP16 Strategy Jose Fernando Palacio dan Associate Director Juan David Amaya dari Life of Pachamama menjelaskan, para delegasi muda Indonesia dipilih berdasarkan sejumlah pertimbangan.
Misalnya, representasi yang adil diupayakan dari seluruh wilayah Indonesia, dengan perhatian khusus pada daerah yang paling terdampak oleh perubahan iklim dan titik-titik keanekaragaman hayati yang teridentifikasi.
Lalu, siapa saja pemuda Indonesia yang terpilih untuk mengikuti konferensi penting COP CBD 16 tersebut?
Florentina Deliana Winki
Florentina Deliana Winki adalah pendiri dan pengajar Sekolah Adat Arus Kuala. Sekolah ini bertujuan untuk menyatukan anak-anak Dayak agar kembali berpegang teguh pada adat dan kearifan lokal.
Tantangan modern, seperti globalisasi, memunculkan risiko kehilangan identitas budaya. Anak-anak muda Dayak Simpakng cenderung terpapar oleh pengaruh luar yang dapat merusak pengetahuan tradisional.
“Di Sekolah Adat Arus Kualan, semua orang bisa menjadi guru, dan alam raya adalah ruang kelas kami. Tidak ada dominasi, dan semua individu adalah sama,” kata Deli
Sekolah Adat Arus Kuala berhasil menghidupkan kembali pengetahuan tradisional. Dengan teknologi modern, Deli dan rekan-rekannya sukses mendokumentasikan pengetahuan para tetua menjadi film dokumenter hingga riset ilmiah.
Deli juga melakukan advokasi terhadap isu-isu lingkungan, pendidikan, serta hak-hak pemuda dan masyarakat adat. Uniknya, salah satu media yang ia gunakan adalah alat musik tradisional khas suku Dayak bernama sape’.
“Melalui melodi dan alunan sape’ yang dihasilkan, saya dapat menyuarakan keresahan tentang deforestasi hutan Kalimantan, hilangnya hak-hak masyarakat adat, serta ancaman terhadap kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Dayak,” kata Deli.
Andi Reza Zulkarnain
Andi Reza Zulkarnain adalah Co-chair Young People Action Team (YPAT) UNICEF East Asia and Pacific (EAPRO). Andi berpendapat bahwa masalah pendidikan, kesehatan dan perubahan iklim saling berhubungan dan berpengaruh signifikan terhadap anak-anak.
Menurutnya, kurangnya akses pendidikan dan kesehatan, serta dampak buruk perubahan iklim bisa berpengaruh terhadap masa depan generasi mendatang.
Reza menginisiasi pelatihan Youth Advocacy Guide, sebuah panduan advokasi untuk pemuda, yang bertujuan memberikan alat bagi kaum muda untuk lebih efektif dalam menyuarakan masalah yang terjadi di lingkungannya.
“Kami ingin memastikan bahwa generasi muda tidak hanya dipandang sebagai penerima kebijakan, tetapi juga sebagai aktor yang berperan aktif dalam merumuskan solusi jangka panjang,” kata Reza.
Reza juga menggagas program Lingkungan Remaja UNICEF Indonesia. Program ini dirancang untuk mendukung remaja putus sekolah melalui pendidikan keterampilan dan mitigasi bencana.
Tidak hanya membantu peserta untuk kembali ke jalur pendidikan formal, program ini juga memberikan bekal keterampilan yang relevan dengan tantangan masa depan, termasuk kemampuan untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Novita Ayu Matoneng Oilsana
Novita Ayu Matoneng Oilsana adalah pendiri Komunitas BALENTA yabg fokus dalam pemenuhan hak anak, kesehatan reproduksi remaja, dan kesehatan mental.
Novita menilai anak-anak sebagai kelompok yang paling terdampak ketika terjadi bencana. Oleh karena itu, dia berinisiatif untuk memberikan pendampingan psikososial dan trauma healing kepada anak-anak.
Komunitas BALENTS berawal saat Novita dan teman-temannya menjadi relawan dalam mendampingi anak-anak yang terdampak bencana siklon tropis Seroja. Saat itu, mereka membuka donasi dan mendistribusikan bantuan ke beberapa titik lokasi bencana.
Saat ini, Novita dan timnya aktif menyuarakan isu lingkungan di media serta berkolaborasi dengan pemuda gereja, pemuda masjid dan sejumlah komunitas akar rumput untuk memperluas gerakan BALENTA.
