Pada suatu pagi yang gerimis, rombongan kelas Kom 38 berangkat menuju Museum Istana Kepresidenan di Bogor. Perjalanan ke lokasi museum berlangsung ceria, meskipun ada rasa ingin tahu mengenai museum yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.
Di pagi yang gerimis itu, diriku dan teman-teman kelas Kom 38 berangkat menuju lokasi museum, yaitu Bogor. Perjalanan tersebut penuh canda tawa dan hura-hura. Namun, ada rasa penasaran yang menyelimuti sukmaku.
Aku belum pernah mendatangi Museum Istana Kepresidenan ini sebelumnya, dan yang ada dalam pikiran saya, adalah hanya sebuah museum yang tua, bau, dan tidak terawat. Pada awalnya, anggapan yang ada adalah bahwa museum tersebut akan tampak tua, tidak terawat, dan berbau tidak sedap. Namun, setelah tiba di lokasi, pandangan tersebut terbukti keliru.
Bus kami sampai di tempat parkir. Ada jarak di antara lapangan parkir bus dengan museum, maka karena hal itu kami harus sedikit berjalan untuk sampai ke lokasi museum. Pagi itu sedikit gerimis, tetapi tetesan-tetesan air tersebut tidak menghentikan langkah kaki kami yang sudah tidak sabar ingin mengunjungi museum tersebut.
Kami sampai di lokasi museum lalu mengurus perijinan untuk masuk. Begitu melangkah masuk menuju lobi museum, aku dibuat terkejut. Gedung yang kukira tua, usang, bau, reyot, dan sebagainya itu salah besar.
Kom 38 disambut oleh sebuah gedung modern yang sangat terawat, bersih, dan besar. Aura modern dan elegan langsung terasa saat kami menginjakkan kaki di halaman depan museum.
Museum itu berada di sebelah istana dan berdiri megah, dengan halaman luas yang dipenuhi rerumputan hijau serta pohon-pohon besar yang membuat lokasi museum tersebut sejuk. Saat memasuki museum, kami disambut oleh pemandu yang menceritakan sejarah singkat mengenai hal apa saja yang ada di museum tersebut.
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Sesampainya di dalam museum, pengunjung disambut oleh seorang pemandu yang memberikan penjelasan singkat mengenai sejarah museum dan koleksinya. Rombongan kemudian diajak mengelilingi museum, mulai dari lantai satu hingga lantai dua.
Museum ini menyajikan berbagai informasi yang jauh dari ekspektasi awal. Salah satu momen penting adalah saat menonton film mengenai para presiden Indonesia terdahulu, di mana patung besar Presiden Soekarno menjadi sorotan utama.
Patung tersebut menggambarkan sosok presiden yang memimpin bangsa dalam masa sulit, dengan ekspresi menatap jauh ke depan.
Di lantai dua, pemandu memandu rombongan untuk mengeksplorasi informasi mengenai enam presiden Indonesia. Di ruangan yang memuat informasi tentang Presiden Soeharto, terdapat foto-foto, termasuk momen ketika beliau bertemu dengan mantan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Ruang perpustakaan menjadi bagian yang menarik perhatian. Tempat ini tidak hanya menyimpan banyak buku, tetapi juga piagam penghargaan, termasuk dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Selain itu, juga tempat di mana para presiden menghabiskan waktu untuk membaca dan belajar.
Foto-foto Presiden Soeharto (Sumber : Dokumen Pribadi)
Kunjungan ini menggambarkan pentingnya pemahaman tentang sejarah dan budaya sebagai bagian dari identitas. Sejarah bukan hanya sekadar catatan masa lalu, melainkan juga pelajaran untuk membangun masa depan.
Museum ini menunjukkan cara berpikir pemimpin terdahulu dalam menghadapi tantangan dan dalam menjalin persahabatan dengan negara lain.
Saya pun mulai merenung. Di balik sosok presiden yang megah dan kharismatik, ada kisah yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Salah satunya adalah tetaplah rendah hati, walaupun kau memiliki kuasa ataupun pangkat. Dari Soekarno sampai SBY, perpustakaan tersebut menjadi saksi, bahwa keenam presiden tersebut tetap mau membaca buku walaupun mereka sudah menjadi presiden.
Mereka tetap mau belajar dari buku, dan tidak mau merasa cukup atau sipaling tau. Saya merasa, dunia ini…tidak sekecil yang saya bayangkan selama ini. Saya merasa diri ini hanyalah setitik kecil debu, dibandingkan dengan luasnya dunia dan kompleksitas sejarah yang telah membentuk kita pada saat ini.
Keluar dari Museum yang berada di Bogor tersebut, langkah saya terasa lebih ringan, tetapi saya merasa bahwa diri saya penuh dengan pemikiran dan hal-hal yang baru. Perjalanan ini mengajarkan saya bahwa sejarah bukan hanya tentang masa lalu, masa yang sudah lewat, yang sudah “basi” dan lainnya.
Namun, sejarah juga merupakan pelajaran untuk membangun masa depan. Museum ini menunjukkan bagaimana para pemimpin kita dahulu berpikir jauh ke depan, mengambil keputusan di tengah tekanan, dan menghargai setiap bentuk persahabatan dengan para negara lain.
Perpustakaan Kepresidenan yang Berada di dalam Museum (Sumber : Dokumen Pribadi)
Dari kunjungan ini, saya menyadari pentingnya memahami sejarah dan budaya sebagai cerminan diri. Tidak hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik.
Di balik keindahan, kemegahan, dan kharisma dari Istana Kepresidenan Bogor, tersimpan pesan tentang tanggung jawab, pengorbanan, dan pentingnya merawat warisan yang telah dititipkan nenek moyang kepada kita.
Saya pulang dengan pikiran yang lebih terbuka serta hati yang lebih besar. Perjalanan saya kali ini, meski sederhana, namun telah memberikan saya cara pandang yang baru terhadap sejarah dan budaya. Dan yang terpenting adalah, perjalanan ini mengingatkan saya untuk terus berkontribusi, sekecil apa pun, demi masa depan yang lebih baik.
*Kolaborasi Kawan GNFI dan Universitas Bakrie
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News