penemuan fosil legum raksasa yang mengungkap sejarah vegetasi borneo - News | Good News From Indonesia 2025

Penemuan Fosil Legum Raksasa yang Mengungkap Sejarah Vegetasi Borneo

Penemuan Fosil Legum Raksasa yang Mengungkap Sejarah Vegetasi Borneo
images info

Penemuan Fosil Legum Raksasa yang Mengungkap Sejarah Vegetasi Borneo


Kawan GNFI, Indonesia kembali mencatatkan penemuan besar dalam dunia paleobotani. Kali ini, temuan berupa fosil biji legum raksasa dari formasi Tambak, Kalimantan Selatan, yang dinamai Jantungspermum gunnellii.

Sebuah penelitian di International Journal of Plant Sciences edisi September 2024 mengungkapkan bahwa penemuan fosil Jantungspermum gunnellii membuka jendela baru ke masa Eosen.

Penemuan ini sekaligus memberikan wawasan penting tentang sejarah vegetasi Malesia sebelum tabrakan tektonik Sahul dan Sunda.

Temuan di Tambang Wahana Baratama

Pada Agustus 2014, tim peneliti yang dipimpin oleh Edward J. Spagnuolo dan rekannya menemukan fosil biji besar ini di tambang batubara Wahana Baratama, Kalimantan Selatan. Lokasi ini menjadi sumber tambang formasi Tambak, yang dikenal berasal dari periode Eosen Tengah hingga Akhir, sekitar 33 hingga 40 juta tahun yang lalu.

Formasi Tambak terdiri dari sedimen lumpur, batu bara, dan batupasir yang mencerminkan lingkungan rawa gambut pesisir purba.

baca juga

Dari 47 fosil tumbuhan yang dikumpulkan, tiga biji besar ini menjadi perhatian utama. Biji-biji ini ditemukan dalam bentuk cetakan tiga dimensi yang terkompresi, dengan panjang mencapai 72 mm dan lebar 55 mm.

Para peneliti menamai spesies baru tersebut Jantungspermum gunnellii, yang diambil dari bentuk biji menyerupai jantung dan untuk menghormati paleontolog Gregg Gunnell.

Ciri-Ciri Unik Jantungspermum Gunnellii

Fosil biji legum raksasa | Oleh: Edward J. Spagnuolo
info gambar

Fosil biji legum raksasa | Oleh: Edward J. Spagnuolo


Biji Jantungspermum gunnellii memiliki ciri khas yang unik. Berbentuk seperti kacang dan menyerupai huruf D jika dilihat secara melintang. Biji ini memiliki hilum (tempat di mana biji terhubung ke tumbuhan induk) yang panjang dan linear, serta membungkus sebagian besar permukaan biji.

Karakteristik tersebut membuatnya sangat mirip dengan biji Castanospermum australe, atau black bean tree, yang saat ini ditemukan di kawasan pesisir Australasia seperti Australia, Papua Nugini, dan Vanuatu. Namun, biji fosil ini memiliki ukuran dua kali lipat lebih besar dibandingkan kerabat modernnya.

Penemuan ini menunjukkan bahwa genus Castanospermum pernah memiliki sebaran yang jauh lebih luas, termasuk di wilayah Sunda sebelum pergeseran tektonik besar yang memisahkan benua.

Formasi Tambak memberikan gambaran tentang hutan rawa purba yang didominasi oleh tumbuhan palem seperti nipah, pakis, dan pohon-pohon dari keluarga Podocarpaceae dan Sapindaceae.

Kehadiran Jantungspermum mengindikasikan ekosistem rawa air tawar yang kaya akan keanekaragaman hayati, tempat tumbuhan ini mungkin tumbuh subur bersama fauna purba.

Metodologi Penelitian

Fosil biji dianalisis menggunakan teknik pencitraan modern seperti computed tomography (CT) scan untuk mengungkap detail internal dan eksternal. Fosil daun yang dikumpulkan dari lapisan yang sama juga diteliti, meskipun dalam kondisi yang kurang terawat.

baca juga

Daun-daun ini menunjukkan bahwa pohon dari keluarga Fabaceae mendominasi lingkungan tersebut, menambah bukti penting tentang kehadiran legum di Asia Tenggara purba.

Para peneliti juga membandingkan biji fosil ini dengan spesimen modern menggunakan basis data global. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun ada kemiripan dengan Castanospermum, Jantungspermum gunnellii tetap memiliki karakteristik yang cukup unik untuk diklasifikasikan sebagai genus baru.

Pentingnya Penemuan Ini

Penemuan ini memiliki dampak besar pada pemahaman kita tentang sejarah biogeografi kawasan Sunda dan Australasia. Sebagai fosil legum tertua yang pernah ditemukan di Malesia, biji Jantungspermum menunjukkan bahwa genus Castanospermum memiliki asal-usul yang jauh lebih tua dan lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya.

Selain itu, penelitian ini juga mempertegas pentingnya konservasi kawasan seperti Kalimantan yang menjadi pusat keanekaragaman hayati global.

Meskipun tambang batubara sering kali dianggap sebagai ancaman bagi lingkungan, lokasi tambang juga menyimpan informasi berharga tentang masa lalu bumi yang tidak boleh diabaikan.

Fosil Jantungspermum adalah pengingat akan kekayaan alam dan sejarah panjang Nusantara sebagai pusat keanekaragaman hayati. Dengan memahami vegetasi purba dan bagaimana tumbuhan ini beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, kita dapat mengambil pelajaran penting untuk melindungi ekosistem.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.