kelapa sawit jadi penopang perekonomian indonesia selama 2 dekade terakhir - News | Good News From Indonesia 2024

Kelapa Sawit Jadi Penopang Perekonomian Indonesia Selama 2 Dekade Terakhir

Kelapa Sawit Jadi Penopang Perekonomian Indonesia Selama 2 Dekade Terakhir
images info

Kelapa Sawit Jadi Penopang Perekonomian Indonesia Selama 2 Dekade Terakhir


Kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas utama yang menopang perekonomian Indonesia selama dua dekade terakhir.

Sektor ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga berbagai produk nonpangan, bahan bakar terbarukan, dan menjadi andalan ekspor yang menghasilkan devisa negara.

Kontribusi besar kelapa sawit terhadap ekonomi Indonesia terwujud dalam banyak sektor, mulai dari penciptaan lapangan pekerjaan hingga hilirisasi industri yang menciptakan produk bernilai tambah.

 

Kontribusi Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Nasional

Industri kelapa sawit Indonesia telah berkembang pesat, memberikan dampak signifikan pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, yang mencapai 3,5% pada 2023.

Komoditas ini juga berkontribusi sebesar 11,6% terhadap total ekspor nonmigas Indonesia, dengan nilai ekspor sekitar Rp450 triliun pada tahun tersebut.

Bahkan pada tahun 2024, nilai ekonomi industri sawit diperkirakan mencapai Rp775 triliun, dengan dampak yang menyebar hingga ke kawasan timur Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, di mana pusat-pusat industri berbasis kelapa sawit telah tumbuh, menciptakan aglomerasi ekonomi baru yang semakin memperkuat sektor ini.

 

Hilirisasi Industri Sawit: Dari Bahan Baku ke Produk Bernilai Tinggi

Pemerintah Indonesia telah mendorong hilirisasi industri kelapa sawit dengan peningkatan jumlah produk hilir. Pada tahun 2010, hanya ada 54 jenis produk hilir sawit, namun angka ini melonjak menjadi 193 jenis pada 2023.

Begitu juga dengan rasio ekspor, yang pada awalnya 40% bahan baku dan 60% produk hilir, kini berbalik menjadi 93% produk hilir dan hanya 7% bahan baku pada 2023. Hal ini mengindikasikan keberhasilan kebijakan hilirisasi yang mengubah Indonesia menjadi produsen produk sawit bernilai tambah tinggi.

“Pencapaian program hilirisasi industri sawit ini terlihat dari dua indikator, yaitu ragam produk hilir, dan rasio ekspor bahan baku dengan produk hilirnya," ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika

Putu menjelaskan bahwa ragam jenis produk hilir sawit semakin meningkat secara signifikan, dengan jumlah jenis produk yang mencapai 193 pada tahun 2023 dibandingkan dengan hanya 54 jenis pada tahun 2010.

 

Pengembangan Industri Sawit dan Penciptaan Lapangan Kerja

Industri kelapa sawit juga berperan besar dalam penciptaan lapangan kerja, dengan menyerap sekitar 17 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung.

Terlebih lagi, industri ini turut mendukung perekonomian di daerah-daerah terluar, tertinggal, dan terpencil (3T), menjaga kedaulatan ekonomi di perbatasan negara, serta mengurangi ketergantungan pada impor.

Salah satu dampak positif lainnya adalah penggerakan industri yang berfokus pada pemanfaatan biomassa sawit, meskipun potensi ini masih belum dimanfaatkan secara optimal.

"Industri pengolahan sawit telah menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru, khususnya di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan wilayah lainnya di timur Indonesia," kata Putu.

 

Tantangan dan Upaya Penyelesaian

Namun, sektor kelapa sawit tidak lepas dari tantangan. Penurunan produktivitas kebun akibat penyakit tanaman, perubahan iklim, dan kurangnya pengelolaan yang optimal menjadi masalah utama yang harus dihadapi.

Selain itu, isu lingkungan seperti emisi karbon dan pengelolaan keberlanjutan produk sawit juga semakin mendapat sorotan global. Oleh karena itu, Indonesia harus lebih serius dalam memastikan traceability dan keberlanjutan produksi kelapa sawit agar tetap dapat bersaing di pasar global.

Tantangan berikutnya adalah menurunkan emisi karbon dari kegiatan usaha perkelapasawitan nasional, dan mengoptimalkan nilai ekonomi karbon, yang menunjukkan perlunya kebijakan berbasis keberlanjutan untuk menjawab tuntutan pasar internasional yang semakin peduli terhadap dampak lingkungan.

Dengan target untuk memproduksi 240 jenis produk hilir pada tahun 2029 dan mencapai nilai ekonomi hingga Rp1.146 triliun pada tahun 2045, Indonesia berambisi menjadikan industri kelapa sawit sebagai sektor yang lebih berdaya saing global.

Hal ini akan membutuhkan teknologi baru, peningkatan produktivitas kebun, serta upaya riset dan pengembangan yang berfokus pada inovasi dan keberlanjutan.

Inovasi dalam teknologi pengolahan kelapa sawit juga menjadi kunci pengembangan industri ini. Salah satu terobosan yang tengah diupayakan adalah teknologi SPPOT (Steamless-POMELess Palm Oil Technology), yang memungkinkan produksi minyak sawit yang lebih efisien, bernutrisi lebih tinggi, dan lebih ramah lingkungan.

Teknologi ini tidak hanya mengurangi limbah cair, tetapi juga memungkinkan pabrik kelapa sawit dibangun dengan skala kecil, yang mendukung petani rakyat dan koperasi dalam pengembangan industri hilir sawit.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.