Suwar-suwir jajanan khas yang terkenal di kota Jember yang hampir mirip dengan dodol, tetapi memiliki tekstur yang lebih padat dan rasa manis yang cukup kuat. Meskipun memiliki tekstur yang padat suwar-suwir ketika dimakan akan meleleh di dalam mulut.
Selanjutnya, rasa manis yang dihasilkan suwar-suwir berasal dari tapai singkong yang telah dicampur dengan gula, susu, dan cokelat yang berhasil menghasilkan cita rasa legit.
Jajanan suwar-suwir dapat dengan mudah ditemukan di toko oleh-oleh yang ada di kota Jember ini karena jajanan suwar-suwir kerap kali dijadikan sebagai buah tangan bagi para pelancong ketika berkunjung atau berlibur di kota Jember.
Munculnya suwar-suwir sebagai jajanan khas kota Jember ini tidak terlepas dari pengaruh yang dibawa oleh penjajah ketika zaman Belanda berada di Indonesia.
Awal Munculnya Jajanan Suwar-suwir
Pada zaman pendudukan Belanda, tepatnya di tahun 1798 jumlah penduduk Bondowoso tercatat 8.000 juta jiwa dan angka tersebut terus meningkat hingga pada tahun 1920 penduduk Bondowoso sudah mencapai angka 40.000 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang meningkat ini membuat pemerintah Belanda mengadakan migrasi ke daerah-daerah yang masih sepi penduduknya, termasuk Jember yang pada saat itu memiliki jumlah penduduk yang masih sedikit karena merupakan wilayah baru.
Adanya gelombang imigrasi dari masyarakat Bondowoso ke Jember secara tidak langsung membuat munculnya akulturasi makanan yang menciptakan jajanan suwar-suwir.
Proses munculnya suwar-suwir ini dimulai ketika orang-orang Jember menjual hasil bumi dari Bondowoso yang memang terkenal akan ketelanya. Industri kecil yang berada di Jember pada zaman Belanda mulai berinovasi dengan mencoba untuk mengolah ketela pohon menjadi olahan makanan lain, seperti tapai.
Namun, hasil dari pengolahan ketela pohon menjadi tapai masih tersisa banyak, akhirnya masyarakat pada saat itu mencoba memanfaatkan olahan makan dari sisa-sisa tapai untuk membuat makanan lain yang berujung dengan munculnya suwar-suwir.
Pada zaman dahulu, suwar-suwir dikenal di kalangan masyarakat Belanda dan masyarakat Jember dengan sebutan “kue suwir-siwir”, tetapi ada juga yang menyebut dengan “nangka Belanda”. Sebutan “nangka Belanda” digunakan oleh masyarakat saat itu untuk memberi nama buah sirsak.
Pada zaman itu, suwar-suwir dikenal sebagai jajanan yang memiliki rasa buah sirsak dan tekstur lunak sehingga menjadi jajanan yang disukai oleh orang-orang Belanda yang ada di kota Jember.
Rasa sirsak yang terasa pada suwar-suwir ini karena adonan tapai dicampurkan dengan daging buah sirsak. Setelah adonan lunak tersebut memadat nantinya akan terlihat tekstur dari daging sirsak sehingga orang-orang zaman dahulu jika ingin memakan jajanan tersebut harus disuwir-suwir atau disobek menjadi kecil-kecil terlebih dahulu sebelum dimakan, dari cara memakannya itulah muncul nama suwar-suwir.
Perkembangan Suwar-suwir Saat Ini
Seiring perkembangnya zaman jajanan dan permintaan pasar, suwar-suwir juga mengalami perubahan baik dari segi tekstur, aroma rasa, dan bahan-bahan yang digunakan. Suwar-suwir yang awalnya menggunakan daging buah sirsak sebagai bahan campuran untuk adonan tapai, secara perlahan mulai menggunakan bahan campuran yang lebih modern seperti gula,coklat, dan susu.
Meskipun sudah tidak memakai daging buah sirsak yang membuat tekstur suwar-suwir menjadi lembek, tapi suwar-suwir hasil modifikasi pada saat ini memiliki tekstur yang lebih padat ini namun masih tetap bisa disuwir-suwir.
Tidak hanya itu, suwar-suwir hadir dengan tampilan warna yang cerah guna menarik perhatian pembeli dan berbagai rasa seperti coklat, vanilla, stroberi, kopi, dan lain sebagainya.
Namun, ada satu hal yang tidak berubah dari suwar-suwir ini yang mungkin oleh sebagian produsen suwar-suwir masih dipertahankan, yakni cara pembuatan dari suwar-suwir yang masih menggunakan cara manual yang hampir sama dengan cara pembuatan dodol. Tujuan dipertahankannya cara pembuatan manual ini agar tidak merubah cita rasa asli dari suwar-suwir.
Perkembangan suwar-sawir saat ini dipandang oleh pemerintah Jember sebagai jajanan khas Jember yang memiliki nilai positif di bidang wisata, budaya, dan ekonomi kreatif terutama UMKM.
Jadi, suwar-suwir yang merupakan jajanan khas kota Jember ini merupakan salah satu dari beberapa bentuk dari akulturasi pangan antara kota Bondowoso dengan kota Jember yang telah melalui proses kreativitas dari masyarakat.
Referensi:
- https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/suwar-suwir-kudapan-khas-kota-tape-jember/
- https://mojok.co/terminal/suwar-suwir-kuliner-jember/
- https://surabaya.kompas.com/read/2023/05/24/214712378/mengapa-jember-dijuluki-kota-suwar-suwir
- https://carimasakankhas.blogspot.com/2007/08/suwar-suwir.html
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News