jejak kerajaan bone letak sejarah dan peninggalannya - News | Good News From Indonesia 2024

Jejak Kerajaan Bone: Letak, Sejarah, dan Peninggalannya

Jejak Kerajaan Bone: Letak, Sejarah, dan Peninggalannya
images info

Jejak Kerajaan Bone: Letak, Sejarah, dan Peninggalannya


Kerajaan Bone adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara pada masa lalu. Kerajaan ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi wilayah Pulau Sulawesi, khususnya Sulawesi Selatan dan wilayah bagian Timur Nusantara.

Simak artikel berikut untuk mengenal kerajaan Bone, mencakup sejarah, masa kejayaan, dan peninggalannya.

Letak Kerajaan Bone

Kerajaan Bone terletak di Provinsi Sulawesi Utaratara. Pada awal didirikan, kerajaan ini memiliki kepercayaan Totolang, yang merupakan kepercayaan asli suku Bugis.

Sejarah Kerajaan Bone

Pada awal masa berdirinya, kerajaan Bone terdiri dari beberapa gabungan wilayah atau daerah persekutuan politik yang disebut dengan anang dan dipimpin oleh seorang matoa anang.

Gabungan anang ini membentuk sebuah negeri (Wanua) yang didorong oleh rasa ikatan seketurunan nenek moyang yang sama dan membentuk persekutuan di sebuah wilayah teritorial yang sama.

Saat awal berdiri, Kerajaan Bone dipimpin oleh Raja Bone I, yaitu Manurung’e ri Matajang dengan gelar Mata Silompo’e.

Pada masa ini, peningkatan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat mulai ditegakkan. Kemudian, dibentuk sebuah lembaga perwakilan masyarakat bernama Dewan Adat Tujuh (Ade’ Pitu’e). Lembaga ini bertugas sebagai penasihat raja.

baca juga

Proses Islamisasi Kerajaan Bone

Proses Islamisasi kerajaan Bone sangat dipengaruhi dari proses Islamisasi yang saat itu sedang berlangsung di kerajaan Gowa.

Setelah Raja Gowa Alauddin Awwalul memeluk agama Islam, kerajaan Gowa tengah gencar melakukan misi penyebaran Islam ke berbagai kerajaan lainnya yang berada di wilayah Sulawesi Utara, termasuk kerajaan Bone.

Ekspansi Islamisasi yang dilakukan oleh kerajaan Gowa sendiri awalnya ditolak oleh kerajaan Bone hingga akhirnya kerajaan Gowa menyerang kerajaan Bone untuk proses Islamisasi.

Proses Islamisasi yang dilakukan oleh kerajaan Gowa dilakukan dengan jalur politik ekspansi terhadap semua kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan, seperti kerajaan Bone.

Pada pemerintahan Raja Bone ke-11 Latentri Ruwa, Bone ditaklukan oleh Gowa pada tahun 1611 M. Kemudian, kerajaan Bone mulai menerima ajaran Islam secara politik, meskipun penerapanya belum secara struktural.

Memerintah dengan waktu yang cukup singkat selama 3 bulan, Latentri Ruwa kemudian memeluk Islam dan meninggalkan Bone untuk berpindah ke Makassar guna memperdalam ajaran Islam.

Latentri Ruwa menjadi raja pertama dari kerajaan Bone yang memeluk Islam. Ia kemudian berganti nama menjadi Sultan Adam dengan gelar 'Matinroe ri Bantaeng'.

Agama dan ajaran mulai mengakar dengan kuat di kesultanan Bone pada saat pemerintahan Raja Bone ke-13, yaitu Raja Lammaddaremmeng.

Pada masa pemerintahanya, ia menjunjung tinggi pedoman ajaran Islam dan menerapkannya ke masyarakat dengan tegas.

enerapan hukum sesuai syariat Islam diberlakukan di masyarakat Bone, seperti menghukum pelaku zina, pencurian, larangan minuman keras, penyembahan berhala, dan macam kejahatan yang lain.

Masa Kejayaan Kerajaan Bone

Masa kejayaan kerajaan Bone terjadi saat pemerintahan Raja Bone ke-15, yaitu Raja Arung Palakka, bernama lengkap Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala

Pada pertengahan abad ke-17 di bawah pemerintahan Arung Palakka, kerajaan Bone memanfaatkan potensi besar wilayahnya untuk kemakmuran masyarakat Bone.

Potensi tersebut mencakup sektor dari bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan. Pada masa ini, kerajaan Bone juga memperkuat militernya.

Selain itu, pada masa Arung Pakkala, Kerajaan Bone berhasil mengalahkan kerajaan Gowa pada tahun 1667 M dengan bantuan Belanda.

Setelah meredupnya kekuasaan Gowa, terbitlah Perjanjian Bongaya, yang menandai kemenangan Bone atas wilayah Sulawesi Selatan.

Keruntuhan Kerajaan Bone

Keruntuhan kesultanan Bone terjadi setelah wafatnya Arung Palakka yang membawa kejayaan bagi kerajaan ini.

Awal keruntuhan ditandai setelah pemerintahan Arung Palakka dilanjutkan oleh saudaranya, Arung Datu bergelar I-Manang Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiatuddin.

Pada masanya, ia berusaha merevisi perjanjian Bongaya dengan Belanda (VOC) pada tahun 1824, tetapi upaya ini tidak membuahkan hasil.

Kemudian, ketika Belanda kembali ke Batavia, mereka pun kembali ke Sulawesi Selatan dan mencoba untuk menaklukan semua kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan.

Setelah Belanda menggempur kesultanan Bone, Sri Ratu Sultana pun kabur di saat rakyatnya sedang berperang melawan Belanda.

Puncak keruntuhan kesultanan Bone terjadi pada tahun 1905 dipimpin oleh raja terakhir bernama Lapawawoi Karaeng Sigeri. Pada akhirnya, Belanda pun berhasil menaklukan kesultanan Bone.

Peninggalan Kerajaan Bone

Peninggalan kerajaan Bone disimpan di Museum Lapawawoi, Bone, Sulawesi Selatan. Benda bersejarah tersebut di antaranya adalah: 

  • Gua Uhalie di Desa Langi, Kecamatan Bontocani
  • Makam We Mappalo Bombang di Desa Nagauleng, Kecamatan Cenrana
  • Saoraja Andi Mappanyukki Struktur Batu Goro'e (Sumpang Labbu) di Kecamatan Bengo
  • Makam Raja Bone XIV La Patau Matanna Tikka Matinroe Ri Nagauleng di Kecamatan Cenrana
  • Kompleks makam La Paijo di Kecamatan Kajuara
  • Koin kuno
  • Keramik kuno
  • Duplikat rambut Raja Aru Pakkala
  • Stempel Kerja
  • Alat makan bangsawan
  • Bosora
  • Pusaka

Referensi:

Abdullah, A. (2017). Kerajaan bone dalam lintasan sejarah sulawesi selatan (Sebuah pergolakan politik dan kekuasaan dalam mencari, menemukan, menegakkan dan mempertahankan nilai-nilai entitas budaya bugis). Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Budaya, 12(2).

Amarseto, B (2015). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Istana Media.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ED
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.