Salma Zakiyah
Salma Zakiyah adalah program officer MADANI Berkelanjutan, yakni organisasi pelopor kolaborasi lintas sektor dan aktor untuk aksi penyelamatan iklim melalui perbaikan tata kelola sumber daya alam, terkhusus hutan dan lahan.
Menurut Salma, selama ini pembahasan soal aksi mitigasi dan adaptasi selalu dilakukan secara terpisah. Masyarakat yang paling terdampak seakan tersingkirkan dari diskusi penanggulangan krisis iklim.
“Karena itu, MADANI bersama organisasi lain berusaha mengadvokasi pentingnya berangkat dari mengakomodasi kebutuhan spesifik masyarakat rentan terlebih dahulu, yang secara tidak langsung akan mengurangi emisi juga,” kata Salma.
Salma juga mendorong wilayah adat yang telah dikelola masyarakat serta pengakuan atas pengetahuan pengelolaan lahan, pemilihan bibit tanaman dari masyarakat adat untuk menciptakan ketahanan pangan.
Raja Mulkan Azhari
Raja Mulkan Azhari adalah campaigner Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA). Dia mengajak generasi muda melalui kampanye kreatif Bu-Moe Fest untuk menentang perburuan dan perdagangan satwa liar, yang bekerja sama dengan lebih dari 40 komunitas anak muda, jurnalis, LSM, dan organisasi mahasiswa.
Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) seluas 2,6 juta hektar di Sumatera, adalah tempat terakhir di dunia bagi empat spesies kunci (orangutan sumatera, harimau sumatera, gajah sumatera, dan badak sumatera) hidup berdampingan di alam liar.
Sayangnya, keempat spesies ini sekarang diklasifikasikan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebagai Sangat Terancam Punah.
Leuser bukan hanya rumah bagi keanekaragaman hayati yang kaya, tetapi juga salah satu paru-paru dunia yang menjaga iklim global. KEL merupakan sumber kehidupan bagi 5 juta orang di Aceh dan Sumatera Utara, yang menyediakan air bersih dan udara segar.
Menurut Raja, KEL menghadapi berbagai ancaman besar, termasuk deforestasi, konsesi lahan, pertambangan, penebangan liar, perburuan dan perdagangan satwa liar, serta fragmentasi habitat.
“Kami mendesak pemerintah melalui kerja-kerja kampanye dan advokasi agar mengambil tindakan tegas terhadap pelaku kejahatan kehutanan dan satwa liar, serta meningkatkan upaya penegakan hukum yang efektif. Selain itu, kami meningkatkan kesadaran publik terkait pentingnya peran KEL dan Upaya perlindungan,” kata Raja.
Tak hanya advokasi, Raja juga mendorong masuknya muatan lokal dalam kurikulum tentang pendidikan lingkungan dan KEL bagi SMA dan SMK di Provinsi Aceh dan telah diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Aceh.
Raja dan timnya juga membina kolaborasi dengan mengadakan pelatihan, kunjungan lapangan, dan mensosialisasikan kepada lebih dari 900 guru sekolah menengah di seluruh Aceh.
Naomi Waisimon
Naomi Waisimon adalah seorang social entrepreneur muda. Berawal dari Gerakan Menoken di wilayah adat Mamta, Jayapura, Naomi mempelajari pengembangan ekonomi berbasis masyarakat.
Gerakan Menoken mengandung filosofi noken, yakni nilai kelenturan yang berarti fleksibilitas, kerahiman yang berarti kasih, serta kekerabatan. Gerakan Menoken memiliki tiga fokus kegiatan: menanam, memulihkan tanah dan air, serta mengembangkan Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA).
Menurut Naomi, masalah lingkungan akan muncul bersama dengan masalah ekonomi. Karena itulah, Gerakan Menoken tak hanya berfokus untuk mengembalikan kelestarian lingkungan, tetapi juga berupaya mengembangkan ekonomi masyarakat.
“Tuntutan ekonomi karena perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup mengakibatkan bertambahnya kebutuhan ekonomi. Saat menjual hasil kebun atau hasil buruan tidak bisa menutup kebutuhan, maka tawaran konversi lahan dengan kompensasi tertentu akan dipilih oleh sebagian dari anggota komunitas adat.”
Naomi juga gencar mempromosikan ekowisata di Papua, yaitu Isyo Hills dan BUMMA Namblong, yang berada di distrik Nimbokrang dan Nimboran, Jayapura. Ekowisata itu berupa birdwatching dan wildlife tour untuk mengamati burung khas Papua dan satwa endemik lain, seperti kanguru pohon, kupu-kupu, soa-soa, dan kus-kus.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News