semoyo desa wisata penghasil sereh dan hasil kayu unggulan dari barat gunung kidul - News | Good News From Indonesia 2024

Semoyo, Desa Wisata Penghasil Sereh, Hasil Kayu Unggulan dari Barat Gunung Kidul

Semoyo, Desa Wisata Penghasil Sereh, Hasil Kayu Unggulan dari Barat Gunung Kidul
images info

Semoyo, Desa Wisata Penghasil Sereh, Hasil Kayu Unggulan dari Barat Gunung Kidul


Terbentuk sejak tahun 1880, Desa Semoyo sudah memperingati Hari Ulang Tahun ke-144 pada 17 Januari 2024 ini. Desa Semoyo sudah menunjukkan kebermanfaatannya bagi bangsa, paling tidak mulai dari lingkup Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Seperti kawasan perhutanan rakyat yang dikelola pemerintah bersama rakyat dengan asas keseimbangan lingkungan. Lalu, beraneka ragam potensi pariwisata desa dan potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Seluruhnya dikembangkan untuk menyejahterakan rakyat dengan mengedapankan kearifan lokal masyarakat.

Sebut saja, sereh sebagai salah satu komoditas pertanian yang cukup mudah untuk ditanam dan dibudidayakan secara lebih luas. Jangan anggap remeh dengan komoditas sereh atau biasa disebut dengan serai wangi yang mungkin cukup mudah kita temukan di pekarangan sekeliling tempat tinggal kita.

Tidak hanya berperan sebagai bumbu dan pengharum aroma bumbu masakan, siapa sangka sereh juga bisa berkontribusi pada ekonomi petani lokal?

Dengan kehadiran minyak sereh wangi dan sabun sereh wangi hasil olahan kelompok tani setempat. Sereh dalam bentuk minyak wewangian cair dapat dibanderol mulai harga 10000 hingga 15000 per botol di Desa Semoyo.

Selain sebagai minyak wangi, daun sereh juga bisa berfungsi sebagai aplikasi atap rumah rakyat di berbagai padukuhan di Desa Semoyo.

Ya, tak ayal lagi, sereh merupakan suatu komoditas yang bisa bermanfaat berdaya guna dan berperan secara multifungsi bagi kebutuhan rakyat.

Dok. Pribadi Danny Richard P Tampubolon

Padahal dahulu dikenal sebagai daerah gersang dan tandus, Semoyo pun bermetaformosis menjadi desa yang asri dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Berkat kepedulian masyarakat lokal bersama semangat gabungan para kelompok tani dalam kawasan konservasi hutan rakyat. Dengan lima primadona pepohonan utama, yakni Pohon Akasia, Jati, Mahoni, Sonokeling dan Sengon Laut (Kompas.com, 25 Januari 2019).

Luas kawasan konservasi hutan rakyat Desa Semoyo tidak tanggung-tanggung, mencapai luas 576 hektar! Anggaran Desa Semoyo yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Kalurahan Semoyo mencapai kisaran 1,67 miliar rupiah pada tahun 2023.

Namun kenyataannya, anggaran tersebut bisa dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan baik serta bisa diakses secara transparan oleh publik pada https://desasemoyo.gunungkidulkab.go.id.

Pengalokasian anggaran seperti belanja barang jasa, penyelenggaraan pemerintahan desa hingga pembinaan kesenian berjalan dengan akuntabel pada tata kelola Desa Semoyo.

Artinya pihak aparatur desa dan atau Kalurahan Semoyo bisa memonitor apa potensi pariwisata dan aset daerah yang bisa dikembangkan secara baik. Salah satunya aset pepohonan pada kawasan perhutanan rakyat.

Pepohonan memang multifungsi, sebab tidak hanya berfungsi sebagai pelestari lingkungan, sumber cadangan air dan penyerap emisi karbondioksida. Namun, hutan pepohonan dapat berfungsi sebagai sarana penunjang estetika dan pendukung perekonomian warga.

Tidak hanya sebagai meja, kursi, atau perabotan mebel. Namun, hasil olahan kayu bisa menjadi pengisi kocek rakyat. Entah sebagai sovenir perabotan berbahan dasar kayu jadi seperti radio atau flashdisk, dengan banderol harga mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Berlokasi di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul sebelah barat, Semoyo sudah "langganan" memperoleh apresiasi dan penghargaan. Kalpataru diberikan langsung Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2013 kepada mereka yang dinilai berjasa dalam melestarikan lingkungan Desa Semoyo.

Kemudian predikat Desa Sejahtera Astra (DSA) juga disematkan pada Tahun 2022 oleh Grup Astra Indonesia kepada Desa Semoyo. Sebagai salah satu desa wisata resmi di Kabupaten Gunung Kidul, Desa Semoyo bisa menjadi destinasi wisata alternatif bagi mereka yang merindukan suasana alam pedesaan yang natural.

Dengan konsep pengelolaan wisata yang berkelanjutan, masyarakat Desa Semoyo tetap harus berkolaborasi bersama pemerintah dan swasta. Umumnya, ada beberapa problematika yang mungkin terjadi pada daerah wisata yang sedang berkembang. Semisal urbanisasi yang berlebihan, polusi udara, sampah plastik hingga pencemaran lingkungan.

Untuk itu disinilah pentingnya konsep pengembangan ekowisata berkelanjutan. Caranya?

Dengan melibatkan mereka secara aktif dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan program ekonomi kerakyatan serta pengembangan seni budaya lokal. Mereka disini bukan hanya ribuan jiwa rakyat lokal secara an sich, namun pemerintah, pengunjung, pihak swasta, pemuda-pemudi hingga akademisi.

Seni dan budaya lokal Semoyo juga bisa dikembangkan untuk masyarakat. Seperti tradisi lokal rasulan dan kesenian jathilan hingga kirab Budaya. Tradisi lokal nan orisinal tersebut menarik menjadi obyek pariwisata domestik maupun mancanegara.

Dengan pelibatan secara aktif, maka akan muncul sense of belonging atau rasa memiliki yang tinggi pada eksistensi Desa Semoyo kedepan. Intinya Desa Semoyo niscaya maju dan berkembang di tengah maraknya gempuran industrialisasi serta modernisasi global, namun tidak tercerabut dari akar kearifan dan orisinalitas budaya lokal.

Desa Semoyo Gemah Ripah Loh Jinawi sesuai slogan tema Hari Ulang Tahun ke-144 tahun 2024 ini, tetaplah menjadi desa pembawa kemakmuran bagi seluruh masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.