10 pahlawan nasional yang berperan besar dalam pembentukan sulawesi selatan - News | Good News From Indonesia 2025

10 Pahlawan Nasional yang Berperan Besar dalam Pembentukan Sulawesi Selatan

10 Pahlawan Nasional yang Berperan Besar dalam Pembentukan Sulawesi Selatan
images info

10 Pahlawan Nasional yang Berperan Besar dalam Pembentukan Sulawesi Selatan


Berbicara tentang pahlawan nasional dari Sulawesi Selatan, mungkin sebagian besar orang langsung mengingat nama Sultan Hasanuddin dan sebutan 'Andi'.

Tak banyak yang tahu tentang cerita perjuangan pahlawan nasional di Sulawesi Selatan. Walau sebenarnya kisah di tanah Sulawesi juga tidak kalah menarik dari kisah perjuangan di Tanah Jawa. Berikut adalah 10 kisah perjuangan pahlawan nasional di Sulawesi Selatan dari perjuangan kemerdekaan hingga menyebarkan ajaran Islam.

Sultan Hasanuddin 

Patung lilin Sultan Hasanuddin | Wikimedia Commons: Pangeran Bodrowongso
info gambar

Patung lilin Sultan Hasanuddin | Wikimedia Commons: Pangeran Bodrowongso


Dirinya merupakan Sultan Gowa ke-16 sekaligus pahlawan nasional Indonesia yang dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda, yang artinya ‘Ayam jago dari timur’. Dia terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape.

Dia mendapat julukannya karena ketangguhan serta gigihnya di saat memukul mundur pasukan Belanda karena telah memonopoli Makassar dan sekitarnya.

Yusuf Al-Makassari

Buku tentang Syekh Yusuf Abul Mahasin | Wikimedia Commons: Labbiri
info gambar

Buku tentang Syekh Yusuf Abul Mahasin | Wikimedia Commons: Labbiri


Bernama lengkap Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makassari Al-Bantani, di masa perjuangannya dia terlibat dalam melawan pasukan Belanda, sambil menyebarkan ajaran Islam. Setelah pasukan Gowa mengalami kekalahan telak, dirinya beberapa kali diasingkan dari ke Banten, Sri Lanka hingga ke suatu daerah di Afrika Selatan.

Meski diasingkan dia tetap menyebarkan ajaran Islam melalui dakwahnya dan tetap menjaga komunikasi dengan pengikutnya di Nusantara. Masyarakat Sulawesi Selatan memberinya gelar Tuanta Salamaka ri Gowa ‘Tuan guru penyelamat kita dari Gowa’.

Maria Walanda Maramis

Dia dikenal karena perannya dalam memperjuangkan hak-hak serta pendidikan perempuan di Minahasa. Dirinya bahkan sudah memiliki keinginan untuk memajukan derajat kaum perempuan sejak masih remaja.

Menurutnya, peran wanita dalam mendidik anak dan memerhatikan kesehatan keluarga cukup besar. Namun, kala itu di awal tahun 1910-an pendidikan untuk perempuan khususnya di Minahasa kurang memadai dan mendapat perhatian dari pemerintah.

Pada 8 Juli 1917, dirinya menyampaikan gagasannya pada rapat umum yang dihadiri oleh beberapa perempuan berpendidikan tentang membuat sebuah organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya) yang ke depannya menyoroti dan memfasilitasi pembuatan sekolah rumah tangga.

Andi Pangerang Petta Rani

Dirinya dikenal sebagai Gubernur ke-4 Sulawesi yang menjabat di tahun 1956-1960 sekaligus gubernur terakhir sebelum provinsi ini terpecah. Dia adalah salah satu sosok yang memberi kontribusi besar dalam pembangunan Universitas Hasanuddin.

Sebelum masa menjabat dia pernah menjadi tahanan Belanda karena menjadi pemrakarsa Deklarasi Jongaya serta menolak bekerja sama dengan NICA (kelompok Belanda).

