Apabila kawan GNFI mendengar frasa tekstual berbunyi Provinsi Jawa Timur, mungkin yang terbersit pertama adalah sang Kota Pahlawan yakni Kota Surabaya. Wajar dan sah saja mengingat Kota Surabaya adalah ibukota provinsi sekaligus kota terbesar di Provinsi Jawa Timur.
Selanjutnya ada Kota Malang, kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur yang tentu memiliki sejarah panjang dan mempunyai aneka potensi wilayah yang menarik. Seperti bentang alam, kekayaan sosial budaya hingga pendidikan, sampai potensi pariwisata.
Namun, jangan lupakan kota terbesar ketiga di Provinsi Jawa Timur yang mungkin tidak sepopuler Surabaya atau Malang, yakni Kota Kediri. Kediri, sejak ratusan tahun silam sudah dikenal masyarakat bangsa kita sebagai salah satu kota yang memiliki kekayaan dan peradaban sejarah yang panjang di Jawa Timur.
Mulai dari sejarah peninggalan, lalu artefak era kerajaan Majapahit dengan berbagai situs dan jejak peninggalan yang tertinggal di Kediri maupun di wilayah eks karesidenan Kediri, yang meliputi beberapa kota/kabupaten sekitar di Jawa Timur. Situs Trowulan contohnya di kabupaten Mojokerto, yang merupakan manifestasi sejarah kerajaan atau dinasti Majapahit dengan raja dan hegemoni pemimpin yang berkuasa pada masanya.
Selain memiliki peradaban dan hegemoni masa lampau, Kediri juga dikenal memiliki predikat penanda bertajuk city branding atau ikon penguat identitas kota. Sebagaimana kotamadya umumnya di nusantara, ada ikon kota yang identik dan melekat kuat pada kota dengan plat kendaraan AG ini. Sebut saja ikon kuliner tahu takwa khas Kediri. Di samping itu, ada juga ikon destinasi wisata rohani umat kristiani, Gua Maria Puhsarang Kediri.
Tahu Takwa Kediri
Nah, kali ini kita membahas seputar salah satu kekayaan kuliner yang ikut mengangkat citra Kota Kediri sebagai Kota Tahu. Coba saja kita datang ke Kediri dengan menempuh jarak 130 kilometer arah barat daya dari ibu kota Surabaya.
Maka, setibanya di Kota Kediri dengan mudahnya kita bisa melihat aneka gerai penjual hidangan tahu (dengan nuansa sebagian besar warna kuning) yang memiliki sumber sejarah peradaban yang sama. Dilansir dari situs web Pemerintah Kota Kediri, dimulai sejak era tahun 1900 Masehi, terjadi migrasi masyarakat Tiongkok yang berbondong-bondong datang ke Kota Kediri. Mereka menggalakkan komoditas tahu untuk diperdagangkan dan dikembangkan secara komersial.
Tahu Poo Khas Kediri | Dok. Pribadi
Tekstur bentuk dan warnanya, nyaris sama dengan tahu pada umumnya. Namun, tahu takwa di Kediri yang dipakai umumnya adalah bahan baku tahu berwarna kekuningan yang dijadikan komoditas ekonomi oleh imigran Tiongkok sejak dahulu kala.
Namun, tahu kuning ini berwarna menjadi agak kecoklatan sesudah diolah/digoreng dan siap dihidangkan dengan citarasa tersendiri. Biasanya langsung dinikmati dengan cabai rawit atau sambal kecap. Teksturnya sedikit lebih padat dan tidak mudah hancur.
Ada lagi tahu poo khas Kediri, "teman sejawat" tahu takwa. Tahu poo bertekstur lebih mudah hancur dengan warna putih kekuningan. Namun jika sudah digoreng, tahu poo juga akan cenderung berwarna kecoklatan.
Yang membuat tahu poo terasa sedikit istimewa adalah saus atau sambal pelengkap yakni sambal petis. Mengenai tahu takwa, mengingat frasa Takwa masih berhubungan dengan penyebutan Kwa dalam aksara Tiongkok atau Cina, yaitu menyangkut keberadaan salah satu suku, yaitu suku Kwa dalam aksara Hokkian atau Tiongkok kuno.
