unik suku cia cia di indonesia mengadopsi hangeul sebagai aksara tulis - News | Good News From Indonesia 2024

Unik, Suku Cia-Cia di Indonesia Mengadopsi Hangeul sebagai Aksara Tulis!

Unik, Suku Cia-Cia di Indonesia Mengadopsi Hangeul sebagai Aksara Tulis!
images info

Unik, Suku Cia-Cia di Indonesia Mengadopsi Hangeul sebagai Aksara Tulis!


Kawan GNFI, di Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisi, ada satu suku unik yang patut menjadi perhatian kita, yakni Suku Cia-Cia yang mendiami Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Keunikan mereka terletak pada penggunaan aksara Hangeul—aksara dari Korea Selatan—sebagai sistem penulisan bahasa Cia-Cia.

Yuk, kita simak lebih dalam tentang bagaimana aksara Korea bisa hadir di tengah masyarakat Cia-Cia dan berperan penting dalam upaya pelestarian bahasa daerah ini!

Awal Mula Adopsi Aksara Hangeul oleh Suku Cia-Cia

Suku Cia-Cia awalnya merupakan suku yang menggunakan bahasa Cia-Cia sebagai bahasa lisan, tetapi tidak memiliki sistem aksara tertulis untuk mendokumentasikan bahasa mereka. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran akan hilangnya bahasa tersebut seiring perkembangan zaman. Upaya melestarikan bahasa Cia-Cia ini mulai mendapat perhatian serius pada awal 2000-an.

Dilansir dari Beautynesia, pada tahun 2005, sebuah momentum besar terjadi ketika Wali Kota Baubau saat itu, Amirul Tamin, terinspirasi untuk mencari solusi terkait kelestarian bahasa Cia-Cia. Sebelumnya, ada wacana untuk menggunakan aksara Arab gundul, tetapi opsi ini dinilai kurang tepat karena beberapa bunyi dalam bahasa Cia-Cia tidak bisa diwakili oleh aksara Arab.

Nyala Nusantara mengatakan, bahwa di sinilah peran Profesor Chun Thay Hyun, seorang ahli bahasa dari Korea Selatan, yang memperhatikan kemiripan antara pelafalan bahasa Cia-Cia dan bahasa Korea. Kesamaan inilah yang membuat aksara Hangeul dianggap cocok untuk mengabadikan bahasa Cia-Cia secara tertulis. Tak lama kemudian, Hunminjeongeum Research Institute, sebuah lembaga Korea yang berfokus pada penyebaran aksara Hangeul, datang ke Buton untuk memperkenalkan aksara tersebut pada masyarakat Cia-Cia.

Implementasi Aksara Hangeul di Kehidupan Sehari-Hari

Setelah disepakati bahwa Hangeul bisa digunakan sebagai aksara bagi bahasa Cia-Cia, pemerintah setempat mulai mengambil langkah konkret. Mulai dari nama jalan, halte, hingga sekolah, semua tempat-tempat umum di wilayah Suku Cia-Cia mulai menggunakan papan nama yang ditulis dalam bahasa Indonesia menggunakan aksara Latin, serta bahasa Cia-Cia yang ditulis dengan aksara Hangeul.

Beautynesia menyampaikan, penggunaan aksara Hangeul tidak berhenti pada ranah publik saja. Bahasa Cia-Cia dengan Hangeul kini menjadi bagian dari kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah di wilayah tersebut. Murid-murid dari tingkat SD hingga SMA diajarkan cara menulis aksara Hangeul untuk melestarikan bahasa daerah mereka.

Disampaikan melalui Nyala Nusantara, bahwa langkah ini memberikan dampak yang sangat positif bagi pelestarian bahasa Cia-Cia. Kini, bahasa tersebut memiliki dokumentasi tertulis yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Bukan hanya di Indonesia, bahkan dunia internasional pun turut menyoroti hal ini. Nama Cia-Cia dikenal hingga Korea Selatan, Jepang, Inggris, dan Amerika berkat keunikan ini.

Pro dan Kontra Penggunaan Aksara Hangeul

Dilansir dari Kemdikbud, bahwa keputusan pemerintah Kota Baubau untuk mengadopsi aksara Hangeul dalam bahasa Cia-Cia tidak sepenuhnya berjalan mulus. Ada pandangan yang saling bertentangan di kalangan masyarakat dan akademisi. Sebagian masyarakat mendukung kebijakan ini dengan alasan bahwa budaya harus berkembang mengikuti zaman. Mereka menilai penggunaan aksara Hangeul tidak akan mengubah identitas budaya Cia-Cia karena yang diadaptasi hanya aksaranya, bukan bahasanya.

Pendukung kebijakan ini juga berpendapat bahwa adaptasi Hangeul justru akan membantu mencegah kepunahan bahasa Cia-Cia dan memperkaya warisan budaya lokal. Beberapa tokoh adat dan birokrat di wilayah Cia-Cia menandatangani persetujuan penggunaan aksara Hangeul untuk bahasa Cia-Cia di Kecamatan Sorawolio.

Di sisi lain, ada kelompok yang menolak adopsi Hangeul karena khawatir penggunaan aksara tersebut akan memengaruhi kemurnian bahasa Cia-Cia. Mereka berpendapat bahwa seharusnya aksara yang diadaptasi adalah aksara Buri Wolio, aksara yang lebih dekat secara budaya dan sejarah dengan masyarakat Buton. Selain itu, mereka juga menilai bahwa keputusan untuk mengadopsi Hangeul dilakukan tanpa melibatkan seluruh masyarakat penutur bahasa Cia-Cia yang tersebar di wilayah-wilayah lain, seperti Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Wabula.

Dampak Positif Pelestarian Bahasa Daerah

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, penggunaan aksara Hangeul untuk bahasa Cia-Cia telah memberikan dampak nyata dalam pelestarian bahasa daerah tersebut. Kini, bahasa Cia-Cia memiliki sistem penulisan yang memadai dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat setempat. Aksara Hangeul berhasil memperkuat identitas bahasa Cia-Cia tanpa menghilangkan ciri khas dari bahasa itu sendiri.

Kemdikbud juga menginformasikan, lebih dari itu, program ini juga telah membuka peluang kerja sama internasional yang lebih luas antara Indonesia dan Korea Selatan, terutama dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Bahkan, beberapa pelajar dan pemuda dari Kota Baubau diberi kesempatan untuk mengunjungi Korea Selatan dalam rangka program pertukaran budaya, yang tentu semakin mempererat hubungan antara kedua negara.

Penggunaan aksara Hangeul oleh Suku Cia-Cia di Pulau Buton merupakan contoh unik dari upaya pelestarian bahasa daerah yang dilakukan dengan cara yang kreatif dan inovatif. Meskipun sempat memunculkan perdebatan di masyarakat, tetapi hasil dari kebijakan ini menunjukkan bahwa bahasa Cia-Cia berhasil bertahan dan semakin dikenal di kancah internasional. Langkah ini membuktikan bahwa dalam menjaga kebudayaan lokal, terkadang dibutuhkan keberanian untuk berpikir di luar kotak.

Semoga upaya pelestarian ini terus memberikan manfaat bagi generasi selanjutnya dan menjadi inspirasi bagi pelestarian bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.