keunikan 3 suku bermata biru di indonesia - News | Good News From Indonesia 2024

Keunikan 3 Suku Bermata Biru di Indonesia

Keunikan 3 Suku Bermata Biru di Indonesia
images info

Keunikan 3 Suku Bermata Biru di Indonesia


Keberagaman suku di Indonesia menyimpan banyak keunikan. Masing-masing suku memiliki tradisi, budaya, serta bahasa yang berbeda-beda. Keberagaman suku ini ternyata juga dipengaruhi banyak faktor seperti letak geografis, kondisi alam, keterbukaan masyarakat, transportasi, bahkan sejarah penjajahan yang terjadi di Indonesia.

Pada umumnya, masyarakat suku di Indonesia memiliki warna mata gelap seperti hitam atau coklat. Namun ternyata ada sekelompok orang di 3 suku di Indonesia yang memiliki sebuah keunikan menarik secara fisik, yaitu memiliki mata berwarna biru.

3 suku tersebut adalah suku Buton, suku Lamno, dan suku Lingon. Berasal dari mana saja ya, suku-suku tersebut? Dan bagaimana ya keunikan mata biru ini bisa terjadi?

1. Suku Buton

Suku Buton menjadi satu dari berbagai suku di Sulawesi yang memilki kelompok mata biru. Dikutip dari Indonesia.go.id, mereka tinggal di sebuah pulau bernama Pulau Siompu. Pulau ini terletak di barat daya dari Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara.

Pulau yang memiliki luas 41,5 km2 ini dapat dijangkau melalui perjalanan laut dari Kendari dengan tujuan Kota Baubau dengan menggunakan feri selama 6 jam dan dilanjutkan menggunakan perahu cepat dari Bau-bau, di Pulau Buton menuju Pulau Siompu selama 40 menit. Para pemiliki mata biru ini tinggal di perbukitan Kaibulawa, di Pulau Siompu.

La Ode Yusrie merupakan peneliti budaya dan sejarah yang mengungkap adanya femonema masyarakat bermata biru ini. Yusrie pada awalnya hanya melakukan riset mengenai ragam tutur bahasa lokal yang unik di daerah Siompu Timur bersama lembaga Summer Institute Linguistic (SIL) di awal tahun 2016.

baca juga

Keunikan ciri fisik dari masyarakat di suku Buton ini tidak hanya mata biru yang kemilau dan tajam, namun juga tinggi tubuh, hidung mancung, dan warna kulit yang cerah seperti orang Eropa. Fenomena ini ternyata berhubungan erat dengan sejarah perburuan rempah di Nusantara pada abab ke-16.

Pada saat itu seorang berkebangsaan Portugis bernama Pitter, menikahi seorang putri bernama Wa Ode Kambaraguna. Dia adalah putri dari Raja Siompu II yang bernama La Laja atau La Sampula.

Anak dari perkawinan Pitter dan Kambaraguna yang bernama La Ode Raindabula menjadi generasi pertama mata biru di Pulau Siompu. Ciri fisik mata biru hanya dimiliki oleh para penduduk suku yang memang memiliki keturunan bangsa Portugis.

2. Suku Lamno

Kelompok masyarakat bermata biru ternyata juga terdapat di Desa Lamno, Aceh Jaya. Ciri fisik dari kelompok masyarakat ini juga berupa mata biru, hindung mancung, berkulit putih dan postur tinggi. Desa Lamno terletak di daerah pesisir Aceh bagian barat dan daerah ini langsung menghadap Samudra Hindia. Faktor tersebut yang diyakini menjadikan daerah Lamno banyak dikunjung kapal-kapal Eropa.

Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, keberadaan masyarakat bermata biru diawali dengan kedatangan Portugis yang datang ke Lamno pada abad ke-16. Bangsa Portugis datang ke daerah Daya untuk berdagang, dan juga menanam lada. Namun ada versi lain tentang kedatangan Portugis untuk melakukan penjajahan di Aceh.

Pada saat itu terjadi perang antara Portugis dengan Pasukan Mereuhoem yang dipimpin oleh Sultan Shilatin yang mengusir Portugis dari Kerajaan Daya. Pasukan Portugis mengalami kekalahan, beberapa dari mereka dijadikan tawanan perang, dan ditawarkan untuk masuk ke agama Islam. Mereka yang akhirnya menerima Islam menikah dengan pribumi masyarakat Lamno.

baca juga

3. Suku Lingon

Suku Lingon diketahui juga sebagai suku yang memiliki mata berwarna biru. Penduduk suku Lingon ternyata termasuk dalam ras Kaukasoid yang termasuk sebagai ras orang-orang kulit putih. Suku ini mendiami pedalaman Halmahera, Maluku Utara.

Sejarah dari keberadaan penduduk Suku Lingon bermata biru ini, konon mereka merupakan keturunan bangsa Eropa bernama Sersan Lingkon yang terdampar di perairan Halmahera. Dia akhirnya menikah dengan orang setempat, dan menetap.

Saat ini keberadaan Suku Lingon masih menjadi pertanyaan apa masih ada atau tidak di pelosok Halmahera. Hal tersebut sangat sulit untuk diungkap karena mereka diduga tinggal di sebuah daerah yang sangat sulit diakses.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.