Menjadi seorang introvert kerap membuat kita berakhir menjadi pribadi yang berpikir berlebihan atau bahasa kerennya ‘overthinking’. Apakah kawan GNFI tahu kalau hal tersebut ternyata terjadi bukan tanpa alasan, loh? Faktanya, ini berhubungan erat dengan kondisi tingginya tingkat aktivitas yang terjadi di otak para pemilik kepribadian introvert ini.
Menurut Dr. Laurie Helgoe dalam Psychology Today, tingkat aktivitas yang terjadi pada orang-orang introvert memang lebih tinggi dibandingkan dengan para ekstrovert. Ini membuat kapasitas informasi yang dapat diterima dan diolah introvert cenderung besar sehingga memungkinkannya untuk memikirkan banyak hal secara bersamaan.
Tak jarang kondisi ini juga membuat para introvert menjadi pribadi yang cenderung lebih menikmati waktu sendiri dan mendapatkan energi dari sana.
Banyak distraksi dari lingkungan luar hanya akan membuat pribadi introvert kelelahan, sungguh berbanding terbalik dengan kaum ekstrovert yang justru lebih suka bersosialisasi dan mendapatkan energi dari interaksi dengan orang lain.
Kecenderungan introvert untuk menikmati waktu sendiri ditambah banyaknya aktivitas yang terjadi di otaknya, membuat mereka sering berujung pada lingkaran overthinking tak berujung.
Bahkan, banyak introvert yang pada akhirnya merasa mudah lelah dan berakhir dengan mengalami burnout. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Atia dan Christiana (2020) melalui pengukuran pengaruh kepribadian dengan risiko burnout pada perawat, mereka menemukan bahwa kepribadian introvert memiliki hubungan yang positif dengan risiko burnout. Ini berarti perawat dengan kepribadian introvert lebih cenderung mengalami burnout daripada yang tidak. Jika tidak ditangani dengan tepat, ini dapat berujung pada gangguan depresi loh.
Bahkan, Journal of Psychiatric Research menyebutkan bahwa 74% pengidap depresi berasal dari pemilik kepribadian introvert. Wah, angka yang cukup besar bukan? Meskipun begitu, Kawan GNFI tidak perlu terlalu khawatir.
Kabar baiknya, kita tidak harus merubah kepribadian kita menjadi orang lain untuk menghadapi situasi ini. Ada beberapa tips yang bisa membantu Kawan GNFI untuk tetap nyaman dengan diri sendiri, sekaligus menjaga energi dan kesehatan mental.
Kenapa Introvert Sering Overthinking?
Sebelum membahas tips, mari kita pahami beberapa alasan yang menyebabkan overthinking sering menghinggap di kepala para introvert.
- Pemikiran Mendalam. Introvert cenderung memproses informasi secara lebih mendalam. Ketika menghadapi masalah, mereka sering menganalisis setiap detail hingga akhirnya merasa kewalahan.
- Sensitivitas terhadap Kritik. Banyak introvert lebih sensitif terhadap kritik, sehingga mereka sering memikirkan kembali tindakan atau perkataan mereka, bahkan setelah situasi berakhir.
- Kebutuhan akan Kesempurnaan.Introvert sering kali menginginkan segala sesuatu yang sudah ia pikirkan dan rencanakan berjalan semestinya. Ini menyebabkan mereka berpikir terlalu banyak bahkan ketika sesuatu belum tentu menjadi kenyataan.
Overthinking memang melelahkan. Jika dibiarkan, ini bisa berujung pada burnout—kondisi kelelahan fisik dan mental yang membuat Kawan GNFI merasa tidak produktif dan kehilangan motivasi.
Ilustrasi meme seorang overthinker ketika mendengar saran untuk berhenti overthinking | Sumber: Dokumen Pribadi
Tips Agar Introvert Tidak GampangBurnout
Nah, setelah mengetahui alasan introvert suka overthinking, mari kita bedah beberapa tips sederhana namun efektif yang bisa Kawan GNFI coba untuk mengatasinya!
