Tahukah Kawan bahwa tidak semua gaya atau model rumah dapat diterapkan di Indonesia?
iklim tropis yang dimiliki Indonesia membuat masyarakat harus menyesuaikan desain rumah dan pilihan materialnya sesuai dengan geografi dan iklim.
Rumah tradisional di Indonesia sebenarnya telah menerapkan tatanan ruang yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan masing-masing.
Misalnya pada rumah adat Joglo di Jawa Tengah, atap rumah biasanya dipasang dengan jarak yang cukup tinggi. Tujuannya untuk memberikan ruang bagi pergerakan dan pertukaran udara.
Material kayu yang dominan pada rumah joglo dan rumah-rumah adat lainnya di Indonesia juga mampu menjaga suhu agar tetap stabil sehingga cenderung lebih adem.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa udara dan cahaya matahari menjadi faktor terbesar yang harus diperhatikan saat membangun rumah. Sebab, Indonesia memiliki ciri khas iklim berupa cahaya matahari yang terik dan panas, tingkat kelembapan yang tinggi, pergerakan angin, dan curah hujan yang cukup besar.
Oleh karena itu, tidak semua desain rumah dapat diterapkan di Indonesia. Termasuk, rumah dengan desain open space, terlalu banyak material kaca sebab kaca menyerap panas, hingga rumah yang terlalu tertutup tanpa adanya ruang ventilasi.
Kriteria Desain Rumah yang Cocok di Daerah Tropis
- Ventilasi
Di negara tropis, lubang ventilasi menjadi hal yang krusial saat membangun rumah. Lubang ventilasi ini berperan sebagai tempat keluar masuknya udara sehingga memungkinkan terjadi pertukaran udara di dalam ruangan.
Ukuran ventilasi udara biasanya dirumuskan dengan 10%—20% dari luas ruangan. Rinciannya, 5% dari luas ruangan merupakan ventilasi tetap, sedangkan 5% nya merupakan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.
Di Indonesia, jenis ventilasi yang umum digunakan ialah ventilasi silang. Ventilasi silang ini meletakkan ventilasi secara berhadapan lurus. Ventilasi jenis ini lebih efektif untuk memberikan ruang bagi udara untuk terus bertukar dan bergerak.
Angin yang masuk di satu sisi pada sistem ventilasi silang akan mendorong angin di dalam ruangan keluar. Hal ini akan meminimalisasi kelembapan berlebih di dalam ruangan yang menimbulkan hawa pengap.
- Ketinggian Atap
Selain ventilasi, ketinggian atap juga turut berpengaruh terhadap terciptanya suhu di dalam bangunan. Selain menyediakan ruang untuk pertukaran udara, atap rumah yang tinggi juga memberikan pencahayaan alami sehingga rumah terasa lebih luas.
Tidak hanya tinggi, derajat kemiringan atap rumah juga diperhatikan jika membangun rumah di kawasan tropis. Sebab, kemiringan atap ini sangat berperan dalam membantu melancarkan aliran air hujan.
Derajat kemiringan atap yang efektif di Indonesia cukup beragam, disesuaikan dengan bahan pembuatan atap. Misalnya, atap yang terbuat dari tanah liat kemiringannya berkisar 27,5 – 40 derajat. Sedangkan, atap yang disusun dari asbes atau seng membutuhkan sudut kemiringan 15 – 25 derajat.
Selain ketinggian dan kemiringan, overstek atap juga memiliki peran penting. Overstek atap pada bangunan berguna untuk mencegah tempias air hujan.
- Bangunan Cenderung Cerah
Jika Kawan kerap bertanya, mengapa banyak rumah di Indonesia yang dicat warna kuning atau hijau cerah? Inilah jawabannya.
Cat berwarna gelap memiliki kemampuan untuk menyerap panas sehingga membuat rumah terasa lebih panas dan gerah. Oleh karena itu, diperlukan warna-warna cat yang mampu memantulkan panas matahari.
Beberapa opsi warna yang dapat memantulkan matahari adalah putih, kuning, hijau terang, biru muda, atau abu-abu muda.
Maka, tidak heran jika banyak rumah di Indonesia yang memiliki warna mencolok.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News