batik lulantatibu simbol persatuan dan keberagaman suku dayak di perbatasan nunukan - News | Good News From Indonesia 2025

Batik Lulantatibu, Merajut Keberagaman dan Persatuan Suku Dayak di Perbatasan Nunukan

Batik Lulantatibu, Merajut Keberagaman dan Persatuan Suku Dayak di Perbatasan Nunukan
images info

Batik Lulantatibu, Merajut Keberagaman dan Persatuan Suku Dayak di Perbatasan Nunukan


Apakah kawan tahu bahwa di balik setiap helai batik lulantatibu terdapat kisah yang mendalam tentang persatuan dan keberagaman Suku Dayak di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara? Batik ini bukan sekadar kain, ia adalah jembatan yang menghubungkan empat Suku Dayak di Nunukan dengan nilai-nilai yang kaya.

Batik lulantatibu merupakan nama corak batik yang berasal dari penggabungan berbagai Suku Dayak di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. seperti Dayak Lundayeh, Dayak Tagalan, Dayak Tahol, serta Tidung dan Bulungan.

Di Perbatasan RI-Malaysia, batik ini merupakan lambang persatuan Suku Dayak. Peluncuran batik lulantatibu, memiliki filosofi mendalam terhadap arti persatuan dan kesatuan di Perbatasan RI – Malaysia.

Dari simbol perlindungan hingga harapan akan kemakmuran, setiap motif menceritakan perjalanan budaya yang penuh makna. Temukan keindahan dan makna mendalam di balik setiap motif yang merayakan kekayaan budaya lokal ini.

Ciri Khas Masing-Masing Motif

Melansir dari situs Radio Republik Indonesia, batik lulantatibu merupakan salah satu warisan budaya yang khas dari Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Batik ini tidak hanya sekadar kain, tetapi juga sebuah representasi dari keragaman budaya dan nilai-nilai persatuan dalam keberagaman yang mengikat berbagai Suku Dayak yang ada di Nunukan. Dengan menggabungkan motif dari bebagai suku dayak yang berbeda, batik lulantatibu menjadi simbol persatuan dan keberagaman.

Motif pertama berasal dari Suku Dayak Lundayeh, yang menghadirkan corak khas gambar tempayan yang dalam bahasa daerah disebut arit tabuk. Filosofi di balik arit tabuk adalah melindungi. Dalam kehidupan sehari-hari Suku Dayak Lundayeh, tempayan tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan bahan makanan dan harta benda, tetapi juga sebagai tempat penyimpanan jasad manusia.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak kerajinan tangan suku ini menampilkan goresan kombinasi antara garis lurus dan lengkung, yang merepresentasikan simbol arit tabuk dengan makna yang mendalam.

Dalam budaya Dayak, tempayan memiliki makna mendalam, yaitu sebagai simbol perlindungan. Gambar ini menggambarkan bagaimana masyarakat Dayak Lundayeh menjaga dan melindungi lingkungan serta warisan budaya mereka. Tempayan sering digunakan dalam berbagai ritual dan upacara, sehingga menambah nilai spiritual pada batik ini.

Selanjutnya, motif dari Suku Dayak Tagalan ditandai dengan goresan yang menyerupai empat garis lengkung dan titik-titik kecil. Motif ini melambangkan persatuan, yang menjadi fondasi bagi kehidupan masyarakat di daerah perbatasan.

Dalam konteks sosial, motif ini mencerminkan kerjasama yang erat antara suku-suku dalam mencapai tujuan bersama, terutama dalam menghadapi tantangan yang ada di lingkungan mereka.

Suku Dayak Taghol mempersembahkan corak khas yang menggambarkan tameng melalui perpaduan empat garis yang harmonis. Bagi mereka, tameng bukan sekadar simbol perlindungan; ia juga mencerminkan ketahanan yang mendalam.

Meskipun semua suku Dayak di Kabupaten Nunukan memiliki motif tameng, corak dari Suku Dayak Taghol menonjol dengan desain yang kuat, menegaskan identitas dan semangat juang yang tak tergoyahkan.

Motif ini tidak hanya melambangkan ketahanan, tetapi juga menggambarkan perjuangan masyarakat Dayak Taghol dalam menghadapi berbagai rintangan dan tantangan sepanjang sejarah mereka.

Sebagai simbol pertahanan, tameng ini mencerminkan keberanian serta semangat para pendahulu dalam upaya melestarikan budaya dan identitas mereka, menjadikannya warisan yang berharga bagi generasi mendatang.

Tidak ketinggalan, Suku Dayak Tidung dan Bulungan juga memberikan kontribusi berharga melalui motif gambar bunga raya. Bunga raya, yang dikenal sebagai simbol kemakmuran, melambangkan harapan dan keberhasilan. Dalam konteks ini, batik lulantatibu tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menyiratkan harapan akan kesejahteraan bagi masyarakat yang menggunakannya.

Lebih dari sekadar simbol, bunga raya mengandung filosofi kemakmuran. Dalam kehidupan sehari-hari Suku Dayak Tidung dan Bulungan, bunga raya juga berfungsi sebagai obat, dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Dengan demikian, motif ini tidak hanya mencerminkan keindahan, tetapi juga nilai kebugaran dan kesehatan yang melekat dalam budaya mereka

Keunikan Batik Lulantatibu

Salah satu keunikan dari batik lulantatibu adalah penggunaan pewarna alami yang berasal dari lingkungan sekitar Nunukan. Pewarna alami seperti kayu secang, kunyit, daun jambu, dan daun jati tidak hanya memberikan warna yang khas, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam.

Proses pembuatan batik ini melibatkan teknik yang tradisional dan memerlukan keterampilan tinggi, sehingga setiap helai batik yang dihasilkan memiliki nilai seni yang tinggi. Batik lulantatibu bukan sekadar produk kerajinan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan antar suku yang tinggal di kawasan perbatasan Indonesia.

Dalam masyarakat yang multikultural, batik ini menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai suku dengan latar belakang budaya yang berbeda. Melalui batik lulantatibu, nilai-nilai toleransi dan saling menghargai dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah, filosofi, dan mitos yang terkandung dalam batik lulantatibu mencerminkan perjalanan panjang peradaban suku Dayak. Setiap motif dan warna dalam batik ini mengisahkan cerita yang mendalam, dari asal-usul suku hingga perjuangan mereka dalam mempertahankan identitas.

Oleh karena itu, batik lulantatibu tidak hanya berfungsi sebagai kain, tetapi juga sebagai media untuk mengingat dan menghormati warisan leluhur.

Paten yang diberikan pada batik lulantatibu pada Mei 2017 menunjukkan pengakuan akan nilai budaya yang dimilikinya. Langkah ini penting untuk melindungi kekayaan budaya dari klaim pihak lain dan memastikan bahwa generasi mendatang dapat mewarisi dan melestarikan batik ini.

Melalui pengakuan ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya melestarikan budaya lokal dan menjadikannya sebagai sumber kebanggaan bersama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
AS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.