melihat sejarah kerajaan islam di maluku dari masa kejayaannya hingga runtuhnya - News | Good News From Indonesia 2024

Melihat Sejarah Kerajaan Islam di Maluku dari Masa Kejayaannya hingga Runtuhnya

Melihat Sejarah Kerajaan Islam di Maluku dari Masa Kejayaannya hingga Runtuhnya
images info

Melihat Sejarah Kerajaan Islam di Maluku dari Masa Kejayaannya hingga Runtuhnya


Sebagai kepulauan bagian Timur di Indonesia, menurut catatan sejarah, sebagian besar awal mula penyebaran ajaran agama Islam berawal dari Maluku. Mau tahu bagaimana cerita penyebaran, masa kejayaan hingga runtuhnya? Berikut adalah 3 Kerajaan atau Kesultanan Islam yang pernah mendominasi pada kalanya.

Kesultanan Jailolo

Berdiri sejak 1322, Kerajaan Jailolo adalah kerajaan pertama yang berpusat di Pulau Halmahera, Maluku Utara, dan menjadi kerajaan pertama penyebar ajaran Islam menyebarkan ajaran Islam di Maluku.

Kesultanan ini berdiri menyusul adanya Perjanjian/Persekutuan Moti tentang pembagian kerajaan di wilayah Halmahera, Maluku, Raja Ampat, dan Kepulauan Sula.

Pemimpin dari Kerajaan Jailolo pertama adalah Raja Yusuf (1322—1514). Di masa jayanya, tepatnya di bawah pimpinan Raja Katarabumi (1534—1551), Kesultanan Jailolo dikenal dengan salah satu sumber penghasil cengkeh di Kepulauan Maluku.

baca juga

Namun, ketika kepemimpinan berganti Raja Saubo, Kerajaan Jailolo perlahan terlihat lemah dan mulai ditundukan oleh kerajaan Ternate, hingga akhirnya menghilang karena diambil paksa oleh VOC di tahun 1832.

Kesultanan Tidore

Merupakan kerajaan tertua di antara 3 kerajaan lainnya, Kerajaan Tidore sudah ada sejak tahun 1081 dan berpusat di Kota Tidore, Maluku Utara yang dipimpin oleh Muhammad Naqii.

Kendati demikian, ajaran Islam baru dijadikan agama resmi di kerajaan ini di akhir abad ke-14, pada masa itu Raja Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, bersedia masuk Islam karena dakwah Syekh Mansur dari Arab.

Kerajaan Tidore merupakan salah kerajaan Islam terbesar sekaligus terkuat di Maluku. Pasalnya dalam sejarah, kerajaan ini sempat menjaga wilayah kerajaannya dari jajahan VOC hingga akhir abad ke-18, terutama di masa kepemimpinan Sultan Saifuddin.

Kemudian pada era kepemimpinan Sultan Nuku pada tahun 1780 hingga 1805, kerajaan Tidore berhasil melawan dan mengusir Belanda yang dibantu dengan Inggris. Kejayaannya tidak lepas dari peran Sultan Nuku yang kala itu bisa menyatukan Kerajaan Tidore dengan Kerajaan Ternate.

Kerajaan ini menguasai wilayah yang cukup luas di bawah kepemimpinannya, seperti Pulau Seram, sebagian Halmahera, Raja Ampat, dan sebagian Papua. Namun, setelah Sultan Nuku meninggal pada tahun 1805, perlahan kerajaan ini mulai runtuh dan pada akhirnya berhasil dikalahkan setahun setelahnya.

baca juga

Setelah lama ditundukkan oleh Belanda, pada tahun 1947 Kerajaan Tidore sempat muncul kembali dengan Sultan Zainal Abidin Sjah. Namun, ketika Sultan Zainal meninggal pada 1967, kerajaan ini ikut menghilang hingga pada akhirnya Sultan Djafar Syah membangkitkan kembali dengan membangun ulang Istana Kie di tahun 1999.

