Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu udara rata-rata di Indonesia pada April 2024 lalu mencapai 27,74°C. Angka ini menjadi suhu tertinggi yang dialami Indonesia selama 40 tahun terakhir. Tak heran jika masyarakat Indonesia merasakan udara yang panas akhir-akhir ini.
Suhu panas yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia ini ternyata turut dirasakan pula oleh berbagai negara di dunia. Copernicus Climate Change Service (C3S) menyatakan suhu udara rata-rata dunia mencapai 1,61°C, lebih panas dari suhu rata-rata pada tahun 1850—1900.
Kondisi bumi yang “memanas” akhir-akhir ini salah satunya dipicu oleh tingginya produksi emisi. Menurut data Emissions Database for Global Atmospheric Research 2023, Indonesia menduduki posisi ke-7 sebagai negara penyumbang emisi di dunia.
Tercatat Indonesia telah menyumbang sebanyak 2.3% emisi bagi dunia. Produksi emisi yang tinggi ini sangat berdampak pada rusaknya atmosfer dan kenaikan suhu udara. Jika terus dibiarkan, gas emisi yang menumpuk akan membawa perubahan iklim yang ekstrim bagi dunia.
Selain itu, gas emisi yang memicu naiknya suhu udara dapat menyebabkan bencana alam yang mengancam manusia.
Di Balik “Memanas”-nya Indonesia
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri pengolahan menjadi penyumbang produksi emisi terbanyak di Indonesia. Tingginya minat pasar terhadap produk industri pengolahan menyebabkan sektor ini menjadi penyumbang emisi terbesar di Indonesia. Akan tetapi, jika dilihat dari kacamata ekonomi, industri pengolahan telah berkontribusi sebagai penyumbang tertinggi PDB di Indonesia.
Tercatat pada triwulan II tahun 2024, sektor ini berkontribusi sebanyak 18,52% terhadap PDB. Menilai kuatnya kontribusi industri pengolahan terhadap penerimaan negara dan dampak ekologisnya, produktivitas sektor ini harus diiringi dengan proses produksi ramah lingkungan.
Industri pengolahan masih banyak menggunakan fosil sebagai bahan bakar produksi sehingga menghasilkan emisi yang tinggi.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia mencanangkan target Net Zero Emission (NEZ) pada tahun 2026. Net Zero Emission (NZE) didefinisikan sebagai keseimbangan antara jumlah emisi karbon yang dihasilkan dengan jumlah emisi karbon yang dapat diserap oleh bumi.
Nationally Determined Contribution (NDC) menyatakan bahwa Indonesia menetapkan target pengurangan emisi sebanyak 31,89% di tahun 2030.
Dalam mencapai target tersebut, lembaga dan pemangku kepentingan saat ini sedang gencar menjalankan strategi untuk mencapai NZE 2026. Transisi energi menjadi prioritas utama dalam perjalanan Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE).
Upaya transisi energi dilakukan dengan meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan. Salah satunya adalah melalui pemanfaatan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel.
Minyak Kelapa Sawit Semakin Melejit
Sebagai rumah bagi 46,8 juta ton CPO, potensi kelapa sawit di Indonesia dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan Net Zero Emission Zone (NZE). Industri kelapa sawit di Indonesia juga menyumbang 73,83% dari jumlah nilai ekspor pertanian di Indonesia.
Artinya sektor industri kelapa sawit tidak hanya ramah lingkungan namun juga berkontribusi terhadap penerimaan negara. Pemerintah memaksimalkan potensi pada industri kelapa sawit untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2026.
Sebagai upaya meningkatkan efektivitas lajur industri kelapa sawit untuk mencapai NZE, Kementerian Keuangan Republik Indonesia membentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). BPDPKS berfungsi untuk untuk menghimpun, mengembangkan, dan menggunakan Dana Perkebunan Kelapa Sawit bagi kemaslahatan industri sawit.
Peran dan fungsi lembaga BPDPKS ini secara resmi diatur dalam Perpres 61/2015, Perpres 24/2016, dan Perpres 66/2018.
Jajaran Pimpinan BPDPKS dalam Percepatan Peremajaan Sawit ©bpdp.or.id
Biodiesel sendiri merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar dan diesel yang dihasilkan dari bahan alami seperti minyak nabati atau minyak hewani. Crude Palm Oil (CPO) menjadi salah satu bahan baku setengah jadi yang dapat menghasilkan biodiesel. Transisi energi menggunakan biodiesel ini dilakukan secara gradual hingga mencapai B35.
Terhitung sejak 2015, BPDPKS berhasil mendanai 48,19 juta liter produksi biodiesel. Menurut direktur utama BPDPKS Eddy abdurrachman, pemanfaatan kelapa sawit sebagai bahan bakar ditargetkan untuk mencapai 12 juta kiloliter.
Transisi energi biodiesel ini diperkirakan dapat menghemat devisa negara sebesar USD 10.75 miliar dan berkontribusi pada peningkatan nilai tambah industri sebesar Rp16,76 triliun.
Selain upaya transisi energi yang dilakukan oleh BPDPKS, lembaga ini juga berkontribusi dalam menghimpun dana untuk membangun industri kelapa sawit di Indonesia. Sejak dibentuknya BPDPKS pada 2015 hingga 2023, tercatat total dana pungutan sawit mencapai RP186,6 triliun.
Dana pungutan tersebut disalurkan BPDPKS untuk pengembangan sawit berkelanjutan meliputi peremajaan kebun sawit, pengawasan penyediaan sarana prasarana, program penelitian pengembangan, dan pengembangan SDM pada sektor kelapa sawit. Pungutan sawit yang dihimpun BPDPKS berkontribusi pada pembangunan dan penerimaan negara.
Sumber:
CNBC Indonesia Research. (2024, Mei 10). Suhu Indonesia di April Terpanas dalam 40 Tahun, Rekor Sepanjang Masa? Diakses PadaOktober 22, 2024.
CNN Indonesia. (2024, April 9). Maret 2024 Sentuh Rekor Suhu Terpanas Dunia Selama 10 Bulan Terakhir. CNN Indonesia. Diakses Pada Oktober 22, 2024.
Hidranto, F. (2024). PDB Triwulan II-2024 Melonjak: Industri Pengolahan Jadi Motor Ekonomi. Indonesia.go.id. Portal Informasi Indonesia. Diakses Pada Oktober 22, 2024.
Indonesia Green Growth Program. (n.d.). Diskusi NDC Dalam Upaya Mengurangi Emisi Nasional. greengrowth.bappenas.go.id. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia.
Limanseto, H. (2023). Tingkatkan Mandatori Biodiesel B35 Bagi Energi Ramah Lingkungan, Menko Airlangga Wujudkan Komitmen Transisi Energi yang Adil dan Merata. ekon.go.id. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Diakses Pada October 24, 2023.
Zulfkar, F. (2024, Januari 15). 10 Negara Penghasil Emisi Karbon Dioksida Tertinggi di Dunia, Indonesia ke Berapa? detikEdu. Diakses Pada October 22, 2024.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News