Seminar Teras Puan digelar bertempat di Masjid Fadhlurrahman, Kampus 1 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dengan tema "Kekerasan Seksual Bukanlah Hal yang Tabu", acara ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa dalam memahami serta menangani isu kekerasan seksual di era modern.
Seminar ini menghadirkan dua pembicara, yaitu M. Azmi Nur Asyakaruddin, Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi UMS 2021, dan Syakira Maghituf, Sekretaris Bidang Pengembangan Intelektual Keislaman Badan Eksekutif Mahasiswa FAI UMS 2024.
Diskusi dipandu oleh Aleyda Salsabila, Ketua Kampanye Public Relation Teras Puan, yang sekaligus berperan sebagai moderator.
Sebanyak 30 mahasiswa yang berasal dari UMS dan Universitas Sebelas Maret (UNS) mengikuti acara dengan antusias. Kegiatan berlangsung dari pukul 10.00 hingga 11.30 WIB, dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an, dilanjutkan dengan penyampaian materi, dan ditutup dengan sesi tanya jawab yang interaktif.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Betty Andriani, S.Sos, M.I.Kom, dosen Kampanye Public Relation Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kehadiran beliau memberikan perspektif mendalam mengenai peran akademisi dalam mendukung gerakan pemberantasan kekerasan seksual di lingkungan kampus.
Harapannya, kampanye ini tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat diteruskan dan berkelanjutan, sehingga isu kekerasan seksual dapat berkurang secara signifikan di lingkungan kampus.
Para narasumber menyampaikan poin-poin penting untuk menciptakan kampus sebagai ruang yang aman bagi seluruh civitas akademika, di antaranya mengenali berbagai bentuk kekerasan berbasis gender yang dapat terjadi di lingkungan pendidikan, membangun kesadaran kolektif dan solidaritas di kalangan mahasiswa, serta mendorong keberanian untuk melaporkan kasus kekerasan seksual kepada komunitas atau lembaga yang relevan.
“Kekerasan seksual bukanlah aib. Kita harus bersuara, meminta perlindungan, dan membangun solidaritas. Jangan pernah ragu mencari bantuan dari komunitas atau lembaga yang tepat,” tegas Syakira Maghituf di akhir sesi.
Data dari Kemendikbudristek menunjukkan bahwa 77% dosen mengakui terjadinya kekerasan seksual di lingkungan kampus, dan 63% dari kasus tersebut tidak pernah dilaporkan. Fakta ini menjadi alarm bahwa kampus, yang seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar dan berkembang, masih belum sepenuhnya bebas dari ancaman kekerasan seksual.
Oleh karena itu, edukasi dan pemberdayaan menjadi langkah krusial untuk menciptakan kesadaran kolektif, memberdayakan korban, dan memastikan keberanian untuk melaporkan.
Tidak hanya itu, dalam seminar ini juga dibagikan merchandise berupa stiker kepada para peserta seminar. Stiker tersebut menjadi simbol partisipasi mereka dalam mendukung upaya melawan tindak kekerasan seksual di lingkungan kampus maupun di masyarakat.
Selain menyoroti isu kekerasan seksual, seminar ini juga menekankan pentingnya peran komunitas kampus, termasuk Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS), dalam menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif.
Satgas PPKS memiliki peran vital sebagai garda terdepan dalam memberikan edukasi, menangani laporan, serta mendampingi korban dengan penuh empati dan profesionalisme.
Teras Puan mengajak seluruh civitas akademika untuk terus bergerak bersama, membangun solidaritas, dan berkomitmen melawan segala bentuk kekerasan seksual demi terciptanya lingkungan kampus yang lebih baik. Seminar ini yang bertepatan dengan Hari Ibu, juga menggarisbawahi pentingnya menghormati perempuan sebagai calon ibu dan generasi penerus.
Tidak hanya itu, kekerasan seksual yang kerap dianggap hanya menimpa perempuan sejatinya juga dapat menimpa laki-laki, sehingga edukasi dan kesadaran menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan perubahan nyata.
Langkah ini diharapkan menjadi awal terbentuknya lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan berdaya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News