Hingga kini, Kerajaan Tidore masih ada dengan kepemimpinan Sultan Husain Syah yang menggantikan Sultan Djafar pada tahun 2012.

Kesultanan Ternate

Awalnya lebih dikenal dengan Kerajaan Gapi, kesultanan ini merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1257 oleh Baab Mashur Malamo. Ia sendiri kemudian menjadi Sultan hingga tahun 1277.

Ajaran Islam sendiri baru menjadi ajaran utama di Kerajaan Ternate di tahun 1432, bersamaan dengan awal kepemimpinan ke-18 Ternate, Sultan Marhum. 

Kemudian, kesultanan ini semakin berkembang di abad ke-15. Di sektor perlayaran, teknik rancangan perahu dan senjata didapatkan dari orang Arab dan Turki, menjadikan sektor ini kuat. 

Dengan adanya bangsa Portugis pada tahun 1512 di tanah Maluku, Kesultanan Ternate membuat banyak rencana dan kebijakan agar kekayaan rempah di tanah Maluku tidak dikuasai bangsa asing. Hal ini membawa perkembangan yang cukup signifikan dalam perdagangan.

baca juga

Karena dianggap terlalu memonopoli dan 2 faktor lainnya, seperti perlakuan buruk kepada saudaranya serta adanya pembangunan sebuah benteng yang dinamai Benteng Sao Paulo, pada awal abad ke-16 Sultan Khairun mulai menunjukan perlawanannya kepada bangsa Portugis.

Hingga pada akhirnya, di bawah pemerintahan selanjutnya oleh Sultan Baabulah pada 1577 bangsa Portugis berhasil diusir sepenuhnya dari tanah Maluku.

Selain itu juga, di bawah kepemimpinannya, dia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate ke beberapa Kepulauan Sulawesi, Kepulauan Filipina, dan Kepulauan Marshall di Pasifik. Dirinya juga disebut-sebut sebagai penguasa 72 Pulau kala itu.

Setelah wafatnya Sultan Baabulah di tahun 1538, Kerajaan Ternate mulai mengalami kemunduran. Momen ini dimanfaatkan oleh bangsa Portugis untuk kembali menyerang di 1580. Walau kala itu serangannya berhasil ditahan.

Di awal tahun 1600-an, Spanyol perlahan mulai mencoba menguasai tanah Maluku. Karena berulang kali digempur dan berakhir dengan kekalahan, dengan terpaksa pada tahun 1603 Maluku meminta bantuan Belanda yang kemudian diterima namun dengan bayaran yang mahal.

Pada tahun 1606, Spanyol berhasil mengambil dan menguasai Benteng Gamulamu. Disusul dengan dibangunnya Benteng Oranje yang merupakan benteng pertama Belanda di Nusantara.

Menyikapi hal ini, pada abad ke-16 bangsa Ternate dan Rakyat Maluku berkali-kali melakukan perlawanan. Sejak 1635 hingga 7 Juli 1683, Sultan Sibori dengan terpaksa menandatangani sebuah perjanjian yang membuat Kesultanan Ternate menjadi target independen Belanda. Pada akhirnya, kerajaan ini dibubarkan pada tahun 1950.

Di tahun 1975 KesultananTernate muncul kembali di bawah kesultanan Sultan Mudaffar Sjah dan ditahtakan kepada anaknya pada 2002.

Pada tahun itu, Mudaffar Sjah II berusaha membangkitkan kembali Kerajaan Ternate lewat jalur politik. Sebab, dirinyamenjadi salah satu anggota dewan. Dirinya juga yang berusaha menata kembali struktur adat dan menjalankan beberapa hukum adat.

Namun sayang, kesultanan ini kembali menghilang setelah meninggalnya Mudaffar Sjah II di tahun 2015.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Almer Sophian lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Almer Sophian.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.