Sehingga tahu yang dijajakan di Kediri sejak puluhan tahun silam ini memang menggunakan kata "Takwa". Namun, tahu khas Kediri tidak selamanya memakai kata tahu takwa, ada juga gerai penjual tahu khas Kediri yang memakai nama tahu poo di sepanjang jalan protokol.
Gua Maria Puhsarang Kediri
Salah satu destinasi wisata rohani umat kristiani yang cukup populer di Indonesia adalah gua maria. Gua Maria hadir pada pelbagai kota di Indonesia. Sebut saja Gua Maria Kerep Ambarawa, Gua Maria Kuningan, Gua Maria Kupang, dan hadir pula Gua Maria Kediri serta masih ada pula beberapa gua maria lainnya di seantero nusantara.
Nah, Gua Maria Kediri ini bernama lengkap Gua Maria Lourdes Puhsarang Kediri. Memang Gua Maria ini tidak berlokasi pada pusat Kota Kediri, namun berlokasi di lokus eks karesidenan Kediri, yaitu Kabupaten Kediri.
Dari pusat Kota Kediri, berjarak kurang lebih 10 kilometer (atau sekira 20 menit dengan menggunakan mobil) menuju Kecamatan Semen di wilayah Kabupaten Kediri pada daerah berkontur dataran tinggi. Kurang lebih 400 meter diatas permukaan laut dengan temperatur udara yang cukup sejuk, rerata 23 derajat celcius.
Gua Maria ini dicetuskan oleh seorang romo katolik bernama Jan Walters sejak tahun 1936. Menyandang nama Lourdes karena secara historis terinspirasi dari nama Gua Maria Lourdes di negeri anggur, Prancis.
Gua Maria Lourdes Puhsarang Kediri | Dok.Pribadi Danny Richard P Tampubolon
Direnovasi secara bertahap mulai tahun 1997 hingga terakhir tahun 2020 dengan peremajaan pada berbagai sisi. Salah satu pabrik rokok terbesar di Jawa Timur yang bermarkas di Kota Kediri yakni PT Gudang Garam, bahkan ikut berkontribusi pada pembangunan serta peremajaan Gua Maria Lourdes Kediri. Selain itu, Pemerintah Kota Kediri bersama dukungan swasta, lalu organisasi/lembaga umat katolik juga ikut berpartisipasi pada pengembangan Gua Maria Lourdes Puhsarang Kediri.
Destinasi wisata umat katolik dan kristiani ini cukup ramai dikunjungi pengunjung terutama pada masa liburan atau hari raya umat kristiani. Sebut saja saat hari raya natal dan tahun baru serta hari raya paskah. Umat atau pengunjung biasa berkontemplasi dan berdoa, seraya membawa sanak keluarga menikmati lanskap alam Gua Maria Lourdes Puhsarang Kediri.
Dengan nuansa alam yang masih tergolong asli, kita juga bisa menyaksikan arsitektur patung bunda maria di kompleks gua. Pengamatan penulis di lokasi, patung bunda maria tersebut memiliki ukuran tinggi dengan kisaran antara 3,5 hingga 4 meter. Lalu hadir pula pancuran air suci yang hadir di Gua Maria Lourdes Puhsarang Kediri.
Jumlahnya ada 12 buah kran pancuran air suci yang bisa langsung diminum karena alami airnya. 12 buah kran tersebut bukanlah tanpa alasan, melainkan menggambarkan jumlah murid Yesus Kristus yang berjumlah 12 orang seperti tertuang pada kitab suci alkitab perjanjian baru.
Pengunjung bisa langsung meminumnya, bahkan membawa pulang air suci dari pancuran kran dalam jeriken atau botol yang sudah mereka siapkan.
Kiranya lokasi destinasi wisata sebagus ini bisa tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Anggaplah sebagai aset daerah dan sebagai destinasi wisata sejarah yang juga bisa dinikmati generasi penerus kita kelak.
Jadi, kawan GNFI ingin merasakan langsung atmosfir dan sensasi pesona kota terbesar ketiga Jawa Timur ini?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News