- Kenali Pemicu Overthinking. Cobalah untuk memahami kapan Kawan GNFI mulai overthinking. Apakah saat harus berbicara di depan umum? Atau ketika menghadapi konflik dengan teman? Dengan mengenali pemicunya, Kawan GNFI bisa mencari cara untuk mengatasinya lebih awal.
- Beri Waktu untuk Me Time. Sebagai introvert, waktu sendiri adalah kebutuhan penting. Gunakan waktu ini untuk melakukan aktivitas yang Kawan GNFI sukai, seperti membaca buku, menulis jurnal, atau sekadar mendengarkan musik favorit. Me time akan membantu para introvert mengisi ulang energi dan mengurangi stres.
- Praktikkan Mindfulness. Mindfulness adalah cara untuk membawa fokusmu kembali ke saat ini. Ketika pikiranmu mulai penuh, cobalah teknik pernapasan sederhana: tarik napas dalam-dalam selama empat detik, tahan empat detik, lalu hembuskan perlahan selama empat detik. Lakukan beberapa kali hingga pikiranmu lebih tenang.
- Atur Batasan Sosial. Introvert tidak harus menjadi ekstrovert untuk bisa bersosialisasi. Namun, penting untuk mengatur batasan agar tidak merasa kewalahan. Jangan ragu untuk mengatakan "tidak" jika kamu merasa butuh waktu istirahat. Namun, ini juga bukan berarti Kawan GNFI harus menjauh total dari lingkungan sosial, Kawan bisa menemukan titik keseimbangan antara keduanya!
- Fokus pada Hal yang Bisa Dikontrol. Overthinking sering muncul akibat Kawan GNFI terlalu khawatir pada hal-hal yang di luar kendali. Latih diri untuk fokus pada apa yang bisa Kawan GNFI kendalikan, seperti tindakan, respons, atau keputusanmu sendiri.
- Carilah Dukungan. Tidak ada salahnya untuk berbicara dengan teman dekat atau keluarga tentang apa yang Kawan GNFI rasakan. Mereka bisa memberimu perspektif baru dan dukungan yang kamu butuhkan. Jika perlu, jangan ragu untuk konsultasi dengan profesional kesehatan mental.
- Lampiaskan Kelebihanmu. Menjadi introvert yang penuh overthinking tidak selamanya buruk. Jika Kawan GNFI bisa melampiaskannya pada hal-hal positif, ini tentu dapat menjadi peluang tersendiri. Lain kali, jika overthingking menyerang, Kawan GNFI bisa memanfaatkan kapasitas aktivitas otakmu yang tinggi untuk menyelami hal-hal dan pekerjaan detail seperti menulis, melukis, atau sekadar mempelajari hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Menjadi introvert adalah bagian dari siapa dirimu, dan itu adalah hal yang berharga. Kawan GNFI tidak perlu berubah menjadi ekstrovert untuk bisa sukses atau bahagia. Setiap orang memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing. Fokuslah pada apa yang membuatmu unik, dan gunakan kelebihanmu untuk menghadapi dunia dengan caramu sendiri.
Jadi, kapan pun kamu mulai merasa lelah karena overthinking, ingatlah: Kawan GNFI tidak sendirian, dan ada banyak cara untuk menjaga energi serta kesehatan mentalmu. Tetaplah menjadi dirimu, karena dunia ini membutuhkan lebih banyak orang yang berpikir dalam seperti Kawan GNFI!
Referensi:
Atia, Y. S. D. & Chrstiana. (2020). Burnout dan Kaitannya dengan Tipe Kepribadian Introvert. Psycho Idea Journal Nasional UMP, vol. 18(1). DOI: 10.30595/psychoidea.v18i1.5824
https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-secret-lives-introverts/201707/the-reason-introverts-might-think-too-much
https://www.southernpines.carolinacounselingservices.com/could-my-introverted-behavior-mean-i-am-depressed/#:~:text=However%2C%20studies%20confirm%20that%20introverts,depression%20is%2074%20percent%20introverts.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News