Persatuan Sepak Bola Indonesia Surakarta, atau yang lebih dikenal dengan PERSIS Solo, merupakan salah satu klub sepak bola legendaris di Indonesia. Berdiri pada 8 November 1923, klub ini telah menjadi simbol kebanggaan warga Surakarta dan sekitarnya. Dengan julukan Laskar Sambernyawa, PERSIS tak hanya dikenal karena sejarah panjangnya, tetapi juga karena dedikasinya dalam memajukan sepak bola nasional.
Awal Berdirinya PERSIS
Sejarah PERSIS bermula dengan pendirian Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) oleh beberapa tokoh lokal seperti Sastrosaksono dari klub Mars, serta Raden Ngabehi Reksohadiprojo, dan Sutarman dari klub Romeo.
Organisasi ini bertujuan untuk membuka ruang bagi semua kalangan agar dapat bermain sepak bola tanpa batasan. Pada 28 Oktober 1928, bertepatan dengan momentum Sumpah Pemuda, VVB mengubah namanya menjadi Persatuan Sepakraga Indonesia Soerakarta (PERSIS) untuk mencerminkan semangat persatuan bangsa.
Resmi diakui pada 12 Mei 1933, nama PERSIS menggantikan istilah "sepakraga" menjadi "sepak bola".
Kontribusi pada Pembentukan PSSI
Pada 19 April 1930, PERSIS turut ambil bagian dalam pembentukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Bersama enam klub lainnya, yaitu BIVB Bandung, IVBM Magelang, MVB Madiun, PSM Yogyakarta, SIVB Surabaya, dan VIJ Jakarta, PERSIS mendukung perjuangan melawan imperialisme melalui sepak bola.
Dominasi pada Era Perserikatan
Pada periode 1930 hingga 1940-an, PERSIS menunjukkan supremasinya dengan meraih tujuh gelar juara kompetisi Perserikatan PSSI, yaitu pada tahun 1935, 1936, 1939, 1940, 1941, 1942, dan 1943. Prestasi ini menegaskan posisi PERSIS sebagai salah satu kekuatan utama sepak bola di tanah air.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Setelah mengalami masa-masa sulit, PERSIS kembali bangkit dengan menjuarai Divisi II pada 1994. Prestasi ini diikuti oleh keberhasilan menjadi runner-up Liga Divisi I pada 2006, yang membawa PERSIS ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Divisi Utama, pada tahun berikutnya.
Kembali ke Liga Utama
Setelah bertahun-tahun berada di bawah bayang-bayang kejayaan masa lalu, PERSIS menunjukkan kebangkitannya pada tahun 2021. Dengan semangat "Sumusuping Rasa Jati", yang berarti kembali ke jati diri, klub ini berhasil menjuarai Liga 2 setelah mengalahkan RANS Cilegon FC di final. Prestasi ini membawa PERSIS kembali ke Liga 1, tempat klub-klub terbaik Indonesia bersaing.
Filosofi dan Logo PERSIS
Logo PERSIS mencerminkan filosofi mendalam tentang persatuan dan kebangkitan. Menggunakan simbol Tugu Kebangkitan Nasional, yang menyerupai monumen berbentuk lilin di daerah Penumping, logo ini juga dihiasi oleh 15 bintang yang melambangkan jumlah tim internal PERSIS. Perisai yang membingkai logo tersebut menjadi simbol solidaritas klub sebagai wadah sepak bola Surakarta.
Kesuksesan PERSIS tidak lepas dari dukungan penuh para suporter setia, terutama Pasoepati dan Surakartans. Dua komunitas ini selalu hadir memberikan semangat, baik di dalam maupun luar lapangan. Kehadiran mereka menjadi kekuatan besar yang terus mendorong PERSIS untuk berprestasi.
Saat ini, PERSIS terus berkomitmen untuk mengembangkan sepak bola profesional dan melahirkan pemain-pemain berbakat. Klub ini aktif menjalin kerja sama dengan berbagai pihak demi mencapai visi besar: mengembalikan kejayaan Laskar Sambernyawa.
PERSIS Solo adalah bukti bagaimana olahraga bisa menjadi alat pemersatu dan pembangun identitas bangsa. Dengan sejarah panjang, kontribusi dalam perjuangan kemerdekaan, hingga capaian prestasi di dunia sepak bola, PERSIS tak hanya menjadi klub, tetapi juga simbol kebanggaan Kota Bengawan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News