Di tengah banyaknya pemberitaan tentang kemampuan anak SMP dan SMA yang kurang lancar dalam membaca, Ahmad antusias menceritakan anaknya (usia 6 tahun) yang sudah lancar membaca.
Lelaki yang bekerja di Balai Latihan Kerja Ponorogo ini menceritakan pengalaman pengasuhannya pada dua temannya di warung kopi pinggir jalan Cemoro Sewu.
Udara malam Tawangmangu yang dingin hingga menusuk tulang tidak jadi masalah untuk tiga lelaki ini untuk saling sharing terkait pola pengasuhan di keluarga masing-masing.
Kisah Ahmad merupakan satu dari banyak pengalaman yang tercurahkan pada acara Fathering Camp Pelangi Alam Ponorogo. Akhir pekan lalu (16-17/11), menjadi momen spesial bagi para papa siswa Sekolah Pelangi Alam Ponorogo.
Mereka berkumpul di area camping Cemoro Sewu dalam acara Fathering Camp Pelangi Alam. Acara dengan tema “Saatnya Ayah (Kembali) Mengukir Kepahlawanan” ini merupakan bentuk perayaan Hari Ayah yang jatuh pada tanggal 12 November.
Hannan selaku penanggung jawab acara mengungkapkan bahwa acara ini rutin diselenggarakan setiap tahun. Mewujudkan slogan “Papa Hebat” adalah misi yang diusung Hannan. Pihaknya juga menekankan pentingnya peran ayah dalam pola pengasuhan di dalam keluarga.
Acara dimulai sejak Sabtu (16/11) pagi. Ada delapan belas "Papa Hebat" yang turut meramaikan. Ke delapan belas peserta ini merupakan ayah dari siswa TK dan MI Sekolah Pelangi Alam Ponorogo.
Tidak butuh waktu lama bagi panitia Fathering Camp untuk mempersiapkan acara ini. Hal berkat dukungan dan antusiasme peserta yang urun berbagai keperluan acara.
Fathering Camp merupakan bentuk komitmen Sekolah Pelangi Alam Ponorogo dalam melibatkan orang tua dalam pola pendidikan anak.
Pendidikan anak di sekolah, ditunjang pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan menjadi dua sayap yang mengantarkan anak menuju tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Hakim, selaku Prinsipal Sekolah Pelangi Alam Ponorogo, memantik diskusi malam dengan tema Road Map Keluarga. Hakim membuka panel dengan pentingnya peta jalan berkeluarga di era sekarang. Bagi Hakim, ada 4 waktu yang penting untuk diadakan dalam berkeluarga.
“Ada empat waktu yang bisa Bapak-Bapak lakukan, yaitu, me time, couple time, family time, dan individual time.” ungkap Hakim saat sesi diskusi malam.
Hakim menjelaskan me time adalah waktu untuk menyelami diri sendiri. Seorang ayah harus memiliki me time agar bisa merenung dan menyegarkan pikiran dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Couple time merupakan waktu berdua dengan pasangan. Momen ini digunakan untuk mengenal lebih jauh pasangan masing-masing. Selain itu, juga bisa menjadi sarana relasasi dan saling komunikasi dari hati ke hati.
Family time merupakan waktu bersama keluarga secara lengkap. Momen ini digunakan untuk memupuk perasaan cinta dan sayang antar anggota keluarga.
“Terakhir, invidual time. Sebagai ayah, kita harus memiliki waktu dengan masing-masing anak. Misalkan, anaknya dua. Artinya, kita harus memilki waktu berbicara dari hati ke hati dengan si sulung tanpa si bungsu. Begitu juga sebaliknya,” tambah Hakim pada peserta Fathering Camp.
Diskusi hangat malam itu berhasil memantik peserta lain untuk saling berpendapat. Salah satunya, Imam. Ia berpendapat pentingnya menjaga tali silaturahmi keluarga besar.
Menurutnya, di era sekarang dengan kecanggihan teknologi justru bisa menjauhkan yang seharusnya dekat. Untuk itulah silaturahmi keluarga besar harus tetap dijaga.
Papa Hebat sedang pemanasan sebelum melakukan pendakian (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)
Minggu pagi, peserta diajak untuk mendaki hingga pos 1 pendakian Gunung Lawu. Peserta yang terdiri dari para ayah dari berbagai usia ini terlihat menikmati perjalanan sepanjang pendakian. Acara ditutup dengan refleksi dan doa bersama.
“Semoga acara ini bisa memberikan manfaat, terutama dalam hal pengasuhan bagi para papa hebat!” pungkas Hannan di akhir acara saat diwawancarai.
Peserta Fathering Camp telah sampai di Pos 1 pendakian Gunung Lawu (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News