Andi Mappanyukki

Dia dikenal sebagai Raja Bone pertama yang menolak bersekutu dengan bangsa Belanda. Karena penolakan tersebut, tahtanya diambil dan dia diasingkan. Hal itu dia lakukan karena dirinya lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya daripada tahta. Hingga masa kemerdekaan dirinya masih terus memperjuangkan hak-hak rakyat Sulawesi Selatan dan membantu beberapa infrastruktur kota. 

Andi Abdullah Bau Massepe

Andi Abdullah Bau Massepe | Picryl: Government of Indonesia
info gambar

Andi Abdullah Bau Massepe | Picryl: Government of Indonesia


Dirinya adalah anak dari Haji Andi Mappanyukki yang lahir pada 1918. Dia merupakan salah satu pendiri sekaligus ketua umum pertama dari Badan Penunjang Republik Indonesia yang kala itu berfokus memperkuat perjuangan kemerdekaan di Sulawesi Selatan.

Pada masa mudanya dia beberapa kali menjadi pemimpin penyerangan memukul mundur pasukan-pasukan Belanda yang masih berada di Pos penjagaan sekitar Sulawesi Selatan di tahun 1946. Kini dirinya dianggap menjadi putra terbaik Sulawesi Selatan menurut Gubernur Syahrul Yasin Limpo.

Opu Daeng Risadju

Dirinya dikenal karena perannya yang cukup aktif di sebuah organisasi politik yang berjuang melawan penjajahan, Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII). Selama masa perjuangannya di partai tersebut, dirinya banyak menyuarakan tentang menentang penindasan oleh pasukan Belanda. 

Dirinya bahkan dikenal sebagai wanita pertama di Indonesia yang menjadi ketua di partai politik Islam. Dalam perjuangannya dirinya bahkan harus menjadi tuli karena ditembak dekat telinganya.

Datuk Ri Bandang

Abdul Makmur atau yang kini dikenal dengan nama Datuk Ri Bandang adalah salah satu dari tiga datuk yang berhasil menyebarkan ajaran Islam di sejumlah Kerajaan di Bumi Sulawesi. Dia adalah ahli fikih yang berdakwah di daerah tengah Sulawesi yakni di Kerajaan Gowa dan Tallo.

Dalam penyebarannya, Datuk Ri Bandang menerapkan pemikiran Kesuksesan dakwah akan tercapai bilamana penguasa atau "orang terkuat" di negeri itu memeluk Islam. Selain berhasil menyebarkan ajaran Islam di 4 kerajaan yang berada di Sulawesi (Gowa, Luwu, Tallo, Gantarang). Dirinya juga menyebarkan ajaran yang sama di Kerajaan Kutai, Kalimantan dan Kerajaan Bima di Nusa Tenggara.

Datuk Ri Tiro

Dia adalah ulama sufi dari Minangkabau yang nama aslinya Nurdin Ariyani atau Abdul Jawad. Dirinya ditugaskan menyebarkan ajaran Islam di Pulau Sulawesi bersama Datuk Ri Bandang dan Datuk Patimang. Dirinya menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan besar di Sulawesi dengan cara berdakwah dan pendekatan ilmu tasawuf. 

Atas perannya inilah, nama Datuk Ri Tiro digunakan menjadi salah satu masjid ikonik di Bulukumba, yakni Masjid Islamic Center Dato Tiro.

Andi Djemma

Dia dikenal sebagai tokoh utama pelopor berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) di Tanah Luwu. Selain itu, dirinya juga beberapa kali memimpin perlawanan pada masa kemerdekaan seperti salah satunya memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946 yang kini tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Perlawanan Rakyat Semesta karena perlawanannya hingga seluas 200 km.

baca juga

Dirinya juga dikenal sebagai sosok yang berani mengirim ultimatum kepada Gubernur Jendral Belanda, Van Mook untuk menarik pasukan pada 5 Oktober 1945.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Almer Sophian lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Almer Sophian.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.