Sulawesi Tengah merupakan provinsi terluas di Pulau Sulawesi dengan luas wilayah mencapai 61.841 kilo meter persegi. Provinsi ini berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo di bagian Utara, Provinsi Maluku dan Maluku Utara di bagian timur, Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara di sebelah selatan, serta berbatasan dengan Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat di bagian barat.
Diapit oleh banyak daerah, kepulauan, hingga kebudayaan membuat Sulawesi Tengah memiliki beragam etnis dan suku. Berbagai suku di antaranya yaitu suku Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Mori, Bungku, Saluan, Balantak, Mamasa, Taa, Bare’e, Banggai, Buol, Toli-toli, Bada, Bajau, Balaesang, Dampelas, Dondo, Muna, dan Tomia.
Di ujung utara Sulawesi Tengah yang berbatasan langsung dengan Gorontalo terdapat satu suku yang berkuasa di wilayah tersebut. Suku ini bernama suku Buol memiliki banyak tradisi yang cukup unik, salah satunya adalah tradisi bercocok tanam yang diwariskan hingga kini.
Bertani sebagai Mata Pencaharian Utama
Suku Buol mendiami lima kecamatan di Kabupaten Buol, yaitu Kecamatan Biau, Momunu, Bokat, Bunobugu, dan Palele. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Buol dan kebanyakan berhubungan sesama masyarakat Buol menggunakan sarana laut karena dahulu belum ada jalan darat yang memadai.
Masyarakat Buol bertahan hidup dengan bercocok tanam di sawah dan ladang. Mereka menanam kelapa dan cengkeh yang mudah dan bernilai ekonomis. Selain itu, mereka hidup dengan hasil hutan berupa rotan, damar, kayu manis, dan gula enau.
Tradisi Mopalus
Ada sebuah tradisi yang hidup di tengah masyarakat Buol terkait dengan pekerjaan mereka sebagai petani. Tradisi ini disebut Mopalus, yaitu kegiatan gotong royong untuk menanam padi di sawah maupun tanaman lainnya di kebun.
Masyarakat Buol bekerja sama bahu membahu untuk mempersiapkan lahan perkebunan dan persawahan, menanam tanaman, mengelola dan memeliharanya, hingga memanen hasil yang mereka tanam.
Selain gotong royong dalam memenuhi kebutuhan pangan, Mopalus juga dilakukan ketika ada salah satu warga yang membutuhkan, contohnya adalah memperbaiki rumah. Tidak hanya itu, Mopalus pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bersama, seperti mempersiapkan perkawinan, syukuran, memperbaiki saluran irigasi, hingga memperbaiki jalan. Semua dilakukan atas dasar gotong royong.
Ritual Adat Pengobatan Penyakit
Ada satu ritual adat di suku Buol yang sampai saat ini masih dilakukan. Ritual ini disebut Mongunom Manginano, yaitu ritual pengobatan yang dipimpin oleh pelaku pengobatan.
Ritual dimulai pada malam hari dengan persembahan makanan yang disiapkan sebagai persyaratan dalam pengobatan. Makanan tersebut diletakkan berdampingan, contohnya ada beras putih, beras merah, beras hitam, dan persembahan lainnya.
Setelah itu, pada pagi harinya pelaku pengobatan melancarkan aksinya dengan membentuk buaya kecil dari nasi putih dan dilanjutkan pemenuhan persyaratan lainnya hingga ritual selesai. Biasanya pelaku pengobatan kehilangan kesadaran saat ritual berlangsung yang dipercaya sebagai penanda bahwa adanya roh buaya yang dulu menyelamatkan leluhur mereka merasuki tubuh pelaku pengobatan untuk mengobati si pasien.
Masyarakat Buol Saat Ini
Masyarakat Buol yang hidup di lima kecamatan di Kabupaten Buol tercatat lebih dari 75 ribu jiwa. Mereka menggunakan bahasa sehari-hari dengan bahasa Buol dengan mayoritasnya menganut agama Islam.
Selain bercocok tanam, masyarakat Buol juga menyambung kehidupan dengan menjadi nelayan, mencari ikan di daerah pesisir hingga ke tengah laut. Saat ini, daerah pesisir Kabupaten Buol berpotensi untuk diangkat menjadi daerah wisata karena memiliki keindahan laut yang tak kalah cantik dan